Hiosin Butilbromida


Hyoscine Butylbromide

(1R,2R,4S,5S,7s,9r)-9-butil-7-[[(2S)-3-hidroksi-2-fenilpropanoil]oksi]-9-metil-3-oksa-9-azoniatrisiklo [3.3.1.02,4]nonana bromida [149-64-4]

C21H30BrNO4                                                                      BM 440,4

Hiosin Butilbromida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C21H30BrNO4, dihitung terhadap zat kering.

 

Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih.

 

Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam metilen klorida; agak sukar larut dalam etanol anhidrat.

 

Baku pembanding Hiosin Butilbromida BPFI Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat dingin. Lakukan pengerjaan di tempat kering. Senyawa Sejenis E Hiosin Butilbromida BPFI.

 

Identifikasi Lakukan identifikasi A, C, dan F atau A, B, D, E dan F.

    A. Memenuhi syarat uji Rotasi optik.

    B. Lakukan penetapan suhu lebur seperti tertera pada Penetapan jarak lebur atau suhu lebur <1021>: Titik lebur zat antara 139° dan 141°.

    C. Spektrum serapan inframerah zat yang telah didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti Hiosin Butilbromida BPFI.

    D. Campur lebih kurang 1 mg zat dengan 0,2 mL asam nitrat P dan uapkan di atas tangas air sampai kering. Larutkan residu dalam 2 mL aseton P dan tambahkan 0,1 mL larutan kalium hidroksida P 30 g per Liter dalam metanol P: terjadi warna ungu.

    E. Tambahkan 2 mL natrium hidroksida 2 N ke dalam 5 mL Larutan uji: tidak terbentuk endapan.

    F. Menunjukkan reaksi Bromida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.

 

Larutan uji Larutkan dan encerkan 1,25 g zat dengan 25,0 mL air bebas karbon dioksida P.

 

Kejernihan larutan <881> Jernih dan tidak berwarna; Metode II lakukan penetapan menggunakan Larutan uji.

 

pH <1071> Antara 5,5 dan 6,5; lakukan penetapan menggunakan Larutan uji.

 

Rotasi jenis <1081> Antara -18° dan -20°; lakukan penetapan menggunakan Larutan uji dihitung terhadap zat yang kering.

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105º menggunakan 500 mg zat.

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan menggunakan 500 mg zat.

 

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Dapar pH 3,3  Timbang lebih kurang 7,0 g kalium dihidrogen fosfat P, larutkan dalam 1000 mL air, atur pH hingga 3,3 dengan penambahan asam fosfat 0,05 M.

    Fase gerak Larutkan 5,8 g natrium dodesil sulfat P dalam campuran 410 mL asetonitril P dan               605 mL Dapar pH 3,3. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

    Larutan baku 1 Pipet 1 mL Larutan uji, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL kedua, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

    Larutan baku 2 Pipet 10 mL Larutan baku 1 ke dalam labu tentukur 20-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

    Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih kurang 5,0 mg Senyawa Sejenis E Hiosin Butilbromida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan 1,0 mL Larutan uji, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

    Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,0 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 4 mm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 25º ± 1º. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur  respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak butilhiosin dan puncak senyawa sejenis E hiosin butilbromida tidak kurang dari 1,5 dan faktor ikutan puncak butilhiosin tidak lebih dari 2,5; waktu retensi butilhiosin lebih kurang 7 menit

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji, Larutan baku 1 dan Larutan baku 2 ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram 3,5 kali waktu retensi butilhiosin dan ukur semua respons puncak. Hitung masing-masing cemaran dalam zat. Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.

 

Tabel 

Cemaran

Waktu Retensi Relatif

Faktor koreksi

Batas

Cemaran B

0,1

0,3

Tidak lebih respons puncak Larutan baku 1 (0,2%)
Cemaran A

0,36

 

Tidak lebih respons puncak Larutan baku 2 (0,1%)
Cemaran C

0,40

 

Tidak lebih respons puncak Larutan baku 1 (0,2%)
Cemaran D

0,7

 

Tidak lebih respons puncak Larutan baku 1 (0,2%)
Cemaran E

0,8

 

Tidak lebih respons puncak Larutan baku 1 (0,2%)
Cemaran F

0,9

 

Tidak lebih respons puncak Larutan baku 1 (0,2%)
Cemaran G

3,0

0,6

Tidak lebih respons puncak Larutan baku 1 (0,2%)
Masing-masing cemaran lain

-

-

Tidak lebih respons puncak Larutan baku 2 (0,1%)
Total cemaran

-

-

Tidak lebih dari 2 kali respons puncak Larutan baku 1 (0,4%)

Abaikan puncak ion bromida yang muncul dekat dengan puncak pelarut. Abaikan respons puncak kurang dari 0,5 kali respons puncak Larutan baku 2 (0,05%).

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang  400 mg zat, larutkan dalam 50 mL air, titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara potensiometrik menggunakan elektroda indikator perak dan elektroda pembanding perak-perak klorida

 

Tiap mL perak nitrat 0,1 N

setara dengan 44,04 mg C21H30BrNO4

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.