Sitikolin Natrium


Tambahan monografi
SITIKOLIN NATRIUM
Citicoline Sodium

 

Garam Mononatrium sitidin -5’-difosfokolin [33818-15-4]

C14H25N4NaO11P                                                          BM 510,31

Sitikolin Natrium mengandung tidak kurang dari 98,0% C14H25N4NaO11P2, dihitung terhadap zat kering.

Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau.

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, tidak larut dalam etanol dan dalam aseton.

Baku pembanding Sitikolin Natrium BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Zat bersifat higroskopik, lakukan penanganan pada kelembapan di bawah 30%. Buang bagian yang tidak digunakan setelah wadah dibuka. Asam 5’-Sitidilat BPFI.

Identifikasi

  1. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
  2. Spektrum serapan   inframerah   zat   yang yang didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Sitikolin Natrium BPFI.
  3. Pada 1 mg zat tambahkan 3 mL asam hidroklorida encer LP, larutan menunjukkan reaksi Natrium cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.

pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan menggunakan larutan 500 mg zat dalam 10 mL air.

Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan penetapan menggunakan larutan 1 g zat dalam 8 mL air.

Warna dan Akromisitas <1291> Tidak berwarna; lakukan penetapan menggunakan larutan 1 g zat dalam 8 mL air.

Klorida <361> Tidak lebih dari 0,05%. Lakukan penetapan menggunakan 0,10 g zat: opalesensi yang terjadi tidak lebih keruh dibandingkan larutan pembanding yang mengandung 5,0 mL Larutan baku natrium klorida 10 µg per mL.

Amonium Tidak lebih dari 0,05%.

Larutan pembanding Timbang saksama 29,7 mg amonium klorida P, larutkan dalam 1 L air. Tiap mL larutan mengandung setara 10 µg amonium.

Larutan raksa(II) kalium iodida alkalis Larutkan 10 g kalium iodida P dalam 10 mL air, tambahkan larutan jenuh raksa(II) klorida P secara perlahan sambil diaduk sampai terbentuk endapan merah yang tidak larut. Tambahkan 30 g kalium hidroksida P dan biarkan melarut, kemudian tambahkan 1 tetes atau lebih larutan jenuh raksa(II) klorida P, encerkan dengan air sampai 200 mL. Biarkan terbentuk endapan, gunakan beningan.

Prosedur Timbang 0,20 g zat, masukkan ke dalam labu destilasi, tambahkan 200 mL air bebas amonia P dan 1 g magnesium oksida P, distilasi, masukkan destilat ke dalam tabung Nessler berisi 5 mL air bebas amonia P dan 1 tetes asam hidroklorida encer LP. Hentikan destilasi jika sudah mencapai 40 mL, tambahkan 2 mL larutan raksa(II) kalium iodida alkalis, campur, diamkan selama 15 menit: opalesensi yang terjadi tidak lebih keruh dibandingkan larutan pembanding yang mengandung 10,0 mL Larutan pembanding.

Besi <331> Tidak lebih dari 0,01%. Lakukan penetapan menggunakan 200 mg zat: opalesensi yang terjadi tidak lebih keruh dibandingkan dengan 2,0 mL Larutan baku besi 10 µg per mL.

Fosfat Tidak lebih dari 0,1%.

Larutan pembanding fosfat Timbang saksama 0,286 g kalium dihidrogen fosfat P, yang telah dikeringkan hingga bobot tetap pada suhu 105⁰, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan air, kocok. Sebelum digunakan, pipet 10 mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda, dan kocok. Setiap mL larutan mengandung 20 µg fosfat.
Prosedur Larutkan 100 mg zat dalam 10 mL air, tambahkan 1 mL larutan amonium molibdat (1 g amonium molibdat P dalam 40 mL asam sulfat 0,5M) dan 0,5 mL asam 1,2,4-aminonaftolsulfonat LP, biarkan selama 5 menit. Warna yang terjadi tidak lebih intensif dari 5,0 mL Larutan pembanding fosfat.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 6,0%; lakukan pengeringan pada suhu 100° selama 5 jam di atas fosforpentoksida P dengan pengurangan tekanan udara.

Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 5 bpj. Lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat.

Arsen <321> Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat.

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih   dari 0,30 unit Endotoksin per mg, untuk penggunaan sediaan parenteral.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat, untuk penggunaan sediaan parenteral.

Sisa pelarut Jumlah metanol, etanol dan aseton berturut-turut tidak lebih dari 0,3; 0,5 dan 0,5%. Lakukan Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi <931>.

Larutan baku internal Encerkan sejumlah n- propanol P, dengan air hingga diperoleh larutan mengandung n-propanol 500 µg per mL.

Larutan baku persediaan Pipet sejumlah metanol P, etanol P dan aseton P, encerkan dengan air hingga diperoleh larutan mengandung metanol, etanol dan aseton berturut-turut 450, 750 dan 750 µg per mL.

Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan dan 5 mL Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda.

Larutan uji Timbang saksama 0,75 g zat masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal, encerkan dengan air sampai tanda.

Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi dengan injektor “headspace”, detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler dari leburan silika, berisi bahan pengisi polietilen glikol (20PEG-20M atau yang sama polaritasnya). Pertahankan suhu injektor, kolom dan detektor masing-masing berturut-turut pada suhu 200°, 60° dan 250°. Pertahankan ”headspace” pada suhu 80⁰ selama 45 menit. Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju alir antara 1,0 – 2,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 5000 lempeng teoritis, resolusi, R, antara respons puncak sitikolin dan puncak terdekat tidak kurang dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 1 mL) Larutan uji dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase metanol, etanol dan aseton menggunakan metode baku internal.

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.

Larutan baku Timbang saksama sejumlah 5’- Sitidilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar 7,5 µg per mL

Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar 2,5 mg per mL.

Larutan pembanding Pipet 1,0 mL Larutan uji ke dalam labu tentukur 500-mL, encerkan dengan air sampai tanda, hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL.

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku, Larutan pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 2,5 kali waktu retensi puncak utama, dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase 5’-sitidilat dalam zat dengan membandingkan terhadap respons puncak Larutan baku. Hitung persentase cemaran lain dengan membandingkan terhadap respons puncak Larutan pembanding. Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.

Tabel                                     

Nama Batas
5’-sitidilat 0,3 %
Cemaran lain Tidak lebih dari respons puncak utama Larutan pembanding (0,2%)
Total cemaran (kecuali 5’-sitidilat) Tidak lebih dari 3,5 kali respons puncak utama Larutan pembanding (0,7%)

 
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

Dapar fosfat Buat campuran volume sama larutan kalium dihidrogen fosfat 0,1 M dan larutan tetrabutil amonium hidroksida 0,01 M atur pH hingga 4,5 dengan penambahan asam fosfat P.

Fase gerak Campuran Dapar fosfat – metanol P (95:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Sitikolin Natrium BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. Kadar larutan 0,25 mg per mL.

Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. Kadar larutan 0,25 mg per mL.

Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah 5’-Sitidilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar 0,25 mg per mL. Campur larutan dengan Larutan baku dengan perbandingan volume sama.

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerjatinggi dilengkapi dengan detektor 276 nm dan kolom berisi bahan pengisi L1. Atur laju alir hingga memenuhi kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara 5’-sitidilat dan sitikolin natrium tidak kurang dari 1,5.

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlahvolume sama (lebih kurang 10 mL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase sitikolin natrium, C14H25N4NaO11P2 dalam zat dengan rumus:

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Sitikolin Natrium BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya