<1041> Penetapan Kadar Etanol


Metode I Cara Destilasi

 

    Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, lakukan penetapan dengan Metode I. Cara ini sesuai untuk penetapan sebagian besar ekstrak cair dan tingtura asalkan kapasitas labu destilasi cukup (umumnya 2 hingga 4 kali volume cairan yang akan dipanaskan) dan kecepatan destilasi diatur sedemikian sehingga diperoleh destilat yang jernih. Destilat yang keruh dapat dijernihkan dengan pengocokan menggunakan talk P atau kalsium karbonat P, dan saring, setelah itu suhu filtrat diatur dan kandungan etanol ditetapkan dari bobot jenis. Lakukan semua pekerjaan dengan hati-hati untuk mengurangi kehilangan etanol oleh penguapan.

    Untuk mencegah buih yang mengganggu dalam cairan selama destilasi, tambahkan asam kuat seperti asam fosfat P, asam sulfat P atau asam tanat P atau cegah dengan penambahan larutan kalsium klorida P sedikit berlebih, atau sedikit parafin P atau minyak silikon sebelum destilasi.

    Cegah gejolak selama destilasi dengan penambahan keping-keping berpori dari bahan yang tidak larut seperti silikon karbida P, atau manik-manik.

    Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol 30% atau kurang Pipet tidak kurang dari 25 mL cairan uji ke dalam alat destilasi yang sesuai, catat suhu pada pemipetan. Tambahkan air volume yang sama, destilasi hingga diperoleh destilat lebih kurang 2 mL lebih kecil dari volume cairan uji yang dipipet. Atur suhu destilat hingga sama dengan suhu pada waktu pemipetan. Tambahkan air secukupnya hingga volume sama dengan volume cairan uji. Destilat jernih atau keruh lemah dan hanya mengandung lebih dari sesepora sisa zat mudah menguap lainnya. Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25°C seperti tertera pada Penetapan Bobot Jenis <981>. Hitung presentase dalam volume, dari C2H5OH dalam cairan menggunakan Tabel Bobot Jenis dan Kadar Etanol.

    Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari 30 % Lakukan menurut cara diatas, kecuali gunakan cairan uji yang diencerkan dengan air lebih kurang dua kali volume cairan uji. Kumpulkan destilat hingga lebih kurang 2 mL lebih kecil dari dua kali volume cairan uji yang dipipet, atur suhu sama dengan cairan uji. Tambahkan air secukupnya hingga volume dua kali volume cairan uji yang dipipet, campur dan tetapkan bobot jenis. Kadar C2H5OH dalam volume destilat, sama dengan setengah kadar etanol dalam cairan.

    Asam Dan Basa Mudah Menguap Pada sediaan yang mengandung basa mudah menguap tambahkan asam sulfat encer P hingga sedikit asam, sebelum didestilasi. Jika sediaan mengandung asam mudah menguap, buat sedikit basa dengan natrium hidroksida LP.

    Gliserin Pada cairan yang mengandung gliserin tambahkan air secukupnya hingga sisa setelah didestilasi mengandung tidak kurang dari 50% air.

    Iodium Pada larutan yang mengandung iodium bebas, tambahkan serbuk zink P, sebelum didestilasi, atau hilangkan warna dengan penambahan larutan natrium tiosulfat P (1 dalam 10) secukupnya, dan beberapa tetes natrium hidroksida LP.

    Zat Mudah Menguap Lainnya Spirit, eliksir, tingtura dan sediaan sejenis yang mengandung sejumlah cukup banyak zat mudah menguap lain selain etanol, seperti minyak atsiri, kloroform, eter, kamfer dan lain-lain memerlukan penanganan khusus sebagai berikut:

    Untuk cairan yang diperkirakan mengandung 50% etanol atau kurang Pipet 25 mL cairan uji ke dalam corong pisah, tambahkan air volume sama. Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25 mL heksana P dan kocok untuk mengekstraksi zat mudah menguap lain yang mengganggu. Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua. Ulangi ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 25 mL heksana P. Ekstraksi kumpulan larutan heksana P tiga kali, tiap kali dengan 10 mL larutan jenuh natrium klorida P. Destilasi kumpulan larutan garam, tampung destilat hingga sejumlah volume mendekati volume cairan uji semula.

    Untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari 50%. Encerkan cairan uji dengan air hingga kadar etanol lebih kurang 25% kemudian lanjutkan menurut cara diatas mulai dari ”Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P...”.

    Dalam penyiapan Collodion atau Flexible Collodion untuk destilasi, gunakan air untuk mengganti larutan jenuh dari natrium klorida P yang dijelaskan diatas.

    Jika hanya mengandung sedikit minyak atsiri dan hasil destilasi keruh, perlakuan dengan pelarut heksana P seperti di atas tidak dilakukan, destilat dapat dijernihkan dan dapat digunakan untuk penetapan bobot jenis dengan mengocok dengan heksana P lebih kurang seperlima bagian volume atau dengan penyaringan melalui lapisan tipis talk.

 

Metode II  Cara Kromatografi Gas

 

    Metode IIa digunakan jika Metode II dinyatakan dalam masing-masing monografi.

 

Metode IIa

    Alat Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 1,8 m x 4 mm berisi fase diam S3 dengan ukuran partikel 100  hingga 120 mesh. Gunakan nitrogen P atau helium P sebagai gas pembawa. Sebelum digunakan, kondisikan kolom semalam pada suhu 235o, alirkan gas pembawa dengan laju alir lambat. Suhu kolom dipertahankan pada 120o, injektor dan detektor dipertahankan pada 210o. Atur laju alir gas pembawa dan suhu sehingga baku internal asetonitril tereluasi dalam waktu 5 hingga 10 menit.

    Larutan

    Larutan baku internal Encerkan 5,0 mL asetonitril P dengan air hingga 250,0 mL.

    Larutan baku persediaan Encerkan 5,0 mL etanol mutlak P dengan air hingga 250,0 mL.

    Larutan baku Pipet masing-masing 5 mL Larutan baku persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50 mL, encerkan dengan air sampai tanda.

    Larutan uji persediaan Encerkan zat uji secara bertahap dengan air hingga kadar etanol lebih kurang 2% v/v.

    Larutan uji Pipet masing-masing 5 mL Larutan uji persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50 mL, encerkan dengan air sampai tanda.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing 2 kali sejumlah volume sama (lebih kurang 5 µl) Larutan uji dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur perbandingan respons puncak. Hitung persentase etanol v/v dalam contoh dengan rumus:

 

 

 

C adalah kadar etanol mutlak, D adalah faktor pengenceran Larutan uji persediaan. RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons puncak dalam etanol terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku .   

    Uji kesesuaian sistem Pada kromatogram yang sesuai, faktor resolusi, R, tidak kurang dari 2; faktor ikutan puncak etanol tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif perbandingan respons puncak etanol dan baku internal pada enam kali penyuntikan Larutan baku tidak lebih dari 2,0%.

 

Metode II b

    Alat Kromatograf gas dilengkapi dengan injektor split dengan perbandingan split  5 : 1, detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler 0,53 mm x 30 m dilapisi fase diam G43 setebal 3,0 µm . Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan laju  linier 34,0 cm per detik. Kromatograf di program sebagai berikut:  suhu kolom dipertahankan pada 50º selama 5 menit; kemudian suhu dinaikkan dengan kecepatan 10º per menit hingga mencapai 200º dan dipertahankan selama 4 menit. Pertahankan suhu port injektor pada 210º  dan detektor pada 280º.

    Larutan

    Larutan baku internal Encerkan 5,0 mL asetonitril P dengan air hingga 250,0 mL.

    Larutan baku persediaan Encerkan 5,0 mL etanol mutlak P dengan air hingga 250,0 mL.

    Larutan baku Pipet masing-masing 5 mL Larutan baku persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50 mL, encerkan dengan air sampai tanda.

    Larutan uji persediaan Encerkan zat uji secara bertahap dengan air hingga kadar etanol lebih kurang 2% v/v.

    Larutan uji Pipet masing-masing 5 mL Larutan uji persediaan dan Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50 mL, encerkan dengan air sampai tanda.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing 2 kali sejumlah volume sama (0,2 hingga 0,5 µl) Larutan uji dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur perbandingan respons puncak. Hitung persentase etanol v/v dalam contoh dengan rumus:  

 

 

 

C adalah kadar etanol baku, D adalah faktor pengenceran volume Larutan uji persediaan. RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons puncak dalam etanol terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku.

    Uji kesesuaian sistem Pada kromatogram yang sesuai, faktor resolusi, R,  antara etanol dan larutan baku internal tidak kurang dari 4;   faktor ikutan pada puncak etanol tidak lebih  dari 2,0 dan simpangan baku relatif perbandingan respons puncak etanol dan baku internal pada enam kali penyuntikan ulang Larutan baku tidak lebih dari 4,0%.