Vaksin Jerap Difteri, Tetanus, Pertusis Aselular (Dtpa)


tambahan monografi
VAKSIN JERAP DIFTERI, TETANUS, PERTUSIS ASELULAR (DTPa)
Diphtheria, Tetanus, Pertussis (Acellular, Component) Vaccine (Adsorbed) (DTaP)

 

Vaksin jerap difteri, tetanus, pertusis aselular adalah vaksin kombinasi yang terdiri dari: toksoid formol difteri; toksoid formol tetanus; komponen individual antigenik murni dari Bordetella pertussis (B. pertussis); adsorben mineral seperti aluminium hidroksida atau aluminium fosfat hidrat.

Toksoid formol disiapkan dari toksin yang diproduksi oleh pertumbuhan Corynebacterium diphtheriae dan Clostridium tetani.

Vaksin mengandung toksoid pertusis lain atau protein seperti toksin pertusis bebas dari sifat toksik diproduksi dengan ekspresi rekayasa genetik dari gen terkait. Toksoid pertusis dihasilkan dari toksin pertusis dengan metode pelemahan toksin yang berbahaya dengan menjaga khasiat imunogenik yang setara dan menghindari reaksi balik toksin. Komponen aselular pertusis juga dapat mengandung filamen hemaglutinin, pertaktin (69 kDa membran luar protein) dan komponen B. pertussis lain yang telah ditetapkan seperti antigen fimbrial-2 dan fimbrial-3. Dua antigen kemudian dapat dimurnikan bersama. Komposisi dan karakteristik antigen didasarkan pada proteksi dan bebas dari reaksi yang tidak diinginkan dalam kelompok target untuk vaksin yang dihasilkan.

PRODUKSI
KETENTUAN PRODUKSI
Metode produksi harus menunjukkan vaksin yang konsisten terhadap potensi dan keamanan pada manusia

Toksisitas Spesifik Komponen Difteri dan Tetanus Metode produksi divalidasi untuk menunjukkan bahwa produk jika diuji, akan memenuhi syarat berikut: Suntikkan secara subkutan 5 kali dosis tunggal pada manusia seperti yang tertera pada etiket ke tiap 5 marmot yang sehat, dengan berat masing-masing 250-350 g, yang belum belum pernah digunakan untuk pengujian. Jika dalam 42 hari hewan yang telah disuntik menunjukkan gejala atau mati karena toksin difteri atau tetanus, maka vaksin tersebut tidak memenuhi syarat. Jika lebih dari satu hewan uji mati karena faktor non spesifik, ulangi pengujian sekali lagi; jika lebih dari satu hewan uji mati pada pengujian kedua, vaksin tersebut tidak memenuhi syarat.

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 100 unit Endotoksin FI per dosis manusia.

Dalam ruahan yang dimurnikan dari komponen toksoid difteri, toksoid tetanus, toksin pertusis aselular, dilakukan untuk memonitor prosedur pemurnian dan membatasi jumlah vaksin akhir. Untuk masing-masing komponen, kandungan bakteri endotoksin kurang dari batas yang telah ditentukan untuk vaksin tertentu sebagian besar kandungannya seperti kandungan vaksin akhir kurang dari 100 IU per dosis tunggal manusia.

Vaksin pembanding Bila uji absah dapat dilakukan, vaksin pembanding komponen tunggal dapat digunakan untuk penetapan vaksin kombinasi. Jika hal ini tidak memungkinkan karena adanya interaksi antara komponen vaksin kombinasi atau karena perbedaan komposisi antara komponen tunggal vaksin pembanding dan vaksin uji, bets vaksin kombinasi yang terbukti efektif dalam uji klinis atau yang mewakili bets dapat digunakan sebagai vaksin pembanding. Bets yang mewakili harus diuji dengan prosedur yang sama dengan bets yang diuji klinis. Vaksin pembanding dapat distabilkan dengan metode yang terbukti tidak mempunyai efek pada penetapan potensi.

KOMPONEN PRODUKSI
Komponen produksi memenuhi syarat monografi Vaksin Jerap Difteri, Vaksin Jerap Tetanus, Vaksin Jerap Pertusis Aselular.

RUAHAN AKHIR
Ruahan komponen difteri, tetanus, pertusis aselular dibuat melalui penyerapan, pemisahan atau keduanya, jumlah yang sesuai dengan ruahan murni dari toksoid difteri, toksoid tetanus, pertusis ke dalam ajuvan seperti aluminum hidroksida atau aluminum fosfat hidrat. Dapat ditambahkan pengawet antimikroba yang sesuai.

Hanya ruahan yang memenuhi syarat dapat digunakan untuk pembuatan lot akhir.

Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan, tetapkan kadar pengawet antimikroba dengan metode kimia yang sesuai. Tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari kandungan yang diharapkan

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan penetapan menggunakan 10 mL untuk masing- masing media.

LOT AKHIR
Hanya lot akhir yang memenuhi syarat uji osmolalitas seperti tertera pada persyaratan Identifikasi, Uji dan Penetapan potensi yang dapat diluluskan diluluskan.

Jika penetapan kandungan formaldehid bebas telah ditentukan pada ruahan murni antigen atau ruahan akhir dan menunjukkan bahwa kandungan lot terakhir tidak melebihi 0,2 g per L, pengujian formaldehid tidak perlu dilakukan pada lot akhir.

Osmolalitas <941> Memenuhi syarat, dalam batas yang disepakati untuk persiapan tertentu.

IDENTIFIKASI

Lakukan penetapan yang sesuai, seperti tertera pada Metode Imunokimia <1385>. Larutkan sejumlah natrium sitrat P dalam sediaan uji hingga diperoleh larutan 5-10%. Simpan pada suhu 37° selama lebih kurang 16-20 jam dan sentrifus hingga diperoleh beningan.

  1. Beningan bereaksi dengan imunoserum difteri yang sesuai: terbentuk endapan.
  2. Beningan bereaksi dengan imunoserum tetanus yang sesuai: terbentuk endapan
  3. Tambahkan antiserum B. pertussis yang sesuai pada sediaan uji: terbentuk aglutinasi.

UJI BATAS
Kandungan Residu Toksin Pertusis dan Ireversibilitas Toksoid Pertusis Lot akhir sesuai dengan Uji Batas.

Aluminum <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per dosis tunggal manusia, jika aluminum hidroksida atau aluminum hidrat fosfat digunakan sebagai adsorben.

Formaldehid Bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 g per L

Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan, tentukan jumlah pengawet antimikroba menggunakan metode yang sesuai. Tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang ditetapkan.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat

PENETAPAN POTENSI
Penetapan potensi dapat dilakukan pada lot akhir maupun ruahan akhir.

Komponen Difteri Lakukan seperti tertera pada penetapan Vaksin Jerap Difteri. Nilai potensi dengan tingkat kepercayaan terendah (P=0,95) tidak kurang dari 30 IU per dosis tunggal manusia.

Komponen Tetanus Lakukan seperti tertera pada pengujian Vaksin Jerap Tetanus. Potensi tidak kurang dari 40 IU per dosis tunggal manusia dengan batas kepercayaan (P = 0,95) antara 50 - 200% dari potensi relatif, kecuali jika batas bawah lebih besar dari 40 IU per dosis tunggal manusia.

Komponen Pertusis Lakukan seperti tertera pada pengujian Vaksin Pertusis Aselular. Kapasitas vaksin untuk menginduksi antibodi pada masing- masing antigen pertusis aselular tidak signifikan (P=0,95) kurang dari pada vaksin pembanding.