Aminodaron Hidroklorida


Amiodarone Hydrochloride

2-Butil-3-benzofuranil 4-[2-(dietilamino)etoksi]-3,5-diiodofenil keton hidroklorida [19774-82-4]

2-Butil-3-benzofuranil 4-[2-(dietilamino)etoksi]-3,5-diiodofenil keton [1951-25-3]

C25H29I2NO3.HCl                                      BM 681,77

 

Amiodaron hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%, C25H29I2NO3.HCl , dihitung terhadap zat kering.

 

Pemerian Serbuk hablur halus, putih sampai hampir putih.

 

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam metilen klorida; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam etanol.

 

Baku pembanding Amiodaron Hidroklorida BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis D Amiodaron BPFI. Senyawa Sejenis E Amiodaron BPFI. Senyawa Sejenis H Amiodaron BPFI.

 

Identifikasi

    A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Amiodaron Hidroklorida BPFI.

    B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.

 

pH <1071> Antara 3,2 dan 3,8. Lakukan penetapan menggunakan larutan 1,0 g zat dalam air dan panaskan pada suhu 80°, kemudian dinginkan. Encerkan dengan air hingga 20 mL.

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat.

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat, keringkan dalam hampa udara pada tekanan tidak lebih dari 2,25 mmHg, pada suhu 50º selama 4 jam.

 

Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; warna coklat pada Larutan uji tidak lebih intensif dari pada Larutan baku. [Catatan Jika hasil yang didapat sulit untuk dinilai, saring larutan menggunakan penyaring membran dengan porositas 3 µm. Saring perlahan dan seragam, gunakan tekanan konstan dan sedang. Bandingkan bercak yang didapat pada penyaring dari larutan berbeda.]

    Dapar Timbang saksama lebih kurang 25 g amonium asetat P, larutkan dengan 25 mL air, tambahkan 38 mL asam hidroklorida 70%. Jika perlu, atur pH hingga lebih kurang 3,5 dengan penambahan asam hidroklorida encer LP atau larutan amonia encer LP. Encerkan dengan air hingga 100 mL.

    Larutan baku timbal persediaan (Pb 1000 bpj) Timbang saksama sejumlah timbal(II) nitrat P, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang                1,6 mg per mL.

    Larutan baku timbal Pipet sejumlah Larutan baku timbal persediaan, encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 10 bpj. [Catatan Larutan dibuat segera sebelum digunakan.]

    Larutan fenolftalein Timbang 0,1 g fenolftalein P, larutkan dengan 80 mL etanol P, dan encerkan dengan air hingga 100 mL.

    Larutan tioasetamida Timbang saksama sejumlah tioasetamida P, larutkan dan encerkan dengan                          air hingga kadar lebih kurang 40 g per L. Pipet 0,2 mL larutan ini, tambahkan 1 mL campuran  gliserol 85%- natrium hidroksida 1 N-air (4:3:1). Panaskan dalam tangas air selama 20 detik.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang                          1 g zat, masukkan ke dalam krus silika bersama dengan 4 mL magnesium sulfat P (timbang sejumlah magnesium sulfat P, larutkan dan encerkan dengan asam sulfat encer LP hingga kadar lebih kurang 250 g  per L). Campur menggunakan batang pengaduk kaca, dan panaskan hati-hati. Jika campuran berbentuk cairan, uapkan hati-hati hingga kering dalam tangas air. Panaskan secara bertahap hingga berpijar, dan lanjutkan pemanasan hingga didapatkan residu berwarna hampir putih atau abu-abu. Lakukan pemijaran pada suhu tidak lebih dari 800°. Dinginkan. Basahkan residu dengan beberapa tetes asam sulfat encer LP. Uapkan dan pijarkan kembali, dan dinginkan. Total waktu pemijaran tidak lebih dari 2 jam. Larutkan residu dalam dua bagian, masing-masing dengan 5 mL larutan asam hidroklorida P 20%. Tambahkan 0,1 mL Larutan fenolftalein dan larutan ammonia P 25% dalam air hingga terjadi warna merah muda. Dinginkan, tambahkan asam asetat glasial P hingga warna larutan hilang, dan tambahkan 0,5 mL asam asetat glasial P berlebih. Jika perlu saring, bilas penyaring, dan encerkan dengan air hingga 20 mL.

    Larutan baku Lakukan seperti tertera pada                Larutan uji menggunakan 2 mL Larutan baku                timbal. Tambahkan 2 mL Larutan uji ke dalam                     10 mL larutan yang didapat.

    Larutan pembanding Lakukan seperti tertera pada Larutan uji, tambahkan 2 mL Larutan baku ke dalam         1 g zat.

    Blangko Gunakan 10 mL air dan 2 mL Larutan uji.

    Prosedur Tambahkan 2 mL Dapar ke dalam masing-masing 12 mL Larutan baku, Larutan uji, Blangko, dan Larutan pembanding, campur, kemudian tambahkan 1,2 mL Larutan tioasetamida, dan  segera campur. Uji larutan setelah 2 menit: uji tidak valid jika Larutan baku tidak menunjukkan warna agak coklat dibandingkan dengan Blangko atau jika Larutan pembanding tidak bisa dibandingkan dengan Larutan baku.

 

Iodida Tidak lebih dari 150 bpj.

    Larutan A Timbang saksama lebih kurang 1,5 g zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan ke dalam 40 mL air pada suhu 80°, kocok hingga larut sempurna. Dinginkan dan encerkan dengan air sampai tanda.

    Larutan baku Pipet 15  mL Larutan A, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL. Tambahkan 1,0 mL asam hidroklorida 0,1 N, 1,0 mL kalium iodida LP dengan kadar 88,2 mg per mL, dan 1,0 mL kalium iodat 0,05 M. Encerkan dengan air sampai tanda, diamkan selama 4 jam dan terlindung cahaya.

    Larutan uji Pipet 15 mL Larutan A, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL. Tambahkan 1,0 mL asam hidroklorida 0,1 N dan 1,0 mL kalium iodat                0,05 M. Encerkan dengan air sampai tanda, diamkan selama 4 jam dan terlindung cahaya.

    Prosedur Pipet 15 mL Larutan A dan 1,0 mL asam hidroklorida 0,1 N, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL. Encerkan dengan air sampai tanda. Gunakan sebagai blangko. Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang gelombang 420 nm: serapan Larutan uji tidak lebih dari setengah serapan Larutan baku.

 

Cemaran organik [Catatan Zat memenuhi persyaratan untuk kedua prosedur.]

    Prosedur 1 Tidak lebih dari 0,02%,

Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Fase gerak Campuran metilen klorida P-metanol P-asam format anhidrat P (17:2:1).

    Larutan kalium iodobismutat Timbang  saksama 100 g asam tartrat P, larutkan dalam  400 mL air dan tambahkan 8,5 g bismut subnitrat P. Kocok selama 1 jam, tambahkan 200 mL larutan kalium iodida P dengan kadar 400 g per L, dan kocok. Diamkan selama 24 jam, saring, dalam wadah terlindung cahaya.

    Larutan baku A Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis H Amiodaron BPFI, larutkan dan encerkan dengan metilen klorida P hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.

    Larutan baku B Gunakan campuran Larutan baku A dan Larutan uji (1:1).

    Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan metilen klorida P hingga kadar lebih kurang 100 mg per mL.

    Prosedur Totolkan secara terpisah 50 ?L Larutan baku A, 100 ?L Larutan baku B, dan 50 ?L Larutan uji pada lempeng kromatografi Silika gel F254. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat hingga tidak kurang dari dua pertiga tinggi lempeng, angkat lempeng, dan biarkan kering di udara dingin. Semprot dengan Larutan kalium iodobismutat kemudian dengan larutan hidrogen peroksida 3%. Segera amati bercak di bawah sinar matahari: bercak dari Larutan baku B terlihat jelas disebabkan senyawa sejenis H amiodaron. Setiap bercak dengan R yang sama dengan senyawa sejenis H amiodaron dari Larutan uji tidak lebih intensif dari Larutan baku A.

    Prosedur 2 Total cemaran tidak lebih dari 0,5%.

Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Dapar Pipet 3 mL  asam asetat glasial P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL. Tambahkan 800 mL air. Atur pH hingga lebih kurang 4,9 dengan penambahan larutan amonia encer P, dan encerkan dengan air sampai tanda.

    Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol P-Dapar (4:3:3), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.                       

    Pengencer Campuran asetonitril P-air (1:1).

    Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah sama masing-masing Senyawa Sejenis D Amiodaron BPFI, Senyawa Sejenis E Amiodaron BPFI, dan Amiodaron Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dalam sejumlah metanol P hingga kadar tertentu.

    Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku persediaan, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar Senyawa Sejenis D Amiodaron BPFI, Senyawa Sejenis E Amiodaron BPFI, dan Amiodaron Hidroklorida BPFI masing-masing lebih kurang 0,01 mg per mL.

    Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar amiodaron hidroklorida lebih kurang 5 mg per mL.

    Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,  rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara senyawa sejenis D amiodaron dan senyawa sejenis E amiodaron tidak kurang dari 3,5.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 mL) Larutan baku  dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 2 kali waktu retensi amiodaron, dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus:

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari Larutan uji; rS adalah respons puncak amiodaron dari Larutan baku; CS adalah kadar Amiodaron Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar amiodaron hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.

 

Tabel

Nama

Waktu retensi relatif

Batas

(%)

Senyawa sejenis A amiodaron

0,26

0,2

Senyawa sejenis D amiodaron

0,29

0,2

Senyawa sejenis E amiodaron

0,37

0,2

Senyawa sejenis B amiodaron

0,49

0,2

Senyawa sejenis C amiodaron

0,55

0,2

Senyawa sejenis G amiodaron

0,62

0,2

Senyawa sejenis F amiodaron

0,69

0,2

Amiodaron hidroklorida

1,00

-

Cemaran lain

-

0,1

  Abaikan puncak yang kurang dari 0,05%.

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Dapar Timbang saksama 6,80 g kalium fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL. Tambahkan 900 mL air dan tambahkan 1,0 mL trietilamin P. Atur pH hingga lebih kurang 6,0 ± 0,05 dengan penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air sampai tanda.

    Pengencer Campuran asetonitril P-air (1:1).

    Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (1:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah Amiodaron Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.

    Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku persediaan, encerkan dalam Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.

    Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan metanol P, hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.

    Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.

    Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom berukuran 3,9 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L26, dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0 %.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 mL) Larutan baku  dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase amiodaron hidroklorida, C25H29I2NO3.HCl, dalam zat dengan rumus:

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak amiodaron dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Amiodaron Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar amiodaron hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.      

       

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada suhu ruang terkendali.