Vaksin Hepatitis B (rDNA)


Tambahan monografi
VAKSIN HEPATITIS B (rDNA)
Hepatitis B (rDNA) Vaccine

Vaksin Hepatitis B (rDNA) adalah sediaan dari antigen permukaan Hepatitis B (HBsAg), komponen protein virus Hepatitis B; antigen dapat dijerapkan pada pembawa mineral seperti aluminium hidroksida atau aluminium fosfat hidrat. Vaksin dapat mengandung ajuvan 3-O-desasil-4’- monofosforil lipid A. Antigen diperoleh secara teknologi DNA rekombinan.

PRODUKSI
KETENTUAN UMUM PRODUKSI
Vaksin hendaknya telah terbukti menginduksi antibodi pelindung yang spesifik pada manusia. Metode produksi harus menunjukkan bahwa vaksin memenuhi persyaratan keamanan dan imunogenitas secara konsisten.

Vaksin Hepatitis B (rDNA) diproduksi melalui ekspresi gen virus yang ditandai untuk HBsAg pada ragi (Saccharomyces cerevisiae) atau sel mamalia ovarium hamster cina (CHO = Chinese Hamster Ovary) atau lini sel lain yang sesuai, pemurnian HBsAg yang dihasilkan dan memberikan imunogenik. Kesesuaian dan keamanan sel disetujui oleh instansi yang berwenang. Vaksin dapat mengandung gen S (protein utama), kombinasi gen S dan gen pre S2 (protein sedang) atau kombinasi gen S, gen pre-S2 dan gen pre-S1 (protein besar). 

Persiapan pembanding Bagian dari bets representatif yang terbukti paling tidak sebagai imunogenik pada hewan sebagai bets tersebut, dalam studi klinis pada orang dewasa muda yang sehat, menghasilkan tidak kurang dari 95% serokonversi, yang sesuai dengan tingkat antibodi penetralisir HBsAg yang diakui protektif, setelah imunisasi primer lengkap. Tingkat antibodi tidak kurang dari 10 mIU per mL diakui sebagai pelindung.

KARAKTERISASI BAHAN
Studi pengembangan dilaksanakan untuk mengkarakterisasi antigen. Struktur protein lengkap, lemak dan karbohidrat antigen telah ditetapkan. Karakteristik morfologi dari partikel antigen dapat ditetapkan dengan mikroskop elektron. Kerapatan rata-rata partikel antigen ditetapkan dengan metode kimia-fisika, seperti sentrifugasi gradien. Epitop antigen dikarakterisasi. Fraksi protein antigen dikarakterisasi melalui struktur primer (misalnya : penetapan komposisi asam amino, analisa sekuen asam amino parsial dan pemetaan peptida).

BIAKAN DAN PANENAN
Identitas, kemurnian mikroba, retensi plasmid dan perolehan yang konsisten ditetapkan pada tahap produksi yang sesuai. Jika sel mamalia digunakan, maka dilakukan uji agens asing dan mikoplasma mengikuti prosedur uji agens asing pada vaksin virus untuk penggunaan pada manusia <72>, tetapi menggunakan 200 mL panenan pada uji menggunakan biakan sel untuk agens asing lain.

ANTIGEN MURNI
Hanya antigen murni yang memenuhi syarat yang digunakan dalam penyiapan vaksin ruahan. 

Protein total <1387> Protein total ditetapkan dengan metode yang telah tervalidasi. Kandungannya dalam batas yang diterima untuk produk spesifik.

Kandungan antigen dan identifikasi Kuantitas dan spesifisitas HBsAg ditetapkan dengan membandingkan dengan baku internasional HBsAg subtipe ad atau baku kerja, menggunakan metode imunokimia <1385> yang sesuai seperti RIA (radio- immunoassay),      ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), immunoblot (lebih disukai menggunakan antibodi monoklonal terhadap epitop protektif) atau difusi radial tunggal. Rasio antigen/protein berada dalam batas yang diterima untuk produk spesifik. 
Berat molekul pita utama dinyatakan pada elektroforesis gel poliakrilamid natrium dodesil sulfat (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophoresis, SDS-PAGE) terbentuk pada kondisi penurunan yang berhubungan dengan nilai yang diharapkan dari asam nukleat yang diketahui dan sekuen polipeptida dan kemungkinan glikosilasi.

Kemurnian antigenik Kemurnian antigen ditetapkan dengan membandingkan dengan sediaan pembanding menggunakan kromatografi cair atau metode lain yang sesuai seperti SDS-PAGE dengan pewarnaan menggunakan perak dan acid blue 92. Metode yang sesuai cukup sensitif untuk mendeteksi kontaminan potensial pada konsentrasi 1% protein total. Tidak kurang dari 95% protein total yang mengandung antigen permukaan Hepatitis B.

Komposisi Tentukan kandungan protein, lemak, asam nukleat dan karbohidrat.

Sel inang dan vektor yang berasal dari DNA Jika sel mamalia digunakan untuk produksi, tidak lebih dari 10 pg DNA dalam jumlah antigen dimurnikan ekivalen dengan dosis tunggal manusia dari vaksin.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan penetapan menggunakan 10 mL dari tiap media. Uji tambahan pada antigen murni, diperbolehkan tergantung pada metode produksi yang digunakan, contoh uji untuk residu serum hewan dimana sel mamalia yang digunakan untuk produksi atau uji residu kimia digunakan selama ekstraksi dan pemurnian

RUAHAN 3-O-DESASIL-4’-MONOFOSFORIL LIPID A
Memenuhi syarat monografi ruahan 3-O-Desasil-4’- Monofosforil Lipid A.

VAKSIN RUAHAN AKHIR
Pengawet antimikroba dan ajuvan dapat termasuk dalam vaksin. Hanya vaksin ruahan yang memenuhi persyaratan yang dapat digunakan dalam penyiapan lot akhir 

Pengawet antimikroba <61> Kandungan tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang tertera pada label. Jika digunakan, jumlah pengawet antibakteri ditetapkan menggunakan metode kimia yang sesuai.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan penetapan menggunakan 10 mL dari tiap media.

LOT AKHIR
Hanya lot akhir yang memenuhi setiap persyaratan yang tertera pada Identifikasi, Uji Batas dan Penetapan Potensi dapat diluluskan untuk penggunaan. Uji bebas formaldehid (bila dapat dipakai) dan kandungan pengawet antimikroba (bila dapat dipakai) telah dilakukan pada vaksin ruahan dengan hasil memuaskan, dapat dihilangkan pada lot akhir. Bila uji dilakukan in vivo, selanjutnya memberikan hasil memuaskan pada vaksin ruahan, maka dapat dihilangkan pada lot akhir.

IDENTIFIKASI
Penetapan atau bila dapat dipakai, profil elektroforetik, dilakukan juga untuk identifikasi vaksin atau  menggunakan metode imunokimia <1385> yang sesuai. Jika dapat digunakan, lakukan pengujian 3-O-Desasil-4’-Monofosforil Lipid A untuk mengidentifikasi vaksin yang mengandung 3-O-Desasil-4’-Monofosforil Lipid A

UJI BATAS
Aluminium
<1391> Jika aluminium hidroksida atau aluminium fosfat digunakan sebagai adsorben, aluminium tidak lebih dari 1,25 mg per dosis tunggal manusia.

3-O-Desasil-4’-Monofosforil Lipid A Memenuhi syarat monografi 3-O-Desasil-4’-Monofosforil Lipid A.

Formaldehid bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 g per L

Pengawet antimikroba <61> Jika menggunakan pengawet antimikroba, tentukan jumlah menggunakan metode yang sesuai. Tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang ditetapkan.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat

Pirogen <231> Memenuhi syarat. Lakukan penetapan dengan diinjeksikan pada setiap kelinci setara dengan satu dosis manusia. Jika vaksin mengandung 3-O-desasil-4′-monofosforil lipid A, suntikkan sejumlah vaksin yang mengandung 2,5 µg 3-O- desasil-4′-monofosforil lipid A per kilogram bobot kelinci.

PENETAPAN POTENSI
Penetapan potensi vaksin Hepatitis B (rDNA) dilakukan secara in vivo dengan membandingkan dalam kondisi tertentu kapasitas untuk menginduksi antibodi spesifik terhadap antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) pada mencit dengan kapasitas yang sama dari persiapan pembanding, dan dilakukan secara in vitro dengan penentuan imunokimia dari kandungan antigen.

Penetapan Potensi Secara In Vivo
Seleksi dan distribusi hewan uji
Gunakan mencit usia 5 minggu dari persediaan yang sama. Galur mencit yang digunakan untuk uji ini harus memberikan kemiringan kurva dosis-respons yang signifikan terhadap antigen; mencit dengan bobot 17-22 g dengan jumlah 10-20 ekor. Gunakan hewan uji dengan jenis kelamin yang sama. Distribusikan hewan uji pada setidaknya 7 kelompok yang sama dari jumlah yang sesuai dengan persyaratan pengujian.
Penetapan potensi pada vaksin uji Gunakan larutan natrium klorida P 9 g per L mengandung ajuvan aluminium yang digunakan untuk vaksin atau pengencer lain yang sesuai, siapkan setidaknya 3 larutan vaksin yang akan diuji dan larutan yang sesuai dari persiapan pembanding. Alokasikan larutan, satu untuk tiap kelompok hewan, dan suntikkan secara intraperitoneal tidak lebih dari 1,0 mL ke setiap hewan dalam kelompok. Satu kelompok hewan tetap tidak divaksin dan disuntikkan secara intraperitoneal dengan volume larutan yang sama. Setelah interval waktu yang sesuai (misalnya, 4-6 minggu), bius dan ambil darah masing-masing hewan, pisahkan serum. Uji serum untuk antibodi spesifik terhadap HBsAg dengan metode imunokimia <1385> yang sesuai.
Perhitungan Perhitungan dilakukan dengan metode statistik untuk penetapan potensi dengan respon quantal. Dari distribusi tingkat reaksi yang diukur pada semua serum dalam kelompok yang tidak divaksinasi, ditetapkan tingkat reaksi maksimum yang dapat terjadi pada hewan yang tidak divaksinasi untuk pengujian tertentu. Respons pada hewan yang divaksinasi yang melebihi level ini adalah definisi serokonversi.
Buat transformasi yang sesuai dari persentase hewan yang menunjukkan serokonversi pada masing- masing kelompok (misalnya, probit) dan analisis data sesuai dengan model paralel-line log dosis- respon. Tentukan potensi uji persiapan relatif terhadap persiapan pembanding.
Kondisi validasi Pengujian dikatakan valid jika: (1) Pada masing-masing vaksin uji dan vaksin pembanding, ED50 berada diantara dosis terendah dan tertinggi yang diberikan pada hewan uji; (2) Analisis statistik linieritas atau paralelisme tidak menunjukkan penyimpangan yang bermakna; (3) Batas kepercayaan (P=0,95) tidak kurang dari 33% dan tidak lebih dari 300% dari potensi yang diperkirakan.
Persyaratan potensi Batas kepercayaan bawah (P = 0,95) dari potensi relatif yang diperkirakan tidak kurang dari 1,0.

Penetapan Potensi Secara In Vitro
Tetapkan kandungan antigen secara imunokimia dengan kriteria penerimaan divalidasi terhadap uji in vivo. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan radio-immunoassay (RIA) yang menggunakan antibodi monoklonal khusus untuk epitop penginduksi HBsAg telah terbukti sesuai. Jumlah enceran vaksin yang sesuai untuk diuji dan persiapan pembanding yang digunakan dan akan diuji secara bersamaan untuk analisa data, yang dapat ditransformasikan dengan tepat. Kit untuk mengukur HBsAg in vitro tersedia secara komersial dan dapat digunakan prosedur pengujian pada kit tersebut. Kriteria keberteriman disetujui untuk persiapan standar yang diberikan oleh instansi yang berwenang dengan mempertimbangkan data validasi.
Batas kepercayaan (P=0,95) tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 125% dari potensi yang diperkirakan.