Vaksin Influenza ( Split Virion, Inaktif)


Tambahan monografi
VAKSIN INFLUENZA (SPLIT VIRION, INAKTIF)
Influenza Vaccine (Split Virion, Inactivated)

Vaksin influenza (split virion, inaktif) adalah suspensi cair steril dari galur virus influenza, tipe A atau B, atau campuran dari 2 tipe galur yang ditumbuhkan secara individual dalam telur ayam yang telah dibuahi atau dalam sel mamalia, diinaktivasi dan diperlakukan sedemikian rupa sehingga integritas partikel virus inaktif tanpa mengurangi sifat antigenik dari antigen hemaglutinin dan neuramidase. Jumlah antigen hemaglutinin pada setiap galur vaksin adalah 15 µg per dosis, kecuali bukti klinis mendukung penggunaan jumlah yang berbeda.

PRODUKSI
PEMILIHAN GALUR VAKSIN
Pada saat ini sudah umum digunakan reassorted strains yang memberikan hasil yang tinggi dari antigen permukaan yang sesuai. Sumber dan riwayat pasase harus disetujui oleh instansi yang berwenang.

SUBSTRAT UNTUK PROPAGASI VIRUS
Benih virus influenza yang digunakan dalam produksi vaksin dipropagasi dalam telur ayam yang telah dibuahi dari Sekelompok Ayam Bebas Patogen Spesifik untuk Produksi dan Pengawasan Mutu Vaksin <1411> atau Substrat Sel Untuk Produksi Vaksin Manusia <1412>, seperti fibroblas embrio ayam atau sel ginjal ayam dari sekelompok ayam bebas patogen spesifik <1411>. Untuk produksi, setiap galur virus ditumbuhkan dalam rongga alantois dari telur ayam yang telah dibuahi dari sekelompok ayam sehat.

LOT BENIH VIRUS
Produksi vaksin berdasarkan sistem lot benih. Jumlah maksimal pasase antara lot benih induk dan lot benih kerja harus disetujui oleh instansi yang berwenang. Vaksin akhir mewakili 1 pasase dari lot benih kerja. Antigen hemaglutinin dan neuraminidase dari setiap lot benih diidentifikasi berasal dari galur virus influenza yang tepat dengan metode yang sesuai. Hanya lot benih kerja virus yang memenuhi syarat berikut yang dapat digunakan dalam pembuatan panenan gabungan monovalen.

Kontaminasi Bakteri dan Jamur Panenan tunggal memenuhi Uji sterilitas <71> dilakukan menggunakan 10 mL untuk setiap media.

Mikoplasma <74> Lakukan penetapan menggunakan 10 mL.

UJI PADA SEL KONTROL
Virus Hemadsorbsi Pada akhir periode pengamatan atau pada saat virus dipanen dari biakan produksi, tidak kurang dari 25% dari sel kontrol harus diuji keberadaan virus hemadsorbsi menggunakan sel darah merah marmot. Durasi penyimpanan sel tidak lebih dari 7 hari, dan suhu penyimpanan 2 sampai 8°. Selama uji virus hemadsorbsi, media tidak mengandung ion kalsium dan magnesium.

Uji pada cairan beningan Tidak kurang dari 10 mL cairan beningan gabungan dari biakan kontrol yang dikumpulkan pada akhir periode pengamatan harus diuji dalam substrat sel yang sama, tetapi tidak dalam bets yang sama, seperti yang digunakan untuk produksi. Sampel tambahan tidak kurang dari 10 mL harus diuji pada sel manusia dan sel monyet. Sampel harus diinokulasi ke dalam botol biakan sel, sedemikian rupa sehingga pengenceran cairan beningan dalam media nutrisi tidak melebihi 1 dalam 4. Area lapisan sel tidak kurang dari 3 cm2 per mL cairan beningan. Tidak kurang satu botol dari setiap biakan sel tidak diinokulasi sebagai kontrol.
Biakan diinkubasi pada suhu 35° sampai 37° dan diamati selama tidak kurang dari 2 minggu. Penggunaan uji cepat (misalnya PCR multipleks), dapat dilakukan dalam batasan waktu prosedur.

Identifikasi Untuk vaksin yang diproduksi dalam biakan lini sel, sel kontrol harus diidentifikasi dengan metode biokimia (seperti analisis isoenzim), uji penanda imunologis dan sitogenetik yang disetujui oleh instansi yang berwenang.

PROPAGASI VIRUS DAN PANENAN
Agens antimikroba dapat ditambahkan pada inokulum. Setelah inkubasi pada suhu yang terkendali, cairan alantois dipanen dan digabungkan untuk membentuk panenan gabungan monovalen. Agens antimikroba dapat ditambahkan pada saat panen. Penisilin atau streptomisin tidak digunakan pada tahap produksi.

PANENAN MONOVALEN GABUNGAN
Untuk membatasi kemungkinan kontaminasi, inaktivasi dimulai sesegera mungkin setelah persiapan. Virus diinaktivasi dengan metode yang telah terbukti efektif secara konsisten untuk produksi dibuktikan pada 3 bets berturut-turut agar konsisten untuk produsen. Proses inaktivasi harus terbukti mampu menginaktivasi virus influenza tanpa merusak sifat antigenisitas; proses tersebut harus menyebabkan perubahan minimum antigen hemaglutinin dan neuraminidase. Proses inaktivasi juga harus terbukti mampu menginaktivasi virus leukosis unggas dan mikoplasma. Jika panenan monovalen gabungan disimpan setelah inaktivasi, penyimpanan dilakukan pada suhu 5±3°.
Jika digunakan larutan formaldehid, konsentrasi tidak lebih dari 0,2 g per L CH2O setiap saat selama inaktivasi; jika digunakan β-propilakton, konsentrasi tidak lebih dari 0,1% v/v setiap saat selama inaktivasi.
Sebelum atau sesudah prosedur inaktivasi, panenan monovalen gabungan terkonsentrasi dan dimurnikan dengan sentrifugasi berkecepatan tinggi atau metode lain yang sesuai dan partikel virus inaktif menjadi komponen subunit dengan menggunakan prosedur yang disetujui. Untuk setiap galur baru, validasi dilakukan untuk menunjukkan bahwa ruahan monovalen terutama terdiri dari partikel virus inaktif. Hanya panenan monovalen gabungan yang memenuhi syarat berikut yang dapat digunakan dalam pembuatan vaksin ruahan akhir.

Antigen Hemaglutinin Tetapkan kandungan antigen hemaglutinin dengan uji imunodifusi, melalui perbandingan dengan larutan pembanding antigen Hemaglutinin atau dengan preparat antigen yang dikalibrasi. Lakukan uji pada 20-25°. Untuk beberapa vaksin, bentuk fisik partikel hemaglutinin mencegah penetapan kuantitatif dengan imunodifusi setelah inaktivasi virus. Untuk vaksin ini, penetapan antigen Hemaglutinin dilakukan pada panenan gabungan monovalen sebelum inaktivasi. Proses produksi divalidasi untuk menunjukkan penyimpanan yang sesuai untuk antigen Hemaglutinin dan pelacak yang sesuai digunakan dalam formulasi, misalnya, kandungan protein. 

Antigen Neuraminidase Keberadaan dan jenis antigen neuraminidase dikonfirmasi dengan metode enzimatik atau imunologis yang sesuai pada 3 panenan gabungan monovalen pertama dari setiap lot benih kerja.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL untuk setiap media

Residu Virus Infektif Lakukan uji seperti tertera pada Uji Batas

Pengujian untuk bahan kimia yang digunakan dalam produksi Uji dilakukan pada panenan gabungan monovalen untuk inaktivasi menggunakan senyawa kimia, dengan batas yang disetujui oleh instansi yang berwenang.

VAKSIN RUAHAN AKHIR
Jumlah yang sesuai dari panenan monovalen gabungan dicampur untuk membuat vaksin ruahan akhir. Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi persyaratan berikut yang dapat digunakan dalam pembuatan lot akhir.

Pengawet antimikroba <61> Jika digunakan, tentukan jumlah pengawet antimikroba menggunakan metode kimia yang sesuai. Tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang ditetapkan. 

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 mL untuk setiap media.

Antigen Hemaglutinin Tetapkan seperti tertera pada Antigen Hemaglutinin pada Panenan Monovalen Gabungan. Uji dapat dihilangkan jika pengujian dilakukan pada setiap lot.

Kandungan ajuvan Tetapkan kandungan ajuvan dengan metode yang disetujui oleh instansi yang berwenang. Jumlah dan sifat ajuvan harus dalam kisaran yang terbukti efektif secara klinis dan harus disetujui oleh instansi yang berwenang.

LOT AKHIR
Vaksin ruahan akhir didistribusikan ke dalam wadah steril. Wadah ditutup untuk mencegah kontaminasi. Hanya lot akhir yang memenuhi syarat Uji Batas dan Penetapan potensi yang dapat dirilis untuk digunakan. Uji Residu virus infektif yang telah dilakukan dengan hasil yang memenuhi syarat pada Panenan Monovalen Gabungan, dan Uji batas formaldehid bebas, ovalbumin, dan protein total yang telah dilakukan dengan hasil yang memenuhi syarat pada ruahan akhir, maka uji tersebut pada lot akhir dapat dihilangkan.

IDENTIFIKASI
Potensi dapat digunakan untuk konfirmasi spesifitas antigenik vaksin 

UJI BATAS
Residu virus infektif
Inokulasi 0,2 mL vaksin ke dalam rongga alantois setiap 10 telur ayam yang telah dibuahi dan inkubasi pada 33-37o selama 3 hari. Uji valid jika tidak kurang dari 8 dari 10 embrio hidup. Panen 0,5 mL cairan alantois dari setiap embrio yang hidup dan gabungkan cairannya. Inokulasi 0,2 mL cairan yang terkumpul ke dalam 10 telur yang telah dibuahi dan inkubasi pada 33-37o selama 3 hari. Uji valid jika tidak kurang 8 dari 10 embrio hidup. Panen 0,1 mL cairan alantois dari setiap embrio yang hidup dan periksa setiap panenan individual untuk virus hidup melalui uji hemaglutinin. Jika ditemukan hemaglutinin pada cairan, lakukan pasase pada telur dan uji hemaglutinasi hingga tidak terjadi hemaglutinasi.

Pengawet Antimikroba <61> Jika digunakan, jumlah tidak kurang dari kadar efektif terendah dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang tertera pada label. Tetapkan kadar bahan pengawet antimikroba dengan metode kimia yang sesuai.

Formaldehid Bebas <1395>Tidak lebih dari 0,2 g per L.

Ovalbumin Tidak lebih dari jumlah yang tertera pada etiket dan tidak lebih dari 1 µg per dosis manusia, ditetapkan melalui Metode imunokimia <1385> yang sesuai menggunakan larutan baku ovalbumin

Protein Total <1387> Tidak lebih dari 6 kali kandungan hemaglutinin total dari vaksin sebagaimana ditetapkan pada Penetapan Potensi, tetapi dalam beberapa kasus, tidak lebih dari 100 µg protein per galur virus per dosis manusia dan tidak lebih dari total 300 µg protein per dosis manusia.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat.

Endotoksin Bakteri <201>Memenuhi syarat.

PENETAPAN POTENSI
Tetapkan jumlah antigen hemaglutinin menggunakan Metode uji imunodifusi <1385>, dengan membandingkan larutan baku antigen hemaglutinin atau dengan larutan antigen yang telah dikalibrasi. Lakukan uji pada 20-25o. Vaksin mengandung tidak kurang dari 15µg hemaglutinin pada setiap dosis manusia dari setiap galur yang digunakan. Batas kepercayaan (P = 0,95) tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 125% kandungan antigen hemaglutinin yang diperkirakan. Batas kepercayaan terendah (P = 0,95) tidak kurang dari 80% dari jumlah yang tertera pada etiket untuk setiap galur.
Untuk beberapa vaksin, penetapan kuantitatif antigen hemaglutinin terhadap larutan baku yang tersedia tidak dimungkinkan. Identifikasi imunologis dari antigen hemaglutinin dan penetapan semi kuantitatif dilakukan dengan metode yang sesuai.