Kalsium Glukonat


Calcium Gluconate

 

 

Kalsium D-glukonat (1:2) [299-28-5]

C12H22CaO14 (anhidrat)                             BM 430,37

Monohidrat [18016-24-5]                         BM 448,39

 

Kalsium Glukonat adalah senyawa anhidrat atau mengandung 1 molekul air hidrat. Bentuk anhidrat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C12H22CaO14, dihitung terhadap zat kering. Bentuk monohidrat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C12H22CaO14.H2O jika etiket menunjukkan untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi; tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 102,0% C12H22CaO14.H2O jika etiket menunjukkan tidak untuk penggunaan pembuatan injeksi.

 

Pemerian Hablur, granul atau serbuk putih; tidak berbau; tidak berasa. Stabil di udara.

Kelarutan Agak sukar (dan lambat) larut dalam air; mudah larut dalam air mendidih; tidak  larut dalam etanol. Larutan bersifat netral terhadap lakmus.

Baku pembanding Kalium Glukonat BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º selama 4 jam sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat.

 

Identifikasi

    A. Larutan 20 mg per mL menunjukkan reaksi Kalsium cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.

    B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Fase gerak Campuran etanol P-air-amonium hidroksida P-etil asetat P (50:30:10:10).

    Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25mm.

    Larutan baku Larutan Kalium Glukonat BPFI 10 mg per mL.

    Larutan uji Larutan zat 10 mg per mL (jika perlu panaskan dalam tangas air pada suhu 60º).

    Penampak bercak Larutkan 2,5 g amonium molibdat P dalam lebih kurang 50 mL asam sulfat 2 N dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 1,0 g serium(IV) sulfat P, goyang sampai larut, encerkan dengan asam sulfat 2 N sampai tanda.

    Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing  5 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan Fase gerak merambat sampai tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan pada suhu 110º selama 20 menit, biarkan dingin, semprot dengan Penampak bercak. Panaskan lempeng pada 110º selama 10 menit. Warna, ukuran dan harga RF bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan bercak utama Larutan baku.

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 3,0% untuk bentuk anhidrat; Tidak lebih dari 1,0% untuk bentuk monohidrat jika etiket menunjukkan untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi; Tidak lebih dari 2,0% untuk bentuk monohidrat jika etiket menunjukkan tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi; lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 16 jam.

 

Klorida dan Sulfat <361>

    Klorida Lakukan penetapan menggunakan larutan 1,0 g zat: mengandung klorida tidak lebih dari yang terdapat dalam 0,07 mL asam hidroklorida 0,020 N (0,005%). Jika dalam etiket dinyatakan tidak untuk sediaan injeksi, larutan 1,0 g zat mengandung klorida tidak lebih dari yang terdapat dalam  larutan 1 mL asam hidroklorida 0,020 N (0,07%).

    Sulfat Lakukan penetapan menggunakan larutan  zat yang dilarutkan dalam air mendidih tidak lebih dari 0,1 mL asam sulfat 0,020 N (0,005%). Jika dalam etiket dinyatakan tidak untuk sediaan injeksi, larutan 2,0 g dalam air mendidih mengandung sulfat tidak lebih dari yang terdapat dalam  larutan 1 mL asam sulfat 0,020 N (0,05%).

 

Oksalat Tidak lebih dari 0,01%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti  tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Kalsium glukonat Jika dalam etiket dinyatakan tidak untuk sediaan injeksi, gunakan air deionisasi.]

    Fase gerak Buat larutan natrium bikarbonat 0,0017 M dan natrium karbonat 0,0018 M dalam air. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan supresor regenerasi Buat larutan asam sulfat 0,0125 M.

    Asam hidroklorida encer Encerkan 1 mL asam hidroklorida P dengan air hingga volume 1200 mL.

    Larutan baku Timbang saksama sejumlah natrium oksalat P, larutkan dalam Asam hidroklorida encer hingga kadar lebih kurang 1,5 ?g per mL.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, larutkan dalam Asam hidroklorida encer, jika perlu sonikasi, encerkan dengan Asam hidroklorida encer sampai tanda.

    Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf ion dilengkapi dengan detektor konduktansi dan kolom pelindung 4 mm x 5 cm berisi bahan pengisi L12 dengan ukuran partikel 15 ?m, kolom analisis 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L12 dengan ukuran partikel 15 ?m dan kolom supresor anion mikromembran yang terhubung dengan seri kolom pelindung dan analisis. Kolom supresor anion dilengkapi dengan mikromembran yang memisahkan Fase gerak dengan Larutan supresor regenerasi mengalir berlawanan arah dengan Fase gerak dengan laju alir lebih kurang 7 mL per menit. Kondisikan sistem dengan Fase gerak selama lebih kurang 15 menit, dengan laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom yang ditentukan dari puncak analit tidak kurang dari 2500 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase oksalat dalam zat dengan rumus:

 

 

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak oksalat dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar natrium oksalat dalam ?g per mL Larutan baku; CU adalah  kadar kalsium glukonat dalam ?g per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; 88,03 dan 134,00 berturut-turut adalah bobot molekul oksalat dan natrium oksalat [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat tertera tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi,tidak harus memenuhi syarat ini.]

 

Fosfat Tidak lebih dari 0,01%.

    Larutan baku persediaan 1 Kalium fosfat monobasa 0,716 mg per mL.

    Larutan baku persediaan 2 Pipet 1 mL Larutan baku persediaan 1 ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda.

    Larutan baku Pipet 2 mL Larutan baku persediaan 2 ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda.

    Larutan uji persediaan Timbang 10,0 g zat, larutkan dalam  90 mL air panas (70º-80º) dan panaskan sampai mendidih, goyang selama 10 detik sampai larutan jernih.

    Larutan uji Pipet 1 mL Larutan uji persediaan panas ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan dengan air sampai tanda.

    Prosedur Ke dalam Larutan uji dan Larutan baku tambahkan masing-masing 4 mL asam sulfomolibdat LP, campur. Pada kedua larutan tambahkan 0,1 mL campuran segar asam hidroklorida 3 N-timah(II) klorida pekat asam LP (10:1), dan campur: setelah 10 menit warna Larutan uji tidak lebih intensif dari Larutan baku. [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat tertera tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi, tidak harus memenuhi syarat ini.]

 

Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,005%. Lakukan penetapan menggunakan larutan 2,0 g zat dalam air mendidih: tidak lebih dari yang terdapat dalam 0,1 mL asam sulfat 0,020 N (setara dengan 0,005%). Jika etiket menunjukkan untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi, larutan 2,0 g zat dalam air mendidih menunjukkan tidak lebih dari yang terdapat dalam 1 mL asam sulfat 0,020 N (setara dengan 0,05%).

 

Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai berikut: Larutkan 1,0 g zat dalam campuran 10  mL asam hidroklorida  P dan 20 mL air dan encerkan dengan air hingga 55 mL: larutan memenuhi Uji Batas Arsen, tanpa penambahan 20 mL asam sulfat 7 N, seperti tertera pada Prosedur.

 

Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10 bpj; [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat tertera tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi, tidak lebih dari 20 bpj.]

 

Magnesium dan Logam alkali Tidak lebih dari 0,4%. Timbang 1,0 g zat, larutkan dalam 100 mL air mendidih, tambahkan 10 mL amonium klorida LP, 1 mL amonium hidroksida P dan 50 mL amonium oksalat LP panas yang dipertahankan pada suhu 70º sampai 80º. Diamkan selama 4 jam, encerkan dengan air hingga 200 mL, saring. Uapkan 100 mL filtrat sampai kering dan pijarkan sampai bobot tetap. Bobot residu tidak lebih dari 2 mg. [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat tertera tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi, tidak harus memenuhi syarat ini.]

 

Senyawa mereduksi Tidak lebih dari 1,0%. Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, larutkan dalam 20 mL air panas, dinginkan dan tambahkan 25 mL tembaga(II) sitrat basa LP. Tutup, didihkan hati-hati selama tepat 5 menit dan segera dinginkan hingga suhu ruang. Tambahkan 25 mL asam asetat 0,6 N; 10,0 mL larutan iodum 0,1 N dan 10 mL asam hidroklorida 3 N, titrasi kembali dengan natrium tiosulfat 0,1N LV, tambahkan 3  mL larutan kanji LP mendekati titk akhir. Lakukan penetapan blangko.

 

Tiap mL natrium tiosulfat 0,1 N

setara dengan 27 mg senyawa mereduksi (sebagai dekstrosa)

 

Besi Tidak lebih dari 5 bpj.

    Larutan baku Pipet terpisah 2, 4 dan 10 mL Larutan baku besi, seperti tertera pada Uji batas besi <331> ke dalam labu tentukur100-mL yang berisi 1,37 g kalsium klorida P, yang sebelumnya telah diuji dan menunjukkan kadar besi kurang dari 5 bpj. Encerkan dengan asam hidroklorida 2 N sampai tanda. Kadar besi larutan ini berturut-turut 0,2; 0,4 dan 1,0 ?g per mL.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, masukkan ke dalam labu kuarsa 100-mL, tambahkan 20 mL asam nitrat 12 N dan panaskan sampai mendidih hingga terbentuk asap. Tambahkan 0,5 mL hidrogen peroksida P 30% dan panaskan kembali hingga terbentuk asap. Ulangi proses ini sampai volume lebih kurang 5 mL. Dinginkan, tambahkan 1,0 mL asam perklorat P dan panaskan sampai mendidih. [Perhatian Tidak boleh dipanaskan di atas 190º atau diuapkan hingga kering karena bahaya ledakan.] Masukkan larutan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan dengan asam hidroklorida 2 N sampai tanda.

    Larutan blangko Gunakan 0,34 g kalsium klorida P yang sebelumnya telah diuji dan menunjukkan kadar besi kurang dari 5 bpj. Lakukan seperti tertera pada Larutan uji.

    Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji secara bersamaan pada garis emisi besi 248,3 nm dengan spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> dilengkapi dengan lampu “hollow” katoda besi dan nyala asetilen– udara. Ukur serapan Larutan blangko dan lakukan koreksi. Buat kurva yang menggambarkan hubungan antara serapan Larutan baku terhadap kadar besi dalam ?g per mL dan tarik garis lurus yang sesuai dengan 3 titik yang mendekati garis lurus. Dari kurva yang diperoleh, tentukan kadar besi (C) dalam ?g per mL Larutan uji. Hitung kadar besi dalam bpj dalam zat yang digunakan dengan rumus:

 

 

C adalah kadar besi dalam Larutan uji yang diperoleh dari kurva regresi (µg per mL); V adalah  volume Larutan uji (mL); W adalah  bobot kalsium glukonat yang digunakan untuk menyiapkan Larutan uji (g). [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat tertera tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi, tidak harus memenuhi syarat ini.]

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 800 mg zat, larutkan dalam 150 mL air yang mengandung 2 mL asam hidroklorida 3 N. Sambil diaduk, sebaiknya menggunakan pengaduk magnetik, tambahkan lebih kurang 30 mL dinatrium edetat 0,05 M LV melalui buret 50 mL, kemudian tambahkan 15 mL natrium hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru hidroksi naftol LP, lanjutkan titrasi sampai titik akhir warna biru. Lakukan penetapan blangko.

 

Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M

setara dengan 21,52  mg C12H22CaO14

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

Penandaan Etiket menunjukkan anhidrat atau monohidrat. Jika jumlah kalsium glukonat dinyatakan pada etiket dari sediaan yang mengandung kalsium glukonat, ini merupakan  kalsium glukonat anhidrat (C12H22CaO14). Kalsium glukonat yang ditujukan untuk pembuatan sediaan injeksi harus dicantumkan dalam etiket. Kalsium glukonat yang tidak ditujukan untuk pembuatan sediaan injeksi harus dicantumkan dalam etiket dan dapat pula ditambahkan untuk pembuatan sediaan oral.