Injeksi Besi Sukrosa


Tambahan monografi
INJEKSI BESI SUKROSA
Iron Sucrose Injection

Injeksi Besi Sukrosa adalah larutan steril koloidal besi (III) hidroksida dalam bentuk kompleks dengan sukrosa dalam Air untuk Injeksi. Mengandung besi tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Natrium hidroksida dapat ditambahkan untuk mengatur pH. Tidak mengandung zat antimikroba, zat pengkelat, desktran, glukonat, atau bahan tambahan lain.

Baku pembanding Sukrosa BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, lakukan penanganan pada kelembaban dibawah 60%. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.

Identifikasi

A. Besi

Larutan kalium tiosianat Timbang lebih kurang 9,7 g kalium tiosianat P, larutkan dan encerkan dengan air hingga 100 mL.

Larutan raksa (II) klorida Timbang lebih kurang 6,5 g raksa (II) klorida P, larutkan dan encerkan dengan air hingga 100 mL.

Prosedur Pada 2,5 mL injeksi, tambahkan 17,5 mL air dan 5 mL asam hidroklorida P, campur dan panaskan di atas tangas air mendidih selama 5 menit. Dinginkan, teteskan amonium hidroksida 13,5 N sampai tidak terbentuk endapan besi(III) hidroksida, saring. Bilas endapan dengan air untuk membuang kelebihan amonium hidroksida, larutkan endapan dengan sedikit asam hidroklorida 2 N, dan tambahkan sejumlah air hingga 20 mL. Pada 3 mL larutan ini, tambahkan 1 mL asam hidroklorida 2 N dan 1 mL Larutan kalium tiosianat: larutan berwarna merah (Larutan 1). Pada 1 mL Larutan 1, tambahkan 5 mL amil alkohol P atau etil eter P, kocok, dan diamkan: terbentuk lapisan organik berwarna merah muda. Pada 1 mL alikot Larutan 1 yang terpisah, tambahkan 2 mL Larutan raksa(II) klorida: warna merah hilang (garam besi(III)).

B. Sukrosa

Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar sukrosa.

C. Bobot molekul

Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

Fase gerak Larutkan lebih kurang 7,12 g natrium fosfat dibasa dihidrat P, 5,52 g natrium fosfat monobasa P, dan 0,40 g natrium azida P dalam 2 L air. Saring dan awaudarakan. Jika perlu, lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

Larutan kesesuaian sistem Larutkan lebih kurang 200 mg dekstran dengan bobot molekul tinggi dan 100 mg glukosa dalam 20 mL Fase gerak.

Larutan baku Timbang saksama masing-masing lebih kurang 20 mg baku polisakarida bobot molekul 5000-400.000 Da, masukkan secara terpisah ke dalam labu tentukur 5-mL, tambahkan 4 mL Fase gerak pada masing-masing labu, dan diamkan masing-masing alikot selama minimal 12 jam pada suhu 25° atau dibawah 25°. Setelah partikel aglomerat pada masing-masing Larutan baku mengembang maksimal, aduk perlahan masingmasing Larutan baku sampai larut. [Catatan Kromatogram Larutan baku yang dibuat segar secara konsisten menunjukkan puncak sekunder yang kecil setelah puncak utama. Buang larutan baku jika puncak sekunder mencapai setengah tinggi puncak utama].

Larutan uji Pipet lebih kurang 5 mL injeksi ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor indeks bias yang dipertahankan pada suhu tetap 45° dan dua kolom berukuran 7,8 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L39 dengan porositas beruturut-turut adalah 1000Ȧ dan 120Ȧ. Atur suhu kolom pada 45 ± 2º, laju alir lebih kurang 0,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak dekstran dan glukosa tidak kurang dari 4,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: buat kurva kalibrasi orde tiga (cubic) antara waktu retensi terhadap bobot molekul. Koefisien korelasi tidak kurang dari 0,98.

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku, Larutan kesesuaian sistem dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Bobot molekul dari kompleks dihitung dari kurva kalibrasi. Kurva distribusi bobot molekul terbagi ke dalam beberapa fraksi. Hitung rata-rata dari bobot molekul, MW, dengan rumus:

Dan hitung rata-rata jumlah bobot molekul, MN, dengan rumus:

AT adalah area dari masing-masing fraksi distribusi sampel; MT adalah nilai tengah bobot molekul masing-masing fraksi yang ditentukan dari waktu retensi pada kurva kalibrasi. Kurva distribusi bobot molekul yang diperoleh dari injeksi memenuhi parameter sebagai berikut :

MW = 34.000 – 60.000 Da;

MN = tidak kurang dari 24.000 Da;

 

 

Bobot jenis <981> Antara 1,135 dan 1,165. Lakukan penetapan pada suhu 20°.

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 3,7 unit Endotoksin FI per mg besi.

Kebasaan Tidak kurang dari 0,5 mL dan tidak lebih dari 0,8 mL asam hidroklorida 0,1 N LV per mL injeksi. Pipet lebih kurang 5 mL injeksi, masukkan ke dalam wadah yang sesuai, titrasi dengan asam hidroklorida 0,1 N LV sambil diaduk secara konstan hingga pH 7,4. Lakukan penetapan titik akhir menggunakan pH meter. Ukur jumlah asam hidroklorida 0,1 N LV yang digunakan dan hitung kebasaan injeksi dengan mengukur volume asam yang digunakan per mL injeksi.

pH <1071>Antara 10,5 dan 11,1. Lakukan penetapan pada suhu 20°.

Kompleks Besi(II) dan Besi(III) bobot molekul rendah Pada polarogram yang diperoleh dari uji batas Besi (II), tidak ditemukan adanya puncak tambahan.

Osmolalitas dan osmolaritas <941> Antara 1150 dan 1350 mOsmol per L. Lakukan penetapan dengan pengenceran injeksi dalam air (1 dalam 10).

Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tertera pada Uji hitung partikel secara pengaburan cahaya untuk Injeksi volume kecil. Lakukan penetapan dengan pengenceran injeksi dalam air (1 dalam 40), saring menggunakan penyaring dengan porositas 1,2 µm atau lebih halus.

Kekeruhan Antara 4,4 dan 5,3. Timbang lebih kurang 500 mg injeksi, masukkan ke dalam gelas piala 150 mL, tambahkan 100 mL air, dan atur pH hingga 6,0 dengan penambahan asam hidroklorida 0,1 N LV sambil diaduk secara konstan. Angkat elektroda pH dari larutan. Atur sumber cahaya sehingga cahaya dapat mengenai gelas piala dengan arah paralel sekitar 2 cm dibawah permukaan cairan. Cahaya harus menembus permukaan dan larutan tidak keruh. Pengukuran harus dilakukan di tempat gelap. Teteskan asam hidroklorida 0,1 N LV secara perlahan sampai terbentuk sedikit kekeruhan yang permanen. Ukur pH larutan pada titik kekeruhan.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.

Besi(II) Tidak lebih dari 0,4%.

Larutan elektrolit tambahan Larutkan lebih kurang 15,0 g natrium asetat dalam 100 mL air, atur pH hingga 7,0 dengan penambahan asam asetat 0,1 N.

Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan 20-120 µg ion besi per mL ke dalam wadah yang sesuai.

Prosedur Masukkan sejumlah Larutan elektrolit tambahan ke dalam sel polarografi yang dilengkapi dengan elektroda merkuri. Masukkan elektroda ke dalam cairan, alirkan nitrogen ke dalam cairan selama 5 menit. Hindari paparan udara yang tidak perlu, segera masukkan Larutan uji ke dalam sel polarografi. Sampel harus segera dianalisis setelah wadah dibuka. Rekam polarogram dari 0 mV sampai (-) 1700 mV. Perbandingan puncak besi(III) terhadap besi (II) terdeteksi pada (-) 750 ± 50 mV dan perbandingan puncak besi(II) terhadap besi(0) terdeteksi pada (-) 1400 ± 50 mV. Ukur respons puncak besi(II) terhadap besi(III), dan lakukan penetapan blangko. Hitung persentase besi(II) dalam injeksi dengan rumus:

R adalah perbandingan respons puncak besi (II) terhadap besi(III); CT adalah kadar besi total dalam persen (b/v) injeksi.

Klorida Tidak kurang dari 0,012 % dan tidak lebih dari 0,025%. Timbang saksama lebih kurang 12 g injeksi, masukkan ke dalam gelas piala 50 mL. Tambahkan 40 mL air dan 0,3 mL asam nitrat P 65%, titrasi dengan perak nitrat 0,01 N LV sambil diaduk. Tetapkan titik akhir secara potensiometrik dengan elektroda perak-kaca. Hitung jumlah klorida dalam mg injeksi.

Tiap mL perak nitrat 0,01 N
setara dengan 0,3545 mg klorida.

Penetapan kadar Sukrosa Tidak kurang dari 260 mg dan tidak lebih dari 340 mg per mL. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

Fase gerak Campuran asetonitril P-air (79:21), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

Larutan natrium fosfat monobasa Larutkan 30 g natrium fosfat monobasa P dalam 50 mL air.

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Sukrosa BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut lebih kurang 13, 16, 18, 21, dan 23 mg per mL.

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1,875 g injeksi, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan 1,25 mL air, campur. Tambahkan 1,25 mL Larutan natrium fosfat monobasa, campur. Diamkan selama 10 menit untuk mengendapkan besi hidroksida. Encerkan dengan air sampai tanda. Sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, saring melalui penyaring yang sesuai, buang 2 mL filtrat pertama.

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor indeks bias dan kolom 4 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L8. Pertahankan suhu kolom dan detektor antara 20° dan 25° (±2°). Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: koefisien korelasi yang diperoleh dari regresi linier tidak kurang dari 0,998 [Catatan Waktu retensi sukrosa lebih kurang 8 menit].

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Buat grafik respons puncak tiap Larutan baku terhadap kadar sukrosa dalam mg per mL, dan tarik garis lurus melalui kelima titik tersebut. Dari grafik yang diperoleh, tentukan kadar sukrosa dalam mg per mL Larutan uji. Hitung jumlah sukrosa, dalam mg per mL injeksi dengan rumus:

CU adalah kadar sukrosa dalam mg per mL Larutan uji yang diperoleh dari grafik; D adalah volume pengenceran Larutan uji dalam mL; G adalah bobot jenis injeksi dalam g per mL; W adalah bobot injeksi yang ditimbang dalam g.

Penetapan kadar Besi Lakukan penetapan menggunakan Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.

Larutan kalsium klorida Timbang lebih kurang 2,64 g kalsium klorida P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, tambahkan 500 mL air, kocok sampai larut. Tambahkan 5,0 mL asam hidroklorida P, encerkan dengan air sampai tanda.

Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih kurang 350 mg besi(II) amonium sulfat P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. Kadar besi lebih kurang 50 µg per mL.

Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan Larutan kalsium klorida hingga kadar besi berturut-turut 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; dan 10,0 µg per mL.

Larutan uji persediaan Pipet 2 mL injeksi ke dalam labu tentukur 100-mL. Bilas pipet beberapa kali dengan Larutan kalsium klorida. Tambahkan 5 mL asam hidroklorida P, aduk hingga larutan berwarna kuning, dinginkan pada suhu ruang, encerkan dengan Larutan kalsium klorida sampai tanda, dan campur.

Larutan uji Pipet 2 mL Larutan uji persediaan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Larutan kalsium klorida sampai tanda. Kadar besi lebih kurang 8,0 µg per mL.

Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang gelombang emisi besi 248,3 nm menggunakan spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan lampu tabung katode besi dan nyala udara asetilena P, gunakan Larutan kalsium klorida sebagai blangko. Buat grafik serapan tiap larutan baku terhadap kadar besi dalam µg per mL, dan tarik garis lurus yang paling mendekati kelima titik tersebut. Dari grafik yang diperoleh, tentukan kadar besi dalam µg per mL Larutan uji. Hitung persentase besi dalam tiap mL injeksi dengan rumus:

CA adalah kadar sebenarnya besi dalam µg per mL Larutan uji yang diperoleh dari kurva kalibrasi ; CU adalah kadar besi dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca Tipe I, pada suhu ruang terkendali. Tidak boleh dibekukan.

Penandaan Pada etiket cantumkan hanya untuk penggunaan secara intravena. Jika diberikan secara infus intravena, injeksi harus diencerkan dengan natrium klorida P 0,9%. Cantumkan pula osmolaritas total larutan dalam mOsmol per L.