Gom Akasia


Gom Arab

Gum Acacia

Gom Akasia adalah eksudat, yang mengeras di udara seperti gom, yang mengalir secara alami atau dengan penorehan batang dan cabang tanaman Acacia senegal L. Willdenow (Familia Leguminosae) dan spesies lain acacia yang berasal dari Afrika.

 

Pemerian Tidak berbau.

 

Kelarutan Larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit; praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter.

 

Makroskopik Butiran, bentuk bulat seperti ginjal atau bulat telur, penampang 1 sampai 3 cm, warna putih kekuningan, kuning atau coklat muda, kadang-kadang berwarna merah muda, rapuh, buram sering kali dengan permukaan yang retak, mudah pecah menjadi fragmen bersudut tidak beraturan dengan patahan melengkung, berwarna agak putih atau agak kekuningan; seperti kaca dan tembus cahaya. Di dalam pusat butiran yang tidak pecah sering terdapat rongga kecil.

 

Mikroskopik Serbuk berupa potongan mengkilat tidak beraturan, tidak berwarna terlihat sedikit pati atau jaringan tanaman; tidak terlihat adanya lapisan membran.

Identifikasi

    A. Lakukan penetapan menggunakan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.

    Fase gerak Campuran aseton P-n-butanol P-natrium fosfat monobasa P 1,6% (50:40:10)

    Penjerap Kieselgur G dalam larutan natrium fosfat monobasa P 1,6%.

    Larutan baku Larutan mengandung masing-masing 10 mg D-galaktosa P, D-glukosa P, L-arabinosa P, L-ramnosa P dalam 1 mL air, encerkan dengan metanol P hingga 10 mL.

    Larutan uji Refluks 1 g serbuk dalam 25 mL asam sulfat P 4% di dalam tangas air selama 90 menit, netralkan 10 mL larutan ini dengan 2 g barium karbonat P, kocok selama lebih kurang 90 menit, saring encerkan 1 mL filtrat dengan 9 mL metanol P dan sentrifus.

    Prosedur Totolkan secara terpisah sejumlah volume (10 µL) sama Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam Bejana kromatograf yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan merambat 10 cm. Angkat lempeng, keringkan dalam aliran udara hangat selama beberapa menit, masukkan kembali ke dalam Bejana kromatograf yang sama dan biarkan merambat 15 cm. Angkat lempeng dan keringkan dalam oven pada suhu 110° selama 10 menit dan semprot dengan asam aminohipurat LP. Kromatogram yang diperoleh dari Larutan baku berupa empat bercak terpisah jelas menunjukkan D-galaktosa (coklat kekuningan), D-glukosa (coklat kekuningan), L-ramnosa (kuning) dengan deretan harga RFmenaik. Kromatogram yang diperoleh dari Larutan uji berupa tiga bercak sesuai dengan D-galaktosa, L-arabinosa dan L-ramnosa. Tidak boleh ada bercak yang sesuai dengan D-glukosa dan bercak lain yang tampak, terutama pada bagian atas.

    B. Larutkan 1 g serbuk dalam 2 mL air, tambahkan 2 mL etanol P, kocok, terbentuk musilago putih yang menjadi cairan encer pada penambahan 10 mL air.

    C. Pada 5 mL larutan tambahkan10 mL etanol P. Cairan berkabut yang diperoleh, membentuk endapan putih pada penambahan 0,5 mL asam asetat 5 N. Saring, tambahkan pada filtrat jernih beberapa mL larutan amonium oksalat P 4%: filtrat berkabut.

    D. Larutkan 250 mg serbuk dalam 5 mL air sambil dikocok, tambahkan 0,5 mL larutan hidrogen peroksida P 3% dan 0,5 mL tingtur guaiakum LP. Kocok, biarkan beberapa menit: terjadi warna biru tua atau beberapa menit.

    E. Larutan 0,01% dengan penambahan timbal(II) subasetat LP: memberikan endapan dalam beberapa menit.

    F. Larutan 10% memutar bidang polarisasi ke kiri.

 

Agar dan gom sterkulia Pada sejumlah kecil serbuk, tambahkan larutan segar merah rutenium LP, tidak terbentuk kabut pada pengocokan.

 

Agar dan tragakan

    A. Pada 2 mL larutan 10%, tambahkan 8 mL air dan 0,2 mL timbal(II) asetat LP: tidak terbentuk kabut pada pengocokan

    B. Pada 100 mg serbuk tambahkan 1 mL iodum 0,01 M: tidak terjadi warna merah tua atau hijau zaitun.

 

Pati dan dekstrin Didihkan 10 mL larutan 10%, dinginkan, tambahkan 0,1 mL iodum 0,05 M: tidak terjadi warna biru atau coklat kemerahan.

 

Sakarosa dan fruktosa Pada 1 mL larutan 10%, tambahkan 4 mL air, 100 mg resorsinol P dan 2 mL asam klorida P, panaskan di atas tangas air: tidak terjadi warna kuning atau merah muda.

 

Tanin Pada 10 mL larutan 10%, tambahkan 0,1 mL larutan besi(III) klorida P 10,5%: terbentuk endapan seperti gelatin, endapan dan larutan tidak berwarna biru tua.

 

Zat tak larut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan penetapan sebagai berikut: Pada 5 g serbuk tambahkan 100 mL air dan 14 mL asam klorida 2 N, didihkan perlahan-lahan selama 15 menit, sambil sering dikocok. Saring selagi panas dengan penyaring kaca masir, bilas sisa dengan air panas dan keringkan pada suhu 100° sampai 105° hingga bobot tetap.

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 15,0%; lakukan pengeringan pada suhu 100° sampai 105° menggunakan 1 g serbuk zat.

 

Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 5,0%; lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.

 

Batas mikroba<51> Tidak boleh mengandung Escherichia coli; lakukan penetapan menggunakan  1,0 g zat.

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.