Bisakodil


BISAKODIL

Bisacodyl

4,4’-(Piridin-2-ilmetilen)difenil diasetat [603-50-9] 

C22H19NO4                                                                                                               BM 361,4

Bisakodil mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C22H19NO4 dihitung terhadap zat kering.

Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam aseton; agak sukar larut dalam etanol (96%); larut dalam asam mineral encer.

Baku pembanding Bisakodil BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu 5°±3°, terlindung cahaya. Bisakodil untuk Kesesuaian Sistem BPFI; mengandung bisakodil, Senyawa sejenis A Bisakodil BPFI; C18H15NO2; 277,32. Senyawa sejenis B Bisakodil BPFI; C18H15NO2; 277,32. Senyawa sejenis C Bisakodil BPFI; C20H17NO3; 319,35. Senyawa sejenis D Bisakodil BPFI; dan Senyawa sejenis E Bisakodil BPFI; C22H19NO4; 361,39. Bisakodil untuk Identifikasi Puncak BPFI; mengandung Senyawa sejenis F Bisakodil BPFI.

Identifikasi Lakukan identifikasi C atau A, B, dan D

A. Jarak lebur <1021> : Antara 131° dan 135°

B. Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan dengan kalium hidroksida 6 N dalam metanol P sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan kalium hidroksida 6 N dalam metanol P sampai tanda. Spektrum serapan ultraviolet dan cahaya tampak larutan yang diperoleh pada panjang gelombang antara 220 nm dan 350 nm menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 248 nm dan bahu pada 290 nm. Serapan jenis pada panjang gelombang maksimum adalah 632 hingga 672.

C. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Bisakodil BPFI. Jika spektrum zat dan baku menunjukkan perbedaan, larutkan zat dan Bisakodil BPFI secara terpisah dalam klorofom P uapkan hingga kering. Gunakan residu untuk penetapan.

D. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.

Penjerap Gunakan silika gel GF254

Larutan iodum 0,05 N Timbang 2 g kalium iodida P, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dalam air, tambahkan 1,3 g iodum P, kocok hingga larut, dan encerkan dengan air sampai tanda.

Asam sulfat encer Tambahkan secara hati-hati 5,5 mL asam sulfat P ke dalam 60 mL air, dinginkan, dan encerkan dengan air hingga 100 mL.

Penampak bercak Campur larutan iodum 0,05 N- asam sulfat encer LP (1:1)

Fase gerak Campuran metil etil keton P-xilena P (50:50).

Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg Bisakodil BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan aseton P sampai tanda.

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan aseton P sampai tanda.

Prosedur Totolkan secara terpisah masing- masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat hingga tidak kurang dari 10 cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering di udara, jika perlu panaskan pada suhu 100°-105°. Semprot lempeng dengan penampak bercak: harga Rf dan ukuran bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.

Tambahan persyaratan
Keasaman atau kebasaan Pada 1 g zat, tambahkan 20 mL air bebas karbondioksida P, kocok, panaskan hingga mendidih, dinginkan dan saring. Tambahkan 0,2 mL natrium hidroksida 0,01 N dan 0,1 mL larutan merah metil LP 2 : larutan berwarna kuning. Diperlukan tidak lebih dari 0,4 mL asam hidroklorida 0,01 N untuk mengubah warna indikator menjadi merah.

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105°, menggunakan lebih kurang 500 mg zat.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.

Hilangkan persyaratan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.

Tambahan persyaratan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Larutan dibuat segar].

Pengencer Buat campuran asam asetat glasial P- asetonitril P- air (4:30:66).

Dapar Buat larutan amonium format P 1,58 g/L, atur pH hingga 5,0 dengan penambahan asam format anhidrat P.

Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (45:55). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih kurang 2 mg Bisakodil untuk Kesesuaian Sistem BPFI, larutkan dengan 1,0 mL asetonitril P, dan encerkan dengan Pengencer hingga 2,0 mL.

Larutan identifikasi puncak Timbang saksama lebih kurang 5 mg Bisakodil untuk Identifikasi Puncak BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 5- mL, larutkan dengan 2,5 mL asetonitril P, dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.

Larutan uji Timbang saksama sejumlah lebih kurang 50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dengan 25 mL asetonitril P, dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.

Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1”end capped” dengan ukuran partikel 5 mm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan puncak terhadap lembah tidak kurang dari 1,5. Hitung perbandingan puncak terhadap lembah menggunakan rumus:

Hp adalah tinggi puncak senyawa sejenis E bisakodil dihitung dari garis dasar; dan Hadalah tinggi dari garis dasar ke titik terendah dari kurva yang memisahkan puncak senyawa sejenis E bisakodil dan bisakodil; waktu retensi bisakodil lebih kurang 13 menit; waktu retensi relatif cemaran terhadap bisakodil tertera pada Tabel. Lakukan kromatografi terhadap Larutan identifikasi puncak, rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak seperti tertera pada Prosedur: identifikasi puncak senyawa sejenis F bisakodil.

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan Larutan pembanding ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 3,5 kali waktu retensi bisakodil, dan ukur semua respons puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran dari Larutan uji tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.

Tabel

Nama

Waktu Retensi Relatif

Faktor Koreksi

Batas (%)

Senyawa sejenis A bisakodil

0,2

0,7

Tidak lebih dari respons puncak utama Larutan pembanding (0,1%)
Senyawa sejenis B bisakodil

0,4

-

Tidak lebih dari respons puncak utama Larutan pembanding (0,1%)
Senyawa sejenis C bisakodil

0,45

-

Tidak lebih dari 5 kali respons puncak utama Larutan pembanding (0,5%)

Senyawa sejenis D bisakodil

0,8

-

Tidak lebih dari 2 kali respons puncak utama Larutan pembanding (0,2%)

Senyawa sejenis E bisakodil

0,9

-

Tidak lebih dari 5 kali respons puncak utama Larutan pembanding (0,5%)

Senyawa sejenis F bisakodil

2,6

-

Tidak lebih dari 3 kali respons puncak utama Larutan pembanding (0,3%)

Cemaran lain 

-

-

Tidak lebih dari respons puncak utama Larutan pembanding (0,1%)
Total cemaran

-

-

Tidak lebih dari 10 kali respons puncak utama Larutan pembanding (1,0%)

       

Abaikan respons puncak kurang dari 0,5 kali respons puncak utama Larutan pembanding (0,05%).

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300 mg zat, larutkan dalam 60 ml asam asetat glasial P. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan blangko.

Tiap ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 36,14 mg C22H19NO4

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung cahaya.