Vaksin Jerap Difteri, Tetanus, Pertusis Sel Utuh (Dtp)


tambahan monografi
VAKSIN JERAP DIFTERI, TETANUS, PERTUSIS SEL UTUH (DTP)
Diphtheria, Tetanus, and Pertussis (Whole Cell) Vaccine (Adsorbed) (DTP)

Vaksin jerap difteri, tetanus, pertusis sel utuh adalah vaksin kombinasi yang terdiri dari: toksoid formol difteri; toksoid formol tetanus dengan adsorben mineral yang ditambahkan suspensi Bordetella pertussis (B. pertussis) inaktif. Toksoid formol disiapkan dari toksin yang diproduksi oleh pertumbuhan Corynebacterium diphtheriae dan Clostridium tetani.

PRODUKSI
KETENTUAN UMUM PRODUKSI
Toksisitas Spesifik Komponen Difteri dan Tetanus Metode produksi divalidasi untuk menunjukkan bahwa produk jika diuji, akan memenuhi syarat berikut: Suntikkan secara subkutan 5 kali dosis tunggal pada manusia seperti yang tertera pada etiket ke tiap 5 marmot yang sehat, dengan berat masing-masing 250-350 g, yang belum belum pernah digunakan untuk pengujian. Jika dalam 42 hari hewan yang telah disuntik menunjukkan gejala atau mati karena toksin difteri atau tetanus, maka vaksin tersebut tidak memenuhi syarat. Jika lebih dari satu hewan uji mati karena faktor non spesifik, ulangi pengujian sekali lagi; jika lebih dari satu hewan uji mati pada pengujian kedua, vaksin tersebut tidak memenuhi syarat.

RUAHAN TOKSOID DIFTERI DAN TETANUS DIMURNIKAN, RUAHAN SUSPENSI B.PERTUSSIS INAKTIF
Ruahan toksoid difteri dan tetanus dimurnikan, ruahan suspensi B. pertussis inaktif memenuhi syarat monografi Vaksin Jerap Difteri, Vaksin Jerap Tetanus, Vaksin Jerap Pertusis Sel Utuh.

VAKSIN RUAHAN AKHIR
Vaksin ruahan akhir dimurnikan dengan jumlah toksoid difteri dan toksoid tetanus jerap yang sesuai, oleh mineral pembawa seperti aluminium fosfat terhidrasi atau aluminium hidroksida dan campuran dari jumlah yang sesuai dari suspensi B. pertussis inaktif; campuran yang dihasilkan isotonik dengan darah. Konsentrasi B. pertussis dari vaksin ruahan akhir tidak melebihi opasitas dari 20 IU per dosis tunggal manusia. Jika menggunakan dua atau lebih galur B. pertussis, komposisi dari lot yang berurutan dari vaksin ruahan akhir harus konsisten dengan proporsi masing-masing galur yang diukur dalam unit opasitas.
Pengawet antimikroba yang sesuai, terutama tipe fenolik, mempengaruhi aktivitas antigenik dan tidak boleh digunakan.
Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat berikut yang dapat akan digunakan pada penyiapan lot akhir.

Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan, tentukan jumlah pengawet antimikroba menggunakan metode yang sesuai. Tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang ditetapkan.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL untuk setiap media.

LOT AKHIR
Vaksin ruahan akhir didistribusikan secara aseptis ke dalam wadah steril. Wadah ditutup untuk mencegah kontaminasi. Hanya lot akhir yang memenuhi syarat Identifikasi, Uji Batas dan Penetapan potensi yang dapat dirilis untuk digunakan.

Toksisitas spesifik komponen pertusis, Pengawet antimikroba dan Penetapan potensi yang telah dilakukan dengan hasil memenuhi syarat pada Vaksin Ruahan Akhir, maka keduanya tidak perlu dilakukan pada lot akhir.

Formaldehid bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 g per L. Lakukan pada antigen yang dimurnikan atau pada ruahan akhir. Uji pada lot akhir dapat dihilangkan jika telah memenuhi syarat pada Vaksin Ruahan Akhir

IDENTIFIKASI
Lakukan penetapan yang sesuai, seperti tertera pada Metode Imunokimia <1385>. Larutkan sejumlah
natrium sitrat P dalam sediaan uji hingga diperoleh larutan 5-10%. Simpan pada suhu 37° selama lebih kurang 16-20 jam dan sentrifus hingga diperoleh beningan.

  1. Beningan    bereaksi    dengan    imunoserum difteri yang sesuai: terbentuk endapan.
  2. Beningan    bereaksi    dengan    imunoserum tetanus yang sesuai: terbentuk endapan. Tambahkan antiserum 
  3. pertussis yang sesuai pada sediaan uji: terbentuk aglutinasi

UJI BATAS
Toksisitas spesifik komponen pertusis Gunakan tidak kurang dari 5 mencit sehat dengan bobot 14-16 g, untuk kelompok uji dan kontrol salin. Gunakan mencit dengan jenis kelamin yang sama atau distribusikan jantan dan betina secara rata pada kedua kelompok. Biarkan hewan uji makan atau minum selama setidaknya 2 jam sebelum penyuntikan dan selama pengujian. Suntikkan secara intraperitoneal setiap mencit kelompok uji dengan 0,5 mL vaksin setara dengan tidak kurang dari setengah dosis tunggal manusia. Suntikkan setiap mencit kelompok kontrol dengan 0,5 mL larutan steril natrium klorida P 0,9%, yang mengandung sejumlah sama pengawet antimikroba dengan vaksin uji, jika digunakan. Timbang kelompok mencit segera sebelum penyuntikan, 72 jam dan 7 hari setelah penyuntikan. Vaksin memenuhi syarat jika: a) pada akhir 72 jam, bobot total mencit kelompok vaksin uji tidak kurang dari sebelum penyuntikan; b) pada akhir hari ke-7, peningkatan rata-rata bobot mencit kelompok uji tidak kurang dari 60% dari mencit kelompok kontrol; dan c) tidak lebih dari 5% mencit kelompok uji mati selama pengujian. Pengujian dapat diulang dan hasil uji dapat dikombinasi.

Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai adsorben.

Formaldehid Bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 g per L

Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan, tetapkan kadar pengawet antimikroba dengan metode kimia yang sesuai. Tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari yang tertera pada etiket.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat.

PENETAPAN POTENSI
Penetapan potensi dapat dilakukan pada lot akhir maupun ruahan akhir.

Komponen Difteri Lakukan salah satu metode yang ditentukan untuk pengujian vaksin difteri jerap yang disetujui oleh instansi berwenang. Batas kepercayaan bawah (P = 0,95) dari perkiraan potensi tidak kurang dari 30 IU per dosis tunggal manusia.

Komponen Tetanus Lakukan salah satu metode yang ditentukan untuk pengujian vaksin difteri jerap yang disetujui oleh instansi berwenang. Jika uji dilakukan pada marmot, batas kepercayaan bawah (P = 0,95) dari perkiraan potensi tidak kurang dari 40 IU per dosis tunggal manusia; Jika uji dilakukan pada mencit, batas kepercayaan bawah (P = 0,95) dari perkiraan potensi tidak kurang dari 60 IU per dosis tunggal manusia

Komponen Pertusis Potensi vaksin pertusis tidak kurang dari 4,0 IU per dosis tunggal manusia dan batas kepercayaan bawah (P = 0,95) dari perkiraan potensi tidak kurang dari 2,0 IU per dosis tunggal manusia, yang tidak lebih dari 1 mL. Lakukan penetapan dengan membandingkan dosis sediaan uji dan dosis sediaan Baku Pembanding Vaksin Pertusis yang dapat memberikan perlindungan yang sama bagi mencit terhadap dosis letal intraserebral B. pertussis

Pemilihan galur tantang dan pembuatan suspensi tantang Galur yang digunakan untuk tantang (pada umumnya B. pertussis 18323) harus disetujui oleh instansi yang berwenang. Gunakan galur yang sesuai dan dapat menyebabkan kematian mencit dalam waktu 14 hari setelah penyuntikan secara intraserebral. Jika dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan, lebih dari 20% hewan mati, galur dianggap tidak sesuai. Buat satu subkultur dari galur di atas dan suspensikan hasil panenan B. pertussis dalam larutan yang mengandung kasein hidrolisat P 1% dan natrium klorida P 0,6%, pH 7,0- 7,2 atau dalam larutan lain yang sesuai.

Opasitas suspensi Buat satu seri pengenceran pada larutan yang sama, alokasikan tiap enceran pada masing-masing kelompok mencit yang terdiri dari 10 ekor. Suntikkan secara intraserebral 0,02 mL atau 0,03 mL tiap enceran pada tiap mencit dalam masing-masing kelompok yang dialokasikan. Setelah 14 hari hitung jumlah mencit yang hidup dari masing-masing kelompok. Dari hasil tersebut hitung opasitas suspensi yang mengandung 100 LD50 dalam setiap dosis tantang. Untuk penetapan potensi vaksin, buat subkultur segar dari galur B. pertussis yang sama, dan dari panenan bakteri buat suspensi dengan opasitas yang setara dengan lebih kurang 100 LD50 dalam setiap dosis tantang. Buat tiga pengenceran suspensi tantang.

Hewan uji Gunakan mencit putih dari galur yang sesuai dari sumber yang seragam, umur kurang dari 5 minggu, perbedaan bobot tubuh tidak lebih dari 5 gram. Kelompokkan menjadi 6 kelompok masing- masing terdiri dari 16 ekor dan 4 kelompok masing- masing terdiri dari 10 ekor; dari jantan semua atau betina semua atau jantan dan betina yang dibagi merata di antara kelompok. Untuk 3 kelompok yang terdiri dari 16 ekor diberikan sediaan pembanding dan 3 kelompok lainnya diberikan sediaan uji, sedang 4 kelompok kontrol yang terdiri dari 10 ekor digunakan untuk penetapan LD50 suspensi tantang.

Prosedur Gunakan 3 dosis sediaan pembanding dalam pelarut yang sesuai dan 3 dosis sediaan uji yang disuspensikan dengan larutan yang sesuai. Ketiga dosis diatur sedemikian sehingga dosis yang melindungi 50% mencit mendekati dosis tengah. Umumnya digunakan dosis 0,5 IU; 0,1 IU dan 0,02 IU sediaan baku dan (1 dalam 8); (1 dalam 40) dan (1 dalam 200) enceran sediaan uji, masing-masing dosis tidak lebih dari 0,5 mL. Suntikkan secara intraperitoneal satu dosis pada setiap ekor mencit. Setelah 14 hingga 17 hari, suntikkan secara intraserebral 0,02 mL atau 0,03 mL suspensi tantang B. pertussis pada kelompok mencit pembanding dan uji. Pada saat yang sama suntikkan secara intraserebral suspensi tantang dengan enceran yang sesuai pada 4 kelompok mencit terdiri dari 10 ekor untuk menetapkan LD50 dalam dosis yang diberikan pada mencit yang telah diinokulasi [Catatan Dapat digunakan enceran suspensi bakteri dengan jumlah 10000; 2000; 400; 80 bakteri]. Amati mencit tiap hari selama 14 hari setelah penyuntikan dengan suspensi tantang. Hitung potensi vaksin menggunakan metode statistik baku, berdasarkan jumlah mencit yang hidup, tidak termasuk mencit yang mati dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan suspensi tantang. Jika perlu, ulangi pengujian. Jika dilakukan lebih dari satu kali pengujian, potensi dan batas kepercayaan dihitung berdasarkan semua hasil uji yang absah. Uji absah jika dosis sediaan uji dan sediaan baku yang dapat melindungi 50% hewan uji terletak diantara dosis imunisasi tertinggi dan terendah yang diberikan pada mencit dan regresi tidak menunjukan deviasi yang signifikan (P ≤ 0,05). Dosis tantang berada diantara 100-1000 LD50 dan LD50 tidak lebih dari 300 unit koloni per dosis.