Vaksin Jerap Pertusis Sel Utuh


tambahan monografi
VAKSIN JERAP PERTUSIS SEL UTUH
Pertussis Vaccine (Whole Cell, Adsorbed)

Vaksin pertusis (sel utuh, jerap) merupakan suspensi steril sel utuh satu atau lebih galur Bordetella pertussis yang telah diinaktivasi, yang diberi perlakuan untuk memperkecil toksisitas dan menjaga potensi. Vaksin mengandung adsorben mineral seperti aluminium fosfat hidrat atau aluminium hidroksida.

PRODUKSI
Proses produksi harus menghasilkan vaksin yang secara konsisten sebanding dengan vaksin yang terbukti efektif secara klinis dan aman pada manusia.

Tingkat toksin pertusis, toksin aktif yang rentan terhadap panas toksin dermonekrotik atau sitotoksin trakea harus sebanding dengan tingkat toksin pertusis pada vaksin yang terbukti efektif secara klinis dan aman pada manusia serta disetujui oleh instansi yang berwenang.

PEMILIHAN GALUR VAKSIN
Vaksin terdiri dari campuran satu atau lebih galur B. pertussis. Galur B. pertussis yang digunakan dalam pembuatan vaksin dikarakterisasi dengan baik dan dipilih sedemikian rupa sehingga vaksin akhir mengandung terutama sel-sel fase I yang menunjukkan fimbriae 2 dan 3, yang ditetapkan melalui uji aglutinasi atau Metode imunokimia <1385> yang sesuai.

LOT BENIH
Produksi vaksin pertusis berdasarkan sistem lot benih. Galur B. pertussis yang digunakan diidentifikasi melalui rekaman riwayat lengkap, termasuk informasi tentang asal usul galur dan rekayasa selanjutnya yang dilakukan, karakteristik isolasi, dan terutama pada semua uji yang dilakukan secara berkala untuk memverifikasi sifat galur.

Media pertumbuhan B. Pertussis dipilih secara cermat dan memungkinkan mikroorganisme mempertahankan karakteristik fase I.

Jika digunakan darah hewan atau produk darah hewan, maka perlu dihilangkan dengan mencuci bakteri yang dipanen.

Darah manusia atau produk darah manusia tidak digunakan dalam media kultur manapun untuk propagasi bakteri, baik untuk benih maupun untuk vaksin.

PROPAGASI DAN PANENAN
Setiap galur ditumbuhkan secara terpisah dari lot benih kerja. Biakan diperiksa pada tahap fermentasi yang berbeda (subkultur dan kultur utama) untuk kemurnian, identitas, opasitas sel, dan pH. Biakan yang tidak memenuhi syarat harus dibuang.

Produksi biakan harus konsisten dalam hal tingkat pertumbuhan, pH, dan hasil sel atau produk sel.

Bakteri dipanen dan dicuci untuk menghilangkan bahan yang berasal dari media dan disuspensikan dalam larutan natrium klorida 9 g per L atau larutan isotonik lainnya.

PANENAN SEL MONOVALEN
Konsistensi produksi dimonitor tingkat pertumbuhan, pH, karakteristik organisme fase I dalam biakan, seperti adanya fimbriae 2 dan 3, serta aktivitas hemolitik. Panenan tunggal tidak digunakan untuk vaksin ruahan akhir kecuali telah terbukti mengandung sel B. pertussis dengan karakteristik yang sama dalam hal pertumbuhan dan aglutinogen sebagai galur induk, dan bebas dari kontaminasi bakteri dan jamur.

Hanya panenan monovalen yang memenuhi syarat dibawah ini yang dapat digunakan untuk proses produksi selanjutnya.

Kemurnian Sampel panenan tunggal yang diambil sebelum inaktivasi diperiksa dengan mikroskop pewarnaan gram, atau dengan inokulasi pada media kultur yang sesuai, atau dengan prosedur lain yang sesuai.

Opasitas Opasitas dari setiap panenan tunggal diukur tidak lebih dari 2 minggu setelah panen dan sebelum suspensi bakteri telah mengalami proses yang mampu mengubah opasitasnya. Opasitas dibandingkan dengan opasitas baku internasional, dan digunakan sebagai dasar perhitungan untuk tahapan selanjutnya dalam pembuatan vaksin. Kesetaraan dalam unit internasional untuk opasitas baku internasional dinyatakan oleh WHO. Metode spektrofotometri yang telah divalidasi terhadap baku opasitas dapat digunakan misalnya dengan mengukur serapan pada panjang gelombang 600 nm.

INAKTIVASI DAN DETOKSIFIKASI SUSPENSI B. PERTUSSIS
Inaktivasi segera dilakukan setelah pengambilan sampel panenan tunggal untuk kontrol kemurnian dan pengukuran opasitas. Bakteri dimatikan dan didetoksifikasi dalam kondisi yang terkendali menggunakan zat kimia yang sesuai atau dengan pemanasan atau kombinasi kedua metode ini. Suspensi dipertahankan pada suhu 5° ± 3° dalam periode yang sesuai untuk mengurangi toksisitasnya. Hanya ruahan sel monovalen inaktif yang memenuhi syarat di bawah ini yang dapat digunakan untuk pembuatan vaksin ruahan akhir.

Residu B. pertussis hidup Inaktivasi sel utuh B. pertussis diverifikasi dengan media kultur yang sesuai.

Toksin pertusis Ukur dengan uji biakan sel CHO (Chinese Hamster Ovary) menggunakan teknik semi kuantitatif dan rentang yang telah ditetapkan.

pH <1071> Memenuhi syarat.

Identifikasi Verifikasi dengan uji aglutinasi atau uji imunodifusi yang sesuai.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan penetapan menggunakan 10 mL untuk setiap media.

Opasitas Opasitas dari setiap panenan tunggal diukur dalam fase akhir, pada akhir proses fermentasi, dibandingkan dengan opasitas baku internasional, dan digunakan sebagai dasar perhitungan untuk tahapan selanjutnya dalam pembuatan vaksin. Kesetaraan dalam unit internasional untuk opasitas baku internasional dinyatakan oleh WHO. Serapan misalnya pada panjang gelombang 600 nm berada dalam rentang yang disetujui.

VAKSIN RUAHAN AKHIR
Vaksin ruahan akhir dibuat dengan pencampuran secara aseptis sejumlah panenan tunggal inaktif. Jika dua atau lebih galur B. pertussis digunakan, komposisi lot vaksin ruahan akhir yang berturut-turut harus konsisten untuk setiap galur yang diukur dalam unit opasitas. Konsentrasi bakteri vaksin ruahan akhir tidak lebih dari 20 unit opasitas per dosis tunggal manusia. Opasitas yang diukur pada panenan tunggal digunakan untuk menghitung kontaminasi bakteri dalam vaksin ruahan akhir. Adsorben mineral seperti aluminium fosfat hidrat atau aluminium hidroksida ditambahkan pada suspensi sel. Pengawet antimikroba yang sesuai dapat ditambahkan. Fenol tidak digunakan sebagai pengawet.

Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat di bawah ini yang dapat digunakan untuk pembuatan lot akhir.

Fimbriae Sebelum adsorben ditambahkan, setiap ruahan diperiksa kandungan fimbriae 2 dan 3 untuk memastikan bahwa ekspresi yang tepat telah terjadi selama pertumbuhan bakteri.

Pengawet antimikroba <61> Jumlah tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang tertera pada label. Jika digunakan, tentukan jumlah pengawet antimikroba dengan metode kimia atau fisikokimia yang sesuai.

LOT AKHIR
Vaksin ruahan akhir dicampur hingga homogen dan dimasukkan secara aseptis dalam wadah yang sesuai.

Hanya lot akhir yang memenuhi syarat Identifikasi, Uji, dan Penetapan potensi yang dapat diluluskan untuk penggunaan. Jika uji toksisitas spesifik, formaldehid bebas, pengawet antimikroba, dan penetapan potensi telah dilakukan dengan hasil yang memenuhi syarat pada vaksin ruahan akhir, uji tersebut dapat dihilangkan pada lot akhir.

Identifikasi Larutkan sejumlah natrium sitrat P dalam vaksin yang akan diuji, hingga kadar 100 g per L. Pertahankan suhu pada 37° selama sekitar 16 jam dan sentrifugasi untuk memperoleh endapan bakteri. Identitas vaksin pertusis didasarkan pada reaksi imunologi, misalnya aglutinasi dari bakteri yang disuspensikan kembali dengan serum anti-pertusis spesifik atau Metode imunokimia<1385> yang sesuai.

UJI BATAS
Toksisitas spesifik Gunakan tidak kurang dari 5 mencit sehat dengan bobot 14-16 g untuk kelompok uji dan kelompok kontrol. Gunakan mencit dengan jenis kelamin yang sama atau jantan dan betina dalam jumlah yang sama antara kelompok. Suntikkan secara intraperitoneal pada setiap mencit kelompok uji dengan 0,5 mL, mengandung sejumlah vaksin setara dengan tidak kurang dari setengah dosis tunggal manusia. Suntikkan pada setiap mencit kelompok kontrol dengan 0,5 mL larutan natrium klorida steril 9 g per L, mengandung sejumlah pengawet antimikroba yang sama dengan vaksin yang disuntikkan pada kelompok uji. Timbang kelompok mencit segera sebelum penyuntikan, 72 jam, dan hari ke-7 setelah penyuntikan. Vaksin memenuhi syarat jika: (a) setelah 72 jam, rata-rata bobot mencit kelompok uji tidak kurang dari sebelum disuntikkan; (b) pada hari ke-7, rata-rata bobot mencit kelompok uji tidak kurang dari 60% dibanding kelompok kontrol; dan (c) tidak lebih dari 5% mencit kelompok uji mati selama pengujian. Jika pengujian dilakukan menggunakan 5 mencit dan 1 mencit yang divaksinasi mati, pengujian dapat diulangi menggunakan 15 mencit dan hasil pengujian dikombinasi.

Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai adsorben.

Formaldehid bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 g per L, jika digunakan.

Pengawet antimikroba <61> Jumlah tidak kurang dari jumlah minimal efektif dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang tertera pada label. Jika digunakan, tetapkan jumlah pengawet antimikroba menggunakan metode kimia yang sesuai.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat.

PENETAPAN POTENSI
Potensi yang di estimasi tidak kurang dari 4,0 UI per dosis tunggal manusia dan pada batas kepercayaan lebih rendah (P=0,95) potensi yang diestimasi tidak kurang dari 2,0 UI per dosis tunggal manusia. Lakukan penetapan dengan membandingkan dosis sediaan uji dan dosis sediaan Baku vaksin pertusis yang dapat memberikan perlindungan yang sama bagi mencit terhadap dosis letal intraserebral B. pertussis.

Pemilihan galur tantang dan pembuatan suspensi tantang Gunakan Bordetella pertussis yang sesuai dan dapat menyebabkan kematian mencit dalam waktu 14 hari setelah penyuntikan secara intraserebral. Jika dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan, lebih dari 20% hewan mati, galur dianggap tidak sesuai. Buat satu subkultur dari galur di atas dan suspensikan hasil panenan B. pertussis dalam larutan yang mengandung kasein hidrolisat P 1% dan natrium klorida P 0,6%, pH 7,0 sampai 7,2 atau dalam larutan lain yang sesuai. Tetapkan opasitas suspensi. Buat satu seri pengenceran pada larutan yang sama, alokasikan tiap enceran pada masing-masing kelompok mencit yang terdiri dari 10 ekor. Suntikkan secara intraserebral 0,02 mL atau 0,03 mL tiap enceran pada tiap mencit dalam masing-masing kelompok yang dialokasikan. Setelah 14 hari hitung jumlah mencit yang hidup dari masing-masing kelompok. Dari hasil tersebut hitung opasitas suspensi yang mengandung 100 DL50 dalam setiap dosis tantang. Untuk penetapan potensi vaksin, buat subkultur segar dari galur B. pertussis yang sama, dan dari panenan bakteri buat suspensi dengan opasitas yang setara dengan lebih kurang 100 DL50 dalam setiap dosis tantang. Buat tiga pengenceran suspensi tantang.

Hewan uji Gunakan mencit putih dari galur yang sesuai dari sumber yang seragam, umur kurang dari 5 minggu, perbedaan bobot tubuh tidak lebih dari 5 g. Kelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing terdiri dari 16 ekor dan 4 kelompok masing-masing terdiri dari 10 ekor; dari jenis kelamin yang sama atau jenis kelamin berbeda yang dibagi merata di antara kelompok. Untuk 3 kelompok yang terdiri dari 16 ekor menerima sediaan baku dan 3 kelompok lainnya menerima sediaan uji, sedang 4 kelompok yang terdiri dari 10 ekor digunakan untuk penetapan DL50 suspensi tantang.

Prosedur Gunakan 3 dosis sediaan baku dalam pelarut yang sesuai dan 3 dosis sediaan uji yang disuspensikan dengan larutan yang sesuai. Ketiga dosis diatur sedemikian sehingga dosis yang melindungi 50% mencit mendekati dosis tengah. Umumnya digunakan dosis 0,5 unit; 0,1 unit dan 0,02 unit sediaan baku dan (1 dalam 8); (1 dalam 40) dan (1 dalam 200) enceran sediaan uji, masing-masing dosis tidak lebih dari 0,5 mL. Suntikkan setiap mencit satu dosis secara intraperitoneal. Setelah 14 hingga 17 hari, suntikkan mencit secara intraserebral satu dosis suspensi tantang B. pertussis. Pada saat yang sama suntikkan secara intraserebral pada 4 kelompok mencit terdiri dari 10 ekor suspensi tantang dengan enceran yang sesuai untuk menetapkan DL50 dalam dosis yang diberikan pada mencit yang telah diinokulasi. Amati mencit tiap hari selama 14 hari setelah penyuntikan dengan suspensi tantang. Hitung potensi vaksin menggunakan metode statistik probit atau metode statistik lain yang sesuai, berdasarkan jumlah mencit yang hidup, tidak termasuk mencit yang mati dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan suspensi tantang. Jika perlu, ulangi pengujian. Jika dilakukan lebih dari satu kali pengujian, potensi dan batas kepercayaan dihitung berdasarkan semua hasil uji yang absah. Uji absah jika dosis sediaan uji dan sediaan baku yang dapat melindungi 50% hewan uji terletak diantara dosis tertinggi dan terendah yang diberikan pada mencit, kurva dosis respons menunjukkan kemiringan yang bermakna dengan deviasi yang tidak bermakna, terhadap kesejajaran atau linieritas dan dosis tantang lebih kurang 100 DL50.

Penandaan
Cantumkan jumlah UI per dosis tunggal manusia; metode inaktivasi; nama dan jumlah adsorben; vaksin harus dikocok sebelum digunakan; vaksin tidak boleh dibekukan sebelum digunakan.