Vaksin Poliomielitis, Hidup (Oral)


tambahan monografi
VAKSIN POLIOMIELITIS, HIDUP (ORAL)
Poliomyelitis Vaccine, Live (Oral)

 

Vaksin poliomielitis oral adalah sediaan virus poliomielitis hidup tipe 1, tipe 2, atau tipe 3 yang dilemahkan, ditumbuhkan dalam biakan sel yang sesuai. Vaksin dapat mengandung satu tipe virus, kombinasi virus tipe 1 dan tipe 3, atau kombinasi dari ketiga tipe virus galur Sabin, dibuat dalam bentuk yang cocok untuk pemberian oral dan memenuhi semua persyaratan yang tercantum. Vaksin berupa cairan jernih yang dapat berwarna jika terdapat indikator pH. 

PRODUKSI
Galur vaksin dan metode pembuatan harus konsisten menghasilkan vaksin yang imunogenik dan aman digunakan oleh manusia. Pembuatan vaksin berdasarkan sistem lot benih virus. Lini sel digunakan menurut sistem bank sel. Jika biakan sel ginjal monyet primer digunakan, pembuatan harus memenuhi persyaratan yang dijelaskan dibawah ini. Kecuali dinyatakan lain dan disetujui oleh instansi yang berwenang, virus dalam produk akhir tidak melewati lebih dari 2 pasase lot benih induk.

Baku pembanding Baku internasional untuk poliovirus tipe 1 (Sabin), poliovirus tipe 2 (Sabin) untuk uji MAPREC (Mutant Analysis by PCR and Restriction Enzyme Cleavage), dan poliovirus tipe 3 (Sabin) DNA sintetis untuk uji MAPREC digunakan sebagai penanda genetik dan uji molekular untuk konsistensi produksi.

Baku pembanding untuk setiap tipe poliovirus pada sabin asli + 2 tingkat pasase yaitu, WHO (SO + 2)/I untuk virus tipe 1, WHO (SO + 2)/II untuk virus tipe 2, dan WHO (SO + 2)/III untuk virus tipe 3 digunakan untuk perbandingan neurovirulensi in vivo dengan vaksin homotipe.

Substrat untuk propagasi virus Virus diperbanyak dalam sel diploid manusia atau sel lini lestari <1412>, atau dalam biakan sel ginjal monyet primer (termasuk serial pasase sel dari sel ginjal monyet primer).

Biakan sel ginjal monyet primer [Catatan: Persyaratan khusus subtsrat untuk propagasi virus dibawah ini berlaku terhadap biakan sel ginjal monyet primer. Monyet digunakan untuk pembuatan biakan sel ginjal monyet primer dan untuk pengujian virus].

Jika vaksin dibuat dalam biakan sel ginjal monyet primer, spesies hewan yang digunakan harus disetujui oleh instansi berwenang, sehat, dipelihara dalam koloni sistem tertutup, dimonitor secara intensif, dan sebelumnya tidak pernah digunakan untuk tujuan eksperimental lain.

Monyet harus dipelihara dalam kandang yang berjarak sejauh mungkin satu sama lain pada ruangan dengan ventilasi memadai. Lakukan pencegahan agar tidak terjadi infeksi silang antar monyet.

Tidak lebih dari dua monyet dipelihara dalam satu kandang dan setiap monyet tidak boleh bertukar kandang.

Monyet harus dipelihara di negara pembuat vaksin dalam koloni karantina selama tidak kurang dari 6 minggu sebelum digunakan. Koloni karantina adalah sekumpulan monyet sehat terpilih yang dipelihara dalam satu ruangan dengan makanan terpisah dan fasilitas kebersihan, serta tidak berhubungan dengan monyet lain selama periode karantina. Jika selama periode karantina tingkat kematian keseluruhan yang terdiri dari satu atau lebih koloni mencapai 5% (tidak termasuk kematian akibat kecelakaan atau kematian tidak disebabkan oleh infeksi penyakit), karantina monyet dari koloni tersebut harus dilanjutkan hingga tidak kurang dari 6 minggu. Koloni harus dipelihara secara kontinu dalam isolasi, seperti dalam karantina, begitu juga setelah periode karantina selesai. Setelah monyet terakhir dalam suatu koloni dikeluarkan, ruangan yang ditempati koloni tersebut harus dibersihkan dan didekontaminasi secara menyeluruh sebelum digunakan untuk koloni selanjutnya. Jika menggunakan ginjal dari monyet yang mendekati melahirkan, monyet tersebut dikarantina selama masa kehamilan.

Monyet yang akan diambil ginjalnya diperiksa secara menyeluruh, khususnya untuk membuktikan ada atau tidaknya infeksi tuberkulosis dan herpesvirus B (cercopithecine herpesvirus 1).

Jika ginjal monyet yang digunakan menunjukkan lesi patologis pada pembuatan lot benih pada vaksin, maka seluruh koloni tidak dapat digunakan kecuali jika ada bukti bahwa penggunaannya tidak merusak keamanan produk.

Seluruh prosedur yang dijelaskan di bawah ini harus dilakukan di luar area produksi vaksin. Monyet harus bebas dari antibodi terhadap virus simian (SV40), virus imunodefisiensi simian dan spumavirus. Sampel darah yang digunakan dalam pengujian untuk antibodi SV40 harus diambil sedekat mungkin dengan waktu pengambilan ginjal. Jika untuk produksi digunakan Macaca sp., monyet harus bebas dari antibodi terhadap infeksi virus cercopithecine herpesvirus 1 (herpesvirus B). Gejala infeksi herpesvirus manusia digunakan sebagai indikator bebas dari antibodi herpesvirus B dengan memperhitungkan bahaya penanganan herpesvirus B. Monyet yang digunakan untuk produksi lot benih baru harus bebas dari antibodi terhadap simian cytomegalovirus (sCMV).

Biakan sel ginjal monyet primer untuk pembuatan vaksin Ginjal yang tidak memperlihatkan tanda-tanda patologis digunakan untuk membuat biakan sel. Jika monyet berasal dari koloni yang dipelihara untuk produksi vaksin, biakan sel ginjal monyet yang dipasase secara berseri dari sel ginjal monyet primer dapat digunakan untuk propagasi virus, jika tidak, sel ginjal monyet tidak diperbanyak secara seri. Virus untuk pembuatan vaksin ditumbuhkan dengan metode aseptis dalam biakan tersebut. Jika serum hewan digunakan dalam propagasi sel, media pemeliharaan setelah inokulasi virus tidak boleh ditambahkan serum.

Setiap kelompok biakan sel yang berasal dari satu monyet atau janin yang tidak lebih dari 10 monyet mendekati melahirkan dibuat dan diuji sebagai kelompok individual.

LOT BENIH VIRUS
Galur virus polio yang digunakan harus diidentifikasi oleh catatan histori yang mencakup informasi tentang asal usul galur. Lot benih kerja dibuat dengan pasase tunggal dari lot benih induk dan pada tingkat pasase yang disetujui dari virus sabin asli. Lot benih virus dibuat dalam jumlah besar dan disimpan pada suhu dibawah -60°. Hanya lot benih virus yang memenuhi persyaratan di bawah ini dapat digunakan untuk Propagasi virus.

Identifikasi Setiap lot benih kerja diindentifikasi sebagai virus polio yang sesuai dengan tipenya menggunakan antibodi spesifik.

Konsentrasi virus Tetapkan menggunakan metode di bawah ini, konsentrasi virus merupakan dasar jumlah virus yang digunakan dalam uji neurovirulensi.

Agens asing <72> Jika lot benih kerja dibuat dalam sel diploid manusia atau dalam sel lestari kontinu, harus memenuhi persyaratan lot benih untuk vaksin virus. Jika lot benih kerja dibuat dalam biakan sel ginjal monyet primer, harus memenuhi persyaratan pada Propagasi dan panen virus, Produk ruahan monovalen, serta uji dalam mencit dewasa, mencit menyusui, dan marmot.

Sebagai tambahan terhadap persyaratan pada agens asing <72>, untuk vaksin yang dibuat dalam lini sel dan ketika lot benih dibuat dalam biakan sel ginjal monyet primer, lakukan uji untuk sCMV yang tervalidasi. Lot benih kerja harus bebas dari urutan DNA virus simian 40 (SV40) yang terdeteksi.

Uji Neurovirulensi Setiap lot benih induk dan kerja harus memenuhi syarat untuk neurovirulensi pada vaksin poliomielitis oral dalam mencit atau monyet transgenik. Prosedur yang sesuai untuk uji pada mencit dan monyet tersedia di WHO. Paling kurang tiga bets berturut-turut produk ruahan monovalen yang dibuat dari lot benih baru harus memenuhi persyaratan neurovirulensi vaksin oral poliomielitis sebelum lot benih dianggap sesuai untuk digunakan. Selain itu, lot benih sebaiknya tidak digunakan lagi dalam produksi vaksin jika frekuensi kegagalan produk ruahan monovalen yang dihasilkan dari lot benih tersebut lebih besar dari yang diprediksi secara statistik. Prediksi statistik ini dihitung setelah setiap uji berdasarkan semua produk ruahan monovalen yang diuji; sebanding dengan probabilitas tingkat penolakan palsu pada kesempatan uji pertama (misalnya 1%), probabilitas tingkat penolakan palsu pada pengujian ulang dapat diabaikan.

Penanda fenotipe atau genotipe Setiap lot benih virus harus memenuhi syarat uji MAPREC. Uji MAPREC tervalidasi dilakukan untuk setiap lot benih induk dan kerja untuk menetapkan profil (misalnya persentase kadar mutan). Prosedur (Mutant analysis by PCR and restriction enzyme cleavage (MAPREC) untuk vaksin polio oral tipe 1,2,3 (Sabin) yang sesuai tersedia pada WHO.

PROPAGASI DAN PANENAN VIRUS
Semua proses bank sel dan biakan sel turunannya dilakukan dalam kondisi aseptik pada area di mana tidak ada sel lain yang ditangani selama pembuatan. Serum hewan yang sesuai dapat digunakan dalam media biakan, tetapi media akhir untuk mempertahankan pertumbuhan sel selama propagasi virus tidak boleh mengandung serum hewan. Serum dan tripsin yang digunakan dalam pembuatan suspensi sel dan media harus bebas dari senyawa asing hidup. Media biakan sel dapat mengandung indikator pH seperti fenol merah dan antibiotik yang sesuai dengan kadar efektif terendah. Dianjurkan untuk menggunakan substrat bebas antibiotik selama pembuatan. Pada hari inokulasi dengan lot benih kerja virus, tidak kurang dari 5% atau 1000 mL (mana yang lebih rendah) dari biakan sel yang digunakan untuk pembuatan vaksin dipisahkan sebagai biakan sel yang tidak terinfeksi (sel kontrol). Persyaratan khusus yang diberikan dibawah ini, berlaku untuk sel kontrol ketika vaksin dibuat dalam biakan sel ginjal monyet primer. Suspensi virus dipanen tidak lebih dari 4 hari setelah inokulasi virus. Setelah inokulasi pembuatan biakan sel dengan lot benih kerja virus, sel terinokulasi dipertahankan pada suhu tetap yang sesuai, antara 33-35°±0,5°, biakan sel kontrol dipertahankan pada suhu 33-35° untuk periode inkubasi yang relevan.

Hanya panenan virus tunggal yang memenuhi syarat dibawah ini yang dapat digunakan pada pembuatan produk ruahan monovalen.

Konsentrasi virus Tetapkan konsentrasi panenan virus seperti tertera pada Penetapan untuk memantau konsistensi pembuatan dan untuk menentukan pengenceran yang akan digunakan untuk vaksin ruahan akhir.

Uji molekular untuk konsistensi pembuatan Lakukan uji MAPREC yang tervalidasi pada setiap panenan virus kecuali dinyatakan lain. Kriteria keberterimaan untuk konsistensi pembuatan ditentukan untuk setiap produsen dan untuk setiap benih kerja. Kriteria ini ditinjau secara berkala dan diperbarui sesuai dengan yang disetujui oleh instansi berwenang. Investigasi konsistensi dilakukan jika panenan virus memberikan hasil yang tidak konsisten dengan riwayat pembuatan sebelumnya. 

Sel kontrol Memenuhi syarat identitas dan Agens asing <72>, atau jika biakan sel ginjal monyet primer digunakan, dijelaskan seperti dibawah ini.

Biakan sel ginjal monyet primer [Catatan: Persyaratan khusus dibawah ini berlaku untuk propagasi dan panen dalam biakan sel ginjal monyet primer].

Biakan sel Pada hari inokulasi dengan lot benih kerja virus, setiap biakan sel diperiksa terhadap degenerasi yang disebabkan oleh senyawa infektif. Jika pada pemeriksaan ditemukan adanya senyawa asing, seluruh kelompok biakan tersebut harus ditolak.

Pada hari inokulasi dengan lot benih kerja virus, sampel tidak kurang dari 30 mL cairan yang dikumpulkan dari biakan sel ginjal dari setiap monyet tunggal atau dari janin tidak lebih dari 10 fetus dari monyet yang hamper melahirkan, dibagi dua bagian sama rata. Satu bagian cairan diuji dalam biakan sel ginjal monyet dari spesies yang sama, namun bukan hewan yang sama dengan yang digunakan pada pembuatan vaksin. Bagian cairan lainnya, jika perlu, diuji dalam biakan sel ginjal monyet dari spesies lain sehingga uji pada cairan dilakukan dalam biakan sel dari setidaknya satu spesies yang diketahui sensitif terhadap SV40. Cairan diinokulasi ke dalam botol biakan sel ini sedemikian hingga pengenceran cairan dalam media nutrisi tidak melebihi 1 dalam 4. Area permukaan sel tidak kurang dari 3 cm2 per mL cairan. Tidak kurang dari satu botol dari setiap jenis biakan sel tidak diinokulasi sebagai kontrol. Jika spesies monyet yang digunakan untuk pembuatan vaksin diketahui sensitif terhadap SV40, uji pada spesies kedua tidak diperlukan. Serum hewan dapat digunakan dalam propagasi sel, asalkan tidak mengandung antibodi SV40, tetapi media pemeliharaan setelah inokulasi bahan uji tidak mengandung serum tambahan kecuali seperti yang dijelaskan di bawah ini. Biakan diinkubasi pada suhu 35° – 37° dan diamati selama tidak kurang dari 4 minggu. Selama periode pengamatan ini dan setelah tidak kurang dari 2 minggu inkubasi, dibuat setidaknya satu subkultur cairan dari masing-masing biakan ini dalam sistem biakan sel yang sama. Subkultur juga diamati setidaknya selama 2 minggu. Serum dapat ditambahkan ke biakan asli pada saat membuat subkultur, asalkan serum tidak mengandung antibodi SV40. Teknik antibodi fluoresensi dapat digunakan untuk mendeteksi virus SV40 dan virus lain di dalam sel.

Sampel selanjutnya, tidak kurang dari 10 mL cairan yang dikumpulkan diuji untuk cercopithecid herpesvirus 1 (virus B) dan virus lain dalam biakan sel ginjal kelinci. Serum yang digunakan dalam media nutrisi dari biakan ini harus bebas dari inhibitor virus B. Human herpesvirus telah digunakan sebagai indikator untuk bebas dari inhibitor virus B karena bahaya penanganan virus B. Sampel diinokulasi ke dalam botol biakan sel ini sedemikian hingga pengenceran cairan dalam media nutrisi tidak melebihi 1 dalam 4. Area permukaan sel tidak kurang dari 3 cm2 per mL cairan. Tidak kurang dari satu botol dari setiap jenis biakan sel tidak diinokulasi sebagai kontrol. Biakan diinkubasi pada suhu 35 – 37° dan diamati selama tidak kurang dari 2 minggu.

Kemudian, sejumlah 10 mL cairan sampel yang diambil dari biakan sel pada hari inokulasi dengan lot benih virus diuji kandungan agens asing dengan inokulasi ke dalam biakan sel manusia yang sensitif terhadap virus campak. 

Uji tidak valid jika lebih dari 20% wadah biakan dipisahkan karena alasan tidak spesifik pada akhir periode tersebut. Jika pada pengujian ditemukan adanya agens asing, panen tunggal dari seluruh kelompok biakan sel yang bersangkutan ditolak.

Jika terdapat cercopithecid herpesvirus 1 (Virus B), pembuatan vaksin poliomielitis oral harus dihentikan dan diinformasikan kepada instansi yang berwenang. Pembuatan tidak boleh dilanjutkan sampai investigasi menyeluruh telah selesai dan tindakan pencegahan terhadap munculnya kembali infeksi telah dilakukan, serta hanya dengan persetujuan instansi yang berwenang.

Jika pengujian tidak dilakukan segera, sampel cairan biakan sel yang dikumpulkan harus disimpan pada suhu -60° atau lebih rendah, kecuali sampel untuk uji virus B dapat disimpan pada suhu 4°, asalkan pengujian dilakukan tidak lebih dari 7 hari setelah diambil.

Biakan sel kontrol Pada hari inokulasi dengan lot benih kerja virus, 25% (tetapi tidak lebih dari 2,5 L) suspensi sel yang diperoleh dari ginjal setiap monyet tunggal atau dari tidak lebih dari 10 monyet yang hampir melahirkan, digunakan untuk membuat biakan sel kontrol yang tidak diinokulasi. Biakan sel kontrol ini diinkubasi dalam kondisi yang sama dengan biakan yang diinokulasi selama tidak kurang dari 2 minggu dan diperiksa selama periode tersebut untuk melihat adanya perubahan sitopatik. Uji tidak valid jika lebih dari 20% biakan sel kontrol dipisahkan karena alasan tidak spesifik. Pada akhir periode pengamatan, biakan sel kontrol diperiksa terhadap degenerasi yang disebabkan oleh senyawa infektif. Jika pemeriksaan ini atau uji lain yang dibutuhkan pada bagian ini memperlihatkan adanya agens asing dalam biakan kontrol, virus polio yang ditumbuhkan dalam biakan yang diinokulasi dari kelompok yang sama harus ditolak.

Uji untuk virus hemadsorbsi Pada waktu panen atau dalam 4 hari inokulasi pembuatan biakan dengan lot benih virus, sejumlah 4% sampel biakan sel kontrol diambil dan diuji untuk virus hemadsorpsi. Pada akhir periode pengamatan, biakan sel kontrol yang tersisa diuji serupa. Lakukan pengujian seperti tertera pada Agens asing <72>

Uji untuk agens asing lain pada waktu panen atau dalam 7 hari inokulasi pembuatan biakan dengan lot benih virus, sejumlah tidak kurang dari 20 mL cairan sampel yang dikumpulkan dari setiap kelompok biakan kontrol diuji dalam 2 jenis biakan sel ginjal monyet, seperti yang telah dijelaskan di atas. Pada akhir periode pengamatan untuk biakan sel kontrol asli, ambil sampel cairan dan ulangi pengujian dengan mengacu pada bagian ini dalam dua jenis biakan sel ginjal monyet dan dalam biakan sel kelinci, seperti tertera pada Biakan sel di atas.

Jika terdapat cercopithecid herpesvirus 1 (Virus B), pembuatan biakan sel tidak boleh digunakan dan langkah-langkah pengamanan pembuatan vaksin yang dijelaskan di atas harus dilakukan. Cairan yang dikumpulkan dari biakan sel kontrol pada saat panen virus dan pada akhir periode pengamatan dapat dikumpulkan sebelum pengujian untuk agens asing. Sejumlah 2% cairan sampel yang dikumpulkan diuji dalam masing-masing sistem biakan sel yang ditentukan.

Panenan tunggal

Uji untuk panenan tunggal yang dinetralisasi dalam biakan sel ginjal monyet primer Sejumlah tidak kurang dari 10 mL dari setiap panenan tunggal dinetralkan dengan antiserum poliomielitis tipe spesifik yang dibuat dalam hewan selain monyet. Dalam membuat antisera untuk tujuan tersebut, antigen pengimunisasi yang digunakan harus dibuat dalam sel non-simian.

Separuh dari suspensi yang dinetralkan (setara dengan tidak kurang dari 5 mL panenan tunggal) diuji dalam biakan sel ginjal monyet yang dibuat dari spesies yang sama, tetapi bukan hewan yang sama, seperti yang digunakan pada pembuatan vaksin. Separuh suspensi yang dinetralkan lainnya, jika perlu, diuji dalam biakan sel ginjal monyet dari spesies berbeda sehingga uji pada suspensi yang dinetralkan dilakukan dalam biakan sel dari setidaknya satu spesies yang diketahui sensitif terhadap SV40.

Suspensi yang dinetralkan diinokulasi ke dalam botol biakan sel ini sedemikian hingga pengenceran suspensi dalam media nutrisi tidak melebihi 1 dalam 4. Area permukaan sel tidak kurang dari 3 cm2 per mL suspensi yang dinetralkan. Tidak kurang dari satu botol, dari setiap jenis biakan sel, tidak diinokulasi dan digunakan sebagai kontrol, dipertahankan dengan media nutrisi pada konsentrasi yang sama dengan antiserum spesifik yang digunakan untuk netralisasi.

Serum hewan dapat digunakan dalam propagasi sel, asalkan tidak mengandung antibodi SV40, tetapi media pemeliharaan setelah inokulasi bahan uji tidak mengandung serum tambahan kecuali seperti yang dijelaskan di bawah ini. Biakan diinkubasi pada suhu 35° – 37° dan diamati selama tidak kurang dari 4 minggu. Selama periode pengamatan ini dan setelah tidak kurang dari 2 minggu inkubasi, setidaknya dibuat satu subkultur cairan dari masing-masing biakan ini dalam sistem biakan sel yang sama. Subkultur juga diamati setidaknya selama 2 minggu. Serum dapat ditambahkan ke biakan asli pada saat membuat subkultur, asalkan serum tidak mengandung antibodi SV40.

Uji tambahan dilakukan untuk agens asing pada sampel panenan tunggal yang dinetralkan dengan menginokulasi 10 mL ke dalam biakan sel manusia yang sensitif terhadap virus campak. Uji ini juga valid untuk mendeteksi sCMV.

Teknik antibodi fluoresensi dapat digunakan untuk mendeteksi virus SV40 dan virus lain di dalam sel. Uji tidak valid jika lebih dari 20% dari wadah biakan dipisahkan karena alasan tidak spesifik pada akhir periode tersebut.

Jika perubahan sitopatik muncul pada biakan, penyebab perubahan tersebut harus diinvestigasi. Jika perubahan sitopatik terlihat disebabkan oleh virus polio yang tidak ternetralkan, ulangi pengujian. Jika terdapat SV40 atau agens asing lain yang berasal dari panenan tunggal, panenan tunggal tersebut ditolak.

PRODUK RUAHAN MONOVALEN
Produk ruahan monovalen dapat dibuat dengan pengumpulan sejumlah panenan tunggal dari jenis virus yang sama yang memenuhi syarat. Produk ruahan monovalen dari lini sel berkelanjutan dapat dimurnikan. Setiap produk ruahan monovalen disaring melalui penyaring retentif bakteri. Hanya produk ruahan monovalen yang memenuhi syarat berikut ini yang dapat digunakan untuk pembuatan vaksin ruah akhir.

Identifikasi Setiap produk ruahan monovalen diidentifikasi sebagai virus poliomielitis tipe tertentu, menggunakan antibodi spesifik.

Konsentrasi virus Tetapkan konsentrasi virus menggunakan metode yang dijelaskan dibawah ini, dan untuk menentukan pengenceran yang akan digunakan untuk vaksin ruahan akhir, untuk kuantitas virus yang digunakan dalam uji neurovirulensi, serta untuk menetapkan dan memantau konsistensi pembuatan.

Penanda fenotipe atau genotipe Uji MAPREC tervalidasi dilakukan untuk virus polio Sabin tipe 1, 2, atau 3 menggunakan prosedur seperti tertera pada Lot benih virus. Pada analisis ini, jumlah mutasi pada posisi 480 dan 525 dari genom (480-A; 525-C) untuk tipe 1, posisi 481 dari genom (481-G) untuk tipe 2, dan posisi 472 dari genom (472-C) untuk tipe 3 diperkirakan dan diekspresikan sebagai perbandingan relatif terhadap baku internasional untuk analisis MAPREC dari setiap tipe virus polio (Sabin) terkait. Dikarenakan uji MAPREC untuk poliovirus tipe 3 (sabin) sangat prediktif terhadap neurovirulensi in vivo, virus polio monovalen tipe 3 dari ruahan yang ditemukan memiliki tingkat mutasi lebih besar dari 1,0% dinyatakan gagal uji. Untuk produk ruahan monovalen virus polio tipe 1 atau 2, batas tingkat mutasi harus disetujui oleh instansi berwenang.

Kriteria keberterimaan untuk penilaian konsistensi pembuatan ditetapkan untuk setiap produksi lot benih kerja dengan persetujuan dari instansi yang berwenang. Kriteria ini diperbarui ketika setiap ruahan baru dibuat dan dianalisis. Jika produk ruahan monovalen memberikan hasil yang tidak konsisten dari riwayat pembuatan sebelumnya, lakukan investigasi terhadap konsistensi.

Jika virus polio (Sabin) monovalen ruahan gagal uji MAPREC, lakukan investigasi terhadap konsistensi proses pembuatan. Dalam hal gagal uji terjadi pada lot benih kerja baru, investigasi ini juga mencakup pertimbangan kesesuaian lot benih tersebut. Produk ruahan monovalen yang memenuhi syarat uji MAPREC selanjutnya dilakukan uji neurovirulensi in vivo.

Sambil menunggu hasil validasi dari uji MAPREC, produk ruahan monovalen diuji sifat reproduksi virusnya pada suhu 36° hingga 40°. Perbandingan kapasitas replikasi virus dalam produk ruahan monovalen diperoleh pada suhu antara 36° dan 40° dibandingkan dengan lot benih atau baku pembanding untuk uji penanda dan dengan galur rct/40- dan rct/40+ virus polio yang sesuai dari tipe yang sama. Suhu inkubasi yang digunakan dalam pengujian ini dikontrol dalam ± 0,1°.

Produk ruahan monovalen memenuhi syarat jika kedua virus dalam panenan dan baku pembanding yang sesuai, titer yang ditetapkan pada suhu 36° setidaknya 5.0 log10 lebih besar dari yang ditetapkan pada suhu 40°. Jika pertumbuhan pada suhu 40° sangat rendah sehingga perbandingan yang valid tidak dapat ditetapkan, gunakan suhu antara 39,0° – 39,5°. Pada suhu tersebut, pengurangan titer baku pembanding harus dalam kisaran 3,0 – 5,0 log10 dari nilai pada suhu 36°; pengurangan minimum yang dapat diterima ditentukan untuk setiap jenis virus pada suhu tertentu. Jika titer yang diperoleh untuk satu atau lebih virus pembanding tidak sesuai dengan nilai yang diharapkan, ulangi pengujian.

Uji Neurovirulensi Setiap ruahan monovalen memenuhi syarat seperti tertera pada Lot benih virus.

Biakan sel ginjal monyet primer

[Catatan: Persyaratan khusus dibawah ini berlaku untuk panenan monovalen yang berasal dari biakan sel ginjal monyet primer].

Retrovirus Tidak terdapat indikasi keberadaan retrovirus. Panenan monovalen yang dikumpulkan diperiksa menggunakan uji transkripsi balik.

Uji pada kelinci Sampel panenan monovalen yang dikumpulkan diuji terhadap cercopithecid herpesvirus 1 (virus B) dan virus lain dengan menyuntikkan tidak kurang dari 100 mL ke dalam tidak kurang dari 10 kelinci sehat dengan bobot 1,5 – 2,5 kg. Setiap kelinci menerima tidak kurang dari 10 mL dan tidak lebih dari 20 mL. Setiap kali pemberian intradermal 0,1 mL di beberapa titik hingga mencapai 1 mL (karena volume maksimum yang dapat disuntikkan secara intradermal di setiap titik adalah 0,1 mL), dan sisanya disuntikkan secara subkutan. Kelinci diamati selama tidak kurang dari 3 minggu terhadap kematian dan tanda-tanda penyakit.

Semua kelinci yang mati setelah 24 jam pertama pengujian dan kelinci yang memperlihatkan tanda-tanda penyakit diperiksa dengan otopsi. Otak dan organ diambil untuk pemeriksaan lebih rinci untuk menetapkan penyebab kematian.

Uji tidak valid jika lebih dari 20% kelinci yang diinokulasi memperlihatkan tanda-tanda infeksi kambuhan selama periode pengamatan. Panenan monovalen yang dikumpulkan memenuhi syarat jika tidak ada satu kelinci yang memperlihatkan bukti infeksi virus B atau agens asing lain atau lesi apa pun yang disebabkan oleh suspensi ruahan.

Jika terdapat virus B, lakukan langkah-langkah pengamanan pembuatan vaksin yang dijelaskan di atas dalam Biakan sel.

Uji pada marmot [Catatan: Jika biakan sel ginjal monyet primer tidak berasal dari monyet yang disimpan dalam koloni tertutup, panenan monovalen yang dikumpulkan harus memenuhi syarat untuk uji berikut] Suntikkan 0,1 mL panenan monovalen yang dikumpulkan secara intraserebral (0,05 mL pada tiap belahan otak) dan 0,5 mL secara intraperitoneal pada tidak kurang dari 5 marmot dengan bobot masing-masing 350 – 450 g. Ukur suhu rektal setiap hewan uji pada setiap hari kerja selama 6 minggu. Pada akhir periode pengamatan, lakukan otopsi pada setiap hewan uji. 

Sebagai tambahan, suntikkan pada tidak kurang dari 5 marmot, 0,5 mL secara intraperitoneal dan amati seperti yang dijelaskan diatas selama 2-3 minggu. Pada akhir periode pengamatan, lakukan pasase dari hewan-hewan tersebut hingga tidak kurang dari 5 marmot menggunakan darah dan suspensi jaringan hati atau limpa. Ukur suhu rektal setiap marmot selama 2-3 minggu. Otopsi semua hewan yang setelah hari pertama pengujian mati atau dimatikan karena memperlihatkan tanda-tanda penyakit, atau pada 3 hari berturut-turut memperlihatkan suhu tubuh lebih dari 40,1°; lakukan pemeriksaan histologi untuk mendeteksi infeksi dengan filovirus; sebagai tambahan, suntikkan suspensi jaringan hati atau limpa atau darah secara intraperitoneal pada tidak kurang dari 3 marmot. Jika terdapat tanda-tanda infeksi dengan filovirus, lakukan konfirmasi dengan uji serologi pada darah hewan yang terpengaruh. Panenan monovalen yang dikumpulkan memenuhi syarat jika tidak kurang dari 80% marmot tidak mati dan tetap sehat hingga akhir periode pengamatan, serta tidak ada hewan yang memperlihatkan tanda-tanda infeksi filovirus.

VAKSIN RUAHAN AKHIR
Vaksin ruahan akhir dibuat dari 1 (satu) atau lebih produk ruahan monovalen memenuhi syarat dan dapat mengandung lebih dari 1 (satu) tipe virus. Dapat mengandung perisa dan zat penstabil yang sesuai. Vaksin ruahan akhir harus memenuhi persyaratan Sterilitas <71> untuk dapat digunakan pada Lot Akhir. Gunakan 10 mL vaksin ruahan akhir untuk setiap media.

LOT AKHIR
Lot akhir harus memenuhi persyaratan Stabilitas termal, Identifikasi, Sterilitas, dan Titer Virus.

Stabilitas termal Simpan tidak kurang dari 3 wadah dari lot akhir pada 37° ± 1° selama 48 jam. Tentukan konsentrasi virus total seperti tertera pada Titer virus secara paralel untuk vaksin yang disimpan pada suhu tinggi dan vaksin yang disimpan pada suhu penyimpanan. Konsentrasi virus total vaksin yang disimpan pada suhu tinggi tidak lebih rendah dari 0,5 log10 dari vaksin yang disimpan pada suhu penyimpanan.

Baku Pembanding Virus poliomielitis (Sabin) tipe 1 Baku Pembanding; Virus poliomielitis (Sabin) tipe 2 Baku Pembanding; Virus poliomielitis (Sabin) tipe 3 Baku Pembanding; campuran virus hidup poliomielitis trivalent (Sabin tipe 1, tipe 2, dan tipe 3) Baku Pembanding.

IDENTIFIKASI
Vaksin mengandung virus poliomyelitis dari setiap tipe yang tercantum pada label. Lakukan uji imunologi pada biakan sel menggunakan antibodi spesifik.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat.

PENETAPAN POTENSI
Titer virus per dosis tunggal manusia tidak kurang dari 6,0 log10 CCID50 untuk tipe 1, tidak kurang dari 5,0 log10 CCID50 untuk tipe 2, dan tidak kurang dari 5,5 log10 CCID50 untuk tipe 3.

Lakukan titrasi virus, menggunakan tidak kurang dari 3 wadah vaksin terpisah. Titrasi satu wadah baku pembanding virus yang sesuai (triplo) untuk memvalidasi setiap uji. Titer virus baku dimonitor menggunakan control chart yang ditetapkan oleh setiap laboratorium. Jika vaksin mengandung lebih dari satu tipe virus poliomielitis, lakukan titrasi secara terpisah untuk setiap tipe menggunakan antiserum spesifik (lebih diutamakan antibody monoklonal) untuk menetralkan setiap tipe yang ada. Hitung titer virus individu untuk setiap wadah vaksin dan untuk setiap pengulangan baku, serta titer virus campuran yang sesuai menggunakan metode statistik.

Prosedur Inokulasikan sejumlah volume masing-masing pengenceran virus ke dalam sumur lempeng mikrotiter, tambahkan sejumlah volume suspensi sel Hep-2 (Cincinnati). Amati biakan antara hari ke-7 dan ke-9.

Pengujian tidak valid jika rentang kepercayaan (P = 0,95) titer virus baku untuk gabungan tiga pengulangan lebih dari ± 0,3 log10 CCID50, dan/atau titer virus baku berbeda lebih dari 0,5 log10 CCID50 dari nilai yang ditetapkan.

Pengujian diulang jika rentang kepercayaan (P = 0,95) titer virus vaksin gabungan lebih dari ± 0,3 log10 CCID50; data diperoleh hanya dari gabungan hasil uji yang valid dengan metode statistik untuk menghitung titer virus vaksin. Rentang kepercayaan (P = 0,95) titer virus gabungan tidak lebih dari ± 0,3 log10 CCID50.

Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu -20°. Vaksin dapat disimpan pada suhu 2 - 8° selama tidak lebih dari enam bulan. Selama pengiriman atau di pasaran, vaksin dapat mencair dan dibekukan kembali.

Penandaan 
Cantumkan tipe virus poliomielitis, jumlah minimum setiap tipe virus yang terkandung dalam dosis tunggal penggunaan pada manusia, substrat sel yang digunakan dalam pembuatan vaksin.