Larutan Oral Siklosporin


Cyclosporine Oral Solution 

Larutan Oral Siklosporin adalah larutan siklosporin dalam pembawa yang sesuai. Mengandung siklosporin, C62H111N11O12,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

 

Baku pembanding  Siklosporin BPFI; Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Bersifat higroskopis.

 

Identifikasi

    A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.

    Fase gerak 1 Gunakan etil eter P.

    Fase gerak 2 Campuran etil asetat Pmetil etil keton P–air–asam format P (60:40:2:1).

    Larutan A Larutan bismut subnitrat P 17 mg per mL dalam asam asetat P 20%.

    Larutan B Larutan kalium iodida P 400 mg per mL.

    Pengencer Metanol P-kloroform P (4:1).

    Larutan baku Timbang sejumlah Siklosporin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.

    Larutan uji Pipet sejumlah zat, encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.

    Penampak bercak 1 Campur 5 mL Larutan A,              5 mL Larutan B dan 20 mL asam asetat glasial P, tambahkan air hingga 100 mL. Buat segar.

    Penampak bercak 2 Hidrogen peroksida LP.

    Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi yang dilapisi campuran silika gel P 0,25 mm. Biarkan bercak mengering, masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak 1, hingga Fase gerak 1 merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan keringkan. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak 2, hingga Fase gerak 2 merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan keringkan. Semprot lempeng dengan Penampak bercak 1. Segera semprot lagi dengan Penampak bercak 2. Bercak siklosporin berwarna coklat dengan harga Rf lebih kurang 0,45. Warna dan harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. Abaikan bercak lain selain bercak utama.

    B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.

 

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Untuk larutan oral yang dikemas dalam wadah dosis tunggal.

 

Volume terpindahkan <1261>Memenuhi syarat. Untuk larutan oral yang dikemas dalam wadah dosis ganda.

 

Etanol (jika tertera pada etiket) Antara 80,0% dan  etiket. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan baku internal Gunakan propanol P-butanol P (3:50).

    Larutan baku persediaan Larutan etanol mutlak P 50 mg per mL dalam butanol P.

    Larutan baku Pipet Larutan baku persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan  Larutan baku internal 24% volume akhir, encerkan dengan  butanol P hingga kadar etanol 10 mg per mL.

    Larutan uji Pipet sejumlah volume zat,  tambahkan Larutan baku internal 24% volume akhir, encerkan dengan butanol P hingga kadar etanol 10 mg per mL.

    Prosedur Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala, kolom gelas 2 mm x 2 m, berisi bahan pengisi S3, gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju alir 35 mL per menit. Suhu injeksi 280°, detektor 290°, suhu kolom diatur seperti pada Tabel. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respon puncak, simpangan baku relatif tidak lebih dari 2,0%.

 

Tabel

suhu awal (°)

kenaikan suhu (°/menit)

suhu akhir

 (°)

waktu tunggu pada suhu akhir (menit)

145

0

145

8

145

32

270

0

 

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, [Catatan Atur jika perlu untuk mendapatkan kromatogram yang baik] rekam kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung persentase etanol, C2H5OH, dalam larutan yang digunakan dengan rumus:

 

               

RU dan RS berturut-turut adalah rasio perbandingan respons puncak etanol terhadap propanol dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar etanol dalam mg per mL Larutan baku; CU kadar etanol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol P-air-asam fosfat P (550:50:400:0,5). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Pengencer Buat campuran metanol P- kloroform P (4:1).

    Larutan baku Timbang saksama sejumlah Siklosporin BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. Gunakan larutan segera setelah pembuatan.

    Larutan uji Pipet sejumlah volume zat, encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. Gunakan larutan segera setelah pembuatan.

    Sistem kromatografi Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm, kolom 4,6 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L16, laju alir lebih kurang 1 mL per menit, suhu kolom 50°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak. Faktor kapasitas 3-10; efisiensi kolom tidak kurang dari 700 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif tidak lebih dari 1,5%.

   Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase siklosporin, C62H111N11O12, dalam larutan uji yang digunakan dengan rumus:

 

 

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar siklosporin dalam mg per mL Larutan baku; CU kadar siklosporin dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.

               

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.