Flukloksasilin Natrium


Flucloxacillin Sodium

Natrium(2S,5R,6R)-6-[[[3-(2-kloro-6-fluorofenil)-5-metilisoksazol-4-il]karbonil]amino]-3,3-dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0]heptan-2-karboksilat monohidrat [1847-24-1]

C19H16ClFN3NaO5S.H2O                              BM 493,9

 

Flukloksasilin Natrium mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 102,0% C19H16ClFN3NaO5S, dihitung terhadap zat anhidrat.

 

Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih; higroskopik.

 

Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam metanol dan larut dalam etanol.

 

Baku pembanding Flukloksasilin Natrium BPFI; Kloksasilin BPFI; Dikloksasilin BPFI.

 

Identifikasi

Lakukan identifikasi A dan D atau B, C dan D.

A.  Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Flukloksasilin Natrium BPFI.

    B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.

    Larutan amonium asetat Buat larutan amonium asetat P 154 g per Liter, atur pH hingga 5,0 dengan penambahan asam asetat glasial P.

    Fasa gerak Campuran aseton P-larutan amonium asetat (3:7).

    Larutan uji Larutkan 25 mg zat dalam 5 mL air.

    Larutan baku A Larutkan 25 mg Flukloksasilin Natrium BPFI dalam 5 mL air.           

   Larutan baku B Larutkan sejumlah 25 mg masing-masing Kloksasilin Natrium BPFI, Dikloksasilin Natrium BPFI dan Flukloksasilin Natrium BPFI dalam 5 mL air. 

    Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 1 µL Larutan baku A, Larutan baku B dan Larutan uji  pada lempeng kromatografi campuran silika gel p tersilanisasi. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat hingga 15 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan dan paparkan pada uap iodin P hingga bercak terlihat: harga Rf, warna dan ukuran bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku A. Kromatogram Larutan baku B menunjukkan 3 bercak yang jelas terpisah.

    C. Sejumlah 2 mg zat uji dalam tabung reaksi ukuran 150 mm x 15 mm, basahi dengan 0,05 mL air dan tambahkan 2 mL asam sulfat-formaldehid LP. Goyang tabung untuk mencampur: terjadi warna kuning kehijauan. Letakkan tabung reaksi pada tangas air selama 1 menit: terjadi warna kuning.

    D. Menunjukkan reaksi Natrium cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.

 

Kejernihan larutan <881> Harus jernih; serapan pada panjang gelombang 430 nm tidak lebih dari 0,04. Lakukan penetapan menggunakan larutan 10% dalam air bebas karbon dioksida P.

 

pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan menggunakan larutan 10% dalam air bebas karbon dioksida P.

 

Rotasi jenis <1081> Antara +158° dan +168°; lakukan penetapan menggunakan larutan 1%.

 

N,N Dimetilanilin <362>Tidak lebih dari 20 bpj.

 

Asam 2-etilheksanoat Tidak lebih dari 0,8%; lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas, seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan baku internal Larutkan 100 mg 3-asam sikloheksilpropionat dalam 100 mL sikloheksan P.

    Larutan baku Larutkan 75 mg asam 2-etil heksanoat dalam Larutan baku internal hingga 50,0 mL. Pipet 1 mL larutan, tambahkan 4,0 mL asam hidroklorida 33% v/v. Kocok kuat selama 1 menit. Biarkan lapisan memisah, jika perlu lakukan sentrifugasi, gunakan lapisan atas.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 300 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur, tambahkan 4,0 mL asam hidroklorida 33% v/v. Kocok kuat dengan 1 mL  Larutan baku internal selama 1 menit. Biarkan lapisan memisah, jika perlu lakukan sentrifugasi, gunakan lapisan atas.

    Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi detektor ionisasi nyala dan kolom leburan silika 0,53 mm x 10 meter dilapisi makrogol 20.000 2-nitrotereftalat (G35) setebal 1,0 ?m. Gunakan gas helium sebagai gas pembawa dengan laju alir 10 mL per menit. Suhu injektor 200°, suhu detektor 300° dan atur suhu kolom sebagai berikut:

 

waktu (menit)

suhu

(°)

kenaikan suhu

(°/menit)

 

Keterangan

0-2

40

-

isotermal

2-7,3

40 ® 200

30

gradien linear

7,3-10,3

200

-

isotermal

 

   Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf rekam kromatogram, ukur semua respons puncak. Hitung persentase asam 2-etilheksanoat dengan rumus:

RU dan  RS berturut-turut adalah perbandingan respons puncak  asam 2-etilheksanoat terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 2-etilheksanoat dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.

 

Air <1031> Metode I Antara 3,0% dan 4,5%; lakukan penetapan menggunakan 300 mg zat.

 

Pirogen <231> Memenuhi syarat; jika digunakan untuk sediaan parentral lakukan penetapan menggunakan dosis uji 1 mL per kg bobot kelinci yang mengandung flukloksasilin natrium 20 mg per mL dalam air untuk Injeksi P.

 

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Dapar Larutan kalium dihidrogen fosfat P 2,7 g per Liter, atur pH hingga 5,0 dengan penambahan natrium hidroksida P 8,5%.

    Fase Gerak Campuran asetonitril P-Dapar (25:75), saring dan awaudarakan. Jika Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan uji A Larutkan 50 mg zat dalam Fase gerak, dan encerkan dengan Fase gerak hingga 50,0 mL.

    Larutan uji B Pipet 5 mL Larutan uji A, encerkan dengan Fase gerak hingga 50,0 mL.

    Larutan baku A Larutkan 50,0 mg Flukloksasilin Natrium BPFI dalam 50,0 mL Fase gerak.  Encerkan 5,0 mL larutan dengan Fase gerak hingga 50,0 mL.

    Larutan baku B Pipet 5 mL Larutan baku A, encerkan dengan Fase gerak hingga 50,0 mL.

    Larutan baku C Larutkan 5 mg masing-masing Flukloksasilin Natrium BPFI dan Kloksasilin Natrium BPFI dalam 50,0 mL Fase gerak. 

    Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku C seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,  antara puncak kloksasilin (puncak pertama) dengan flukloksasilin (puncak kedua) tidak kurang dari 2,5.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama  (lebih kurang 20 µL) Larutan uji A, Larutan baku B dan larutan baku C ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 6 kali waktu retensi flukloksasilin, ukur semua respons puncak. Masing-masing cemaran A, B, C, D, E tidak lebih besar dari respons puncak utama Larutan baku B (1,0%). Total respons puncak cemaran tidak lebih dari 5 kali respons puncak utama Larutan baku B (5%). Abaikan respons puncak kurang dari 0,05 kali respons puncak utama Larutan baku B (0,05%).

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Dapar, Fase gerak, Larutan baku dan Larutan uji Lakukan seperti pada Senyawa sejenis.

    Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Senyawa sejenis. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku A seperti tertera pada Prosedur:  simpangan baku relatif pada enam kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama  (lebih kurang 20 µL) Larutan uji B dan Larutan baku A ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase flukloksasilin natrium, C19H16ClFN3NaO5S, dalam zat dengan rumus:

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji B dan Larutan baku A; CS adalah kadar Flukloksasilin Natrium BPFI dalam mg per mL Larutan baku A; CU adalah kadar flukloksasilin natrium dalam mg per mL Larutan uji B berdasarkan bobot yang ditimbang.

 

Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu tidak lebih dari 25º. Jika akan digunakan untuk pembuatan sediaan parenteral, wadah harus steril dan disegel sedemikian rupa hingga dapat mencegah masuknya mikroba.