<1271> Wadah


WADAH  KACA

 

    Wadah kaca untuk penggunaan farmasi adalah wadah yang berkontak langsung dengan sediaan farmasi. Kaca yang digunakan untuk wadah sediaan farmasi terbuat dari kaca borosilikat (netral) atau kaca soda kapur. Kaca borosilikat mengandung sejumlah oksida borat, alumunium oksida, alkali dan atau oksida alkali dan oksida alkali tanah. Kaca borosilikat mempunyai ketahanan hidrolitik tinggi dan ketahanan kejut panas yang tinggi, karena sifat khas komposisi kimia kaca tersebut; kaca ini dikelompokkan sebagai kaca Tipe I. Kaca soda kapur adalah kaca silika yang mengandung oksida logam alkali, terutama natrium oksida dan oksida alkali tanah, terutama kalsium oksida. Kaca soda kapur mempunyai ketahanan hidrolitik menengah karena sifat khas komposisi kimia kaca tersebut; kaca ini dikelompokkan sebagai kaca Tipe III. Permukaan bagian dalam wadah kaca dapat dilapisi, misalnya untuk meningkatkan ketahanan hidrolitik. Pelapisan wadah kaca Tipe III dapat meningkatkan ketahanan hidrolitik dari menengah ke tingkat lebih tinggi, sehingga terjadi perubahan pengelompokkan menjadi kaca Tipe II.

    Rekomendasi berikut dapat digunakan untuk kesesuaian tipe wadah kaca yang sesuai untuk wadah sediaan farmasi, berdasarkan uji ketahanan hidrolitik. Wadah kaca Tipe I umumnya digunakan untuk sediaan parenteral dan bukan parenteral. Wadah kaca Tipe II biasanya digunakan untuk kemasan sediaan produk cair parenteral dan bukan parenteral bersifat asam dan netral. Wadah kaca Tipe II (kesesuaian ditunjukkan dengan data stabilitas) digunakan untuk sediaan parenteral bersifat alkali. Wadah kaca Tipe III soda kapur biasanya tidak digunakan untuk sediaan parenteral atau serbuk untuk parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai menunjukkan bahwa kaca Tipe III tersebut memenuhi syarat untuk sediaan parenteral.

    Permukaan bagian dalam wadah kaca dapat dilapisi untuk meningkatkan ketahanan hidrolitik. Permukaan luar wadah kaca dapat dilapisi untuk mengurangi gesekan atau untuk perlindungan terhadap abrasi atau pecah. Pelapisan permukaan luar dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi permukaan dalam wadah.

    Untuk melindungi isi dari cahaya, kaca dapat diberi warna dengan penambahan sejumlah kecil oksida logam yang diuji dan memenuhi persyaratan pada Transmisi cahaya untuk wadah kaca berwarna. Wadah jernih atau tidak berwarna atau tembus cahaya dapat dibuat tidak tembus cahaya dengan menggunakan lapisan buram, dikecualikan dari persyaratan Transmisi Cahaya untuk wadah kaca berwarna.

 

UJI SPESIFIK

 

    Kombinasi uji serbuk kaca dan uji permukaan kaca untuk uji ketahanan hidrolitik dapat menunjukan tipe kaca. Ketahanan hidrolitik ditetapkan dengan pelepasan alkali dari kaca dalam kondisi spesifik. Jumlah alkali sangat kecil dalam beberapa kasus ketahanan kaca, sehingga memerlukan ketelitian untuk semua rincian uji dan penggunaan alat berkualitas dan presisi tinggi. Pelaksanaan pengujian dengan menggunakan kaca baku material secara berulang akan membantu untuk memastikan akurasi metode. Baku material kaca borosilikat dan kaca soda kapur dapat diperoleh dari National Institute of Standards and Technology. Uji ini harus dilakukan pada tempat yang relatif bebas asap dan debu yang berlebihan. Seleksi uji tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2.

  

Tabel 1 Penetapan Tipe Kaca

Tipe wadah

Uji

Tujuan

I, II, III

Uji Serbuk Kaca

Membedakan kaca borosilikat Tipe 1 dari Tipe II dan III kaca soda kapur

 

Permukaan bagian dalam wadah kaca yang berkontak langsung dengan sediaan farmasi dan kualitas permukaan ditentukan dengan Uji Permukann Kaca untuk ketahanan hidrolik. Uji Goresan Permukaan dapat digunakan untuk menentukan apakah ketahanan hidrolik yang tinggi adalah karena komposisi kimia atau pelapisan terhadap permukaan. Jika tidak, perbandingan data dari Uji Serbuk Kaca dan Uji Permukaan Kaca dapat digunakan pada Tabel 2.

 

Tabel 2 Penetapan Ketahanan Hidrolitik

 Permukaan Bagian Dalam

Tipe wadah

Uji

Tujuan

I, II, III

Uji Permukaan KacaMenentukan ketahanan hidrolitik lapisan bagian dalam, untuk membedakan antara gelas Tipe 1 dan Tipe II dengan ketahanan hidrolitik yang tinggi dan gelas Tipe III dengan ketahanan hidrolitik sedang.

I, II

Uji Goresan Permukaan atau perbandingan data Uji Serbuk Kaca dan Uji Ketahanan KacaJika diperlukan, tentukan apakah ketahanan hidrolitik yang tinggi adalah karena pelapisan bagian dalam atau komposisi kimia dari wadah kaca.

 

Wadah kaca harus memenuhi spesifikasi masing-masing untuk identitas dan ketahanan hidrolitik permukaan untuk diklasifikasikan sebagai Tipe I, II, III. Tipe I atau Tipe II untuk produk sediaan cair parenteral dapat diuji dengan arsenik yang dapat diekstraksi.

 

Ketahanan Hidrolitik

 

Alat

 

    OTOKLAF Gunakan otoklaf yang mampu mempertahankan suhu 121±1° dilengkapi dengan termometer, atau thermocouple yang telah dikalibrasi, biarkan pengukuran terjadi pada suhu sistem otoklaf dan rekam, pengukur tekanan, pengatur ventilasi, dan rak yang cukup untuk menampung wadah uji di atas batas air. Bersihkan otoklaf dan seluruh alat lainnya dengan Air murni.

 

    LUMPANG DAN ALU  Gunakan lumpang dan alu terbuat dari baja-diperkeras yang dibuat menurut spesifikasi pada Gambar 1.

 

Lumpang dan Alu Khusus Untuk

Menyerbukkan Kaca (Ukuran dalam mm)

 

    ALAT LAIN Diperlukan juga satu set pengayak yang terbuat dari baja tahan karat dengan ukuran 25, 40 dan 50 mesh (seperti tertera pada Pengayak dan derajat halus serbuk <1141>); pengocok-saringan mekanik atau mesin penyaring yang dapat digunakan untuk menyaring serbuk, alat ukur suhu, palu baja magnetik, magnet permanen, botol timbang, sumbat, metal foil (contohnya aluminum, besi tahan karat), oven udara panas yang mampu mempertahankan suhu 140±5°, timbangan kapasitas sampai 500 g dengan akurasi 0,005 g, desikator dan tangas ultrasonik.

 

    Pereaksi

 

    AIR BEBAS KARBONDIOKSIDA Gunakan Air murni yang telah dididihkan selama 5 menit atau lebih dan biarkan hingga dingin, tidak boleh menyerap karbon dioksida dari udara atau Air murni yang memiliki resitivitas tidak kurang dari 18 Mohm-cm.

 

    LARUTAN MERAH METIL (Uji Permukaan Kaca)  Larutkan 50 mg merah metil P dalam 1,86 mL natrium hidroksida 0,1 N dan 50 mL etanol P dan encerkan dengan Air murni hingga 100 mL. Untuk uji sensitifitas, tambahkan 100 mL Air bebas karbon dioksida P dan 0,05 mL asam hidroklorida 0,02 N  ke dalam 0,1 mL larutan merah metil, larutan akan berwarna merah: diperlukan tidak lebih dari 0,1 mL natrium hidroksida 0,02 N  untuk mengubah warna menjadi kuning. Perubahan warna merah menjadi kuning sesuai dengan perubahan pH 4,4 (merah) menjadi pH 6,0 (kuning).

 

Uji Serbuk Kaca

 

Uji serbuk kaca dapat dilakukan baik pada batang kaca yang digunakan untuk pembuatan wadah,  atau wadah seperti tabung, vial dan botol.

 

Larutan uji

 

    Bilas bahan yang akan diuji dengan Air murni dan keringkan dalam oven. Bungkus tidak kurang dari tiga bahan uji dengan kertas bersih dan gerus menjadi pecahan berukuran tidak lebih dari 30 mm, kemudian pecahan kaca yang sudah digerus secara kasar bagi menjadi 2 bagian masing-masing lebih kurang 100 g. Masukkan ke dalam lumpang 30-40 g potongan berukuran antara 10 dan 30 mm yang diambil dari salah satu sampel, masukkan alu pada tempatnya dan pukul dengan palu sekali. Ayak serbuk kaca melalui pengayak nomor 25. Ulangi prosedur hingga semua bagian pecahan kaca melewati pengayak. Goyang pengayak dengan tangan sebentar, kemudian pindahkan pecahan kaca yang tersisa dari pengayak nomor 25 dan pengayak nomor 40. Gerus kembali bagian yang tersisa tesebut dan ulangi prosedur hingga tersisa 10 g serbuk kaca pada penyaring nomor 25. Bagian yang tidak tersaring dapat disaring melalui penyaring nomor 50. Pasang kembali susunan pengayak, dan goyang secara mekanik selama 5 menit. Pindahkan ke dalam botol timbang serbuk kaca yang melewati penyaring nomor 40 dan bagian yang tersisa pada pengayak nomor 50. Ulangi prosedur pengggerusan dan pengayakan untuk sampel kedua hingga diperoleh dua sampel serbuk yang beratnya masing-masing lebih dari 10 g.

    Sebarkan hasil ayakan pada selembar kertas kaca dan lewatkan magnet melalui hasil ayakan tersebut untuk menghilangkan partikel besi. Masukkan hasil ayakan ke dalam gelas piala untuk dibersihkan. Tambahkan 30 mL aseton P dan bersihkan serbuk kaca yang tertinggal pada kertas kaca menggunakan batang kaca berlapis plastik, masukkan ke dalam gelas piala. Biarkan hingga mengendap dan enaptuangkan sebanyak mungkin aseton. Tambahkan sejumlah 30 mL aseton P, goyang, enaptuangkan dan tambahkan sejumlah aseton P. Masukkan gelas piala ke dalam ultrasonik hingga gelas piala terbenam sebatas aseton. Ultrasonik selama satu menit. Goyang gelas piala, biarkan hingga diam dan enaptuangkan aseton sebanyak mungkin, kemudian ulangi ultrasonik. Jika terlihat kekeruhan, ulangi pembersihan dengan ultrasonik hingga aseton jernih. Enaptuangkan aseton. Keringkan serbuk, pertama letakkan gelas piala pada lempeng hangat, kemudian panaskan pada oven pengering suhu 140° selama 20 menit. Pindahkan serbuk kering dari masing-masing gelas piala ke dalam botol timbang terpisah, sumbat botol timbang dan dinginkan pada desikator.

 

Metode

 

Pengisian dan Pemanasan  Timbang saksama lebih kurang 10 g serbuk kering dan bersih ke dalam dua labu Erlenmeyer terpisah. Pipet 50 mL Air bebas karbondioksida, masukkan ke dalam masing-masing labu Erlenmeyer (larutan uji). Masukkan 50 mL Air bebas karbondioksida ke dalam labu Erlenmeyer ketiga yang digunakan sebagai blangko. Masukkan serbuk hingga tersebar merata ke dasar labu, kocok perlahan. Tutup labu dengan kaca netral atau alumunium foil yang sebelumnya dibilas dengan Air murni atau dengan gelas  piala terbalik. Tempatkan ketiga labu Erlenmeyer ke dalam otoklaf yang berisi air pada suhu ruang. Lakukan prosedur sebagai berikut:

1. Masukkan termometer yang sudah dikalibrasi ke dalam wadah melalui lubang yang sesuai dengan diameter termokopel dan hubungkan ke alat pengukuran luar. Cara lainnya, gunakan termometer dalam pada otoklaf.

2. Tutup otoklaf atau tutup secara aman, tetapi biarkan lubang ventilasi terbuka.

3. Mulai merekam suhu secara otamatis terhadap waktu dan panaskan otoklaf dengan kecepatan tetap hingga uap keluar dari lubang ventilasi secara terus menerus setelah 20-30 menit dan pertahankan uap yang keluar selama 10 menit. Untuk otoklaf yang menggunakan generator uap, tidak perlu untuk mempertahankan suhu pada 100° selama 10 menit.

4. Tutup lubang ventilasi dan naikkan suhu dari 100° hingga 121° dengan kecepatan 1° per menit selama 20-22 menit;

5. Pertahankan suhu pada 121±1° selama 30±1 menit dihitung mulai dari suhu yang diinginkan tercapai;

6. Turunkan suhu hingga 100° dengan kecepatan 0,5° per menit, buka lubang ventilasi untuk mencegah hampa udara selama 40-44 menit;

7. Jangan membuka otoklaf sebelum suhu mencapai 95°;

8. Keluarkan wadah dari otoklaf menggunakan tindakan keselamatan yang sesuai, dinginkan hingga suhu ruang selama lebih kurang 30 menit, hindari pendinginan tiba-tiba.

 

Titrasi Masukkan ke dalam tiga labu masing-masing lebih kurang 0,05 mL Larutan metil merah. Segera lakukan titrasi Larutan blangko dengan asam hidroklorida 0,02 N, kemudian titrasi Larutan uji hingga warna larutan sama dengan Larutan blangko. Kurangi volume titrasi larutan uji dengan larutan blangko. Hitung nilai rata-rata asam hidroklorida 0,02 N per gram sampel. Ulangi uji jika nilai tertinggi dan terendah yang diperoleh berbeda dari yang tertera pada Tabel 3.

 

Tabel 3 Rentang yang diperbolehkan untuk hasil uji

Nilai rerata penggunaan asam hidroklorida per g serbuk kaca (mL/g)

Rentang yang diperbolehkan untuk hasil uji

(dari nilai rerata)

< 0,10

25%

0,10-0,20

20%

> 0,20

10%

 

[Catatan Jika diperlukan titik akhir yang tajam, pindahkan larutan jernih ke dalam labu tentukur terpisah 250-mL. Bilas serbuk tiga kali, tiap kali dengan 15 mL Air bebas karbondioksida, tambahkan bilasan ke dalam larutan utama. Tambahkan 0,05 mL Larutan metil merah. Titrasi dan hitung seperti sebelumnya. Lakukan blangko dengan 45 mL Air bebas karbon dioksida dan 0,05 mL Larutan metil merah]

 

Batas

 

Volume tidak melebihi nilai yang tertera pada Tabel 4.

 

Tabel 4 Batas uji untuk uji serbuk kaca

Volume pengisian (mL)

Volume maksimum HCl 0,02 N per g serbuk uji (mL)

Tipe I

Tipe II dan III

Semua

0,1

0,85

 

Uji Permukaan Kaca

 

Penetapan volume pengisian Volume pengisian adalah volume Air murni yang diisikan ke dalam wadah untuk uji. Untuk vial, botol, tabung dan siring, volume pengisian adalah 90% dari kapasitas penuh. Untuk ampul volume ini sampai setinggi bahu.

 

Vial dan botol  Pilih secara acak 6 vial atau botol kering dari lot sampel, atau 3 jika kapasitas lebih dari 100 mL, dan hilangkan kotoran atau cemaran. Timbang wadah kosong dengan ketelitian 0,1 gram. Letakkan wadah pada permukaan horizontal, isi dengan Air murni pada lebih kurang tepi lingkaran, hindari kelebihan dan terbentuknya gelembung udara. Atur garis permukaan cairan penuh. Timbang wadah yang sudah diisi untuk memperoleh massa dari air, nyatakan pada 2 desimal untuk wadah yang mempunyai volume kurang atau sama dengan 30 mL, dan nyatakan dalam 1 desimal untuk wadah yang mempunyai volume lebih dari 30 mL. Hitung nilai rerata kapasitas penuh dalam mL, dan kalikan dengan 0,9. Volume ini, dinyatakan dalam satu desimal adalah volume pengisian untuk lot wadah.

    Katrid dan siring Pilih secara acak 6 siring atau katrid kering, tutup lubang kecil (mulut katrid, luer dari siring), menggunakan bahan inert. Lakukan penetapan kapasitas volume pengisian seperti pada Vial dan botol.

 

    Ampul Letakkan tidak kurang dari 6 ampul kering pada bidang rata, permukaan horisontal dan isi dengan Air murni melalui buret sampai air mencapai titik A, yaitu posisi badan ampul menurun pada bahu ampul (seperti tertera pada Gambar 2). Baca kapasitas, nyatakan dalam 2 desimal dan hitung nilai reratanya. Volume pengisian untuk lot ampul tertentu, dinyatakan dalam 1 desimal. Volume pengisian dapat juga ditetapkan dengan penimbangan.

 

Pengisian volume ampul (sampai dengan titik A)

 

Uji  Lakukan penetapan pada wadah yang tidak digunakan. Volume cairan uji diperlukan untuk penetapan akhir ditunjukkan seperti  yang tertera pada Tabel 5.

 

Tabel 5 Volume Cairan Uji dan Volume Titran

Volume pengisian (mL)

Volume cairan untuk satu titrasi (mL)

Jumlah titrasi

< 3

25,0

1

3-30

50,0

2

30-100

100,0

2

> 100

100,0

3

 

Metode

 

Pencucian Sebelum penetapan, bersihkan cemaran atau debu. Sesaat sebelum pengujian, bilas masing-masing wadah secara hati-hati sedikitnya dua kali dengan Air murni. Segera sebelum uji, kosongkan wadah, bilas satu kali dengan Air murni, kemudian dengan Air bebas karbondioksida dan biarkan mengering. Lakukan prosedur pengeringan dari pembilasan pertama dalam waktu 20 sampai 30 menit. Panaskan ampul tertutup dalam tangas air atau dalam oven-udara panas pada suhu lebih kurang 40° selama lebih kurang 2 menit sebelum dibuka untuk menghindari tekanan saat dibuka. Jangan dibilas sebelum uji.    Pengisian dan Pemanasan  Wadah diisi dengan Air bebas karbon dioksida sampai volume pengisian. Wadah dalam bentuk katrid atau siring prapengisian ditutup dengan cara yang sesuai dengan bahan yang tidak mempengaruhi pengujian. Masing-masing wadah, termasuk ampul ditutup dengan bahan inert seperti kaca netral atau alumunium foil yang sebelumnya dibilas dengan Air murni. Masukkan wadah ke dalam otoklaf.

    Tutup otoklaf dan lakukan prosedur otoklaf langkah 1-8 seperti pada Uji serbuk kaca, kecuali suhu dipertahankan pada 121±1° selama 60±1 menit. Jika penangas air digunakan untuk mendinginkan sampel, hati-hati jangan sampai air menyentuh tutup ampul sehingga mengkontaminasi larutan ekstraksi. Larutan ektraksi dianalisis dengan titrasi menurut cara berikut ini.

 

    Metode Lakukan titrasi dalam waktu 1 jam setelah wadah dikeluarkan dari otoklaf.

    Gabungkan cairan yang diperoleh dari wadah dan campur. Masukkan volume seperti tertera pada Tabel 3 ke dalam labu tentukur. Masukkan volume sama Air bebas karbondioksida ke dalam labu ke dua sebagai blangko. Tambahkan 0,05 mL Larutan merah metil ke dalam masing-masing labu untuk tiap 25 mL cairan. Titrasi blangko dengan asam hidroklorida 0,01 N. Titrasi Larutan uji dengan asam yang sama sampai warna larutan sama dengan warna blangko. Kurangi nilai yang diperoleh untuk Larutan uji dengan nilai yang diperoleh dari titrasi blangko, dan nyatakan dalam mL asam hidroklorida 0,01 N per 100 mL Larutan uji. Nyatakan nilai titrasi kurang dari 1,0 mL dalam 2 desimal dan nilai titrasi lebih atau sama dengan 1,0 mL dalam 1 desimal.

 

Batas  Hasil atau rerata hasil jika titrasi dilakukan lebih dari satu kali adalah tidak lebih besar dari nilai yang dinyatakan dalam Tabel 6.

 

Tabel 6 Batas uji untuk uji permukaan kaca

Volume pengisian (mL)

Volume maksimum HCl       0,01 N per 100 mL Larutan uji (mL)

 

Tipe I dan II

Tipe III

< 1

2,0

20,0

1-2

1,8

17,6

2- 3

1,6

16,1

3-5

1,3

13,2

5-10

1,0

10,2

10-20

0,80

8,1

20-50

0,60

6,1

50-100

0,50

4,8

100-200

0,40

3,8

200-500

0,30

2,9

> 500

0,20

2,2

 

Uji goresan permukaan

 

Uji goresan permukaan digunakan sebagai tambahan untuk uji permukaan kaca dalam menentukan permukaan kaca telah dilapisi dan atau membedakan kaca Tipe I dan Tipe II. Sebagai alternatif dari Uji serbuk kaca atau Uji Permukaan Kaca. Uji goresan permukaan dapat dilakukan pada sampel yang tidak digunakan atau pada sampel yang sudah digunakan pada Uji Permukaan Kaca.

 

Metode

 

Vial dan botol  Volume larutan uji tertera pada Tabel 5. Bilas wadah dua kali menggunakan Air murni, isi wadah hingga penuh dengan campuran 1 bagian asam florida P dan 9 bagian asam hidroklorida P dan biarkan selama 10 menit. Kosongkan wadah dan bilas hati-hati lima kali dengan Air murni. Sebelum melakukan pengujian, bilas satu kali lagi dengan Air murni. Masukkan wadah ke dalam otoklaf dan lakukan prosedur seperti pada Uji Permukaan Kaca. Jika hasil yang diperoleh jauh lebih besar dari hasil yang diperoleh dari permukaan aslinya (5-10 kali), sampel mempunyai permukaan yang dilapisi. [Catatan Asam florida sangat berbahaya. Meskipun dalam jumlah kecil dapat menimbulkan cedera.]

 

Ampul, katrid dan siring Lakukan seperti tertera pada Vial dan Botol. Jika ampul, katrid dan siring tidak dilapisi, nilai yang diperoleh sedikit lebih rendah dari uji sebelumnya. [Catatan ampul, katrid dan siring terbuat dari gelas tipe 1 yang biasanya tidak diperlukan pelapisan permukaan bagian dalam.]

 

 

Perbedaan antara wadah kaca tipe I dan tipe II

   

    Hasil yang diperoleh dari Uji gores permukaan dibandingkan dengan hasil dari Uji permukaan kaca. Untuk wadah kaca tipe I, hasil yang diperoleh mendekati hasil Uji permukaan kaca. Untuk wadah kaca tipe II, hasil yang diperoleh jauh melebihi Uji permukaan kaca dan keduanya mirip, tetapi tidak lebih besar dari hasil yang diperoleh dari wadah kaca tipe III pada jumlah pengisian yang sama.

 

Cemaran Arsen

 

    Arsen <321> Tidak lebih dari 0,1 bpj; sebagai larutan uji gunakan 35 mL air dari satu wadah kaca Tipe I atau Tipe II atau untuk wadah lebih kecil 35 mL isi gabungan beberapa wadah kaca Tipe I atau Tipe II, lakukan penetapan seperti tertera pada Prosedur dalam Uji permukaan kaca.

 

Fungsionalitas

 

    Transmisi spektrum cahaya yang melalui wadah kaca berwarna.

 

Alat

 

    Spektrofotometer ultraviolet dan cahaya tampak, dilengkapi dengan detektor fotodioda atau tabung fotomultiplier, yang digabung dengan Integrating-sphare.

Persiapan uji

 

    Potong wadah kaca dengan gergaji yang dilengkapi dengan roda gerinda basah, seperti roda berlian, pemotong kaca. Pilih bagian yang mewakili ketebalan dinding kaca dan ratakan sehingga dapat dipasang pada spektrofotometer. Setelah dipotong, cuci dan keringkan, lindungi agar tidak merusak permukaan. Jika potongan terlalu kecil untuk ditempatkan pada wadah sampel, tutupi bagian yang terbuka dengan kertas buram atau pita, dengan syarat lebar potongan lebih besar dari celah. Sebelum ditempatkan dalam wadah sampel, cuci, keringkan dan bersihkan bagian potongan dengan tisu lensa. Pasang potongan dengan bantuan malam (wax) atau dengan cara lain yang sesuai, hati-hati agar tidak meninggalkan sidik jari atau tanda lainnya.

 

Metode

 

    Letakkan potongan dalam spektrofotometer dengan silinder poros paralel dengan celah dan sinar tegak lurus terhadap bagian permukaan dan minimalkan pengaruh karena pantulan cahaya. Ukur transmisi potongan dengan blangko udara pada panjang gelombang 290-450 nm, secara berkesinambungan atau dengan interval 20 nm.

 

Batas

 

    Transmisi spektrum cahaya yang melalui wadah kaca berwarna untuk produk non parenteral tidak lebih dari 10% pada panjang gelombang 290-450 nm, tidak tergantung pada jenis dan kapasitas wadah kaca. Transmisi spektrum cahaya yang melalui wadah kaca berwarna untuk produk parenteral tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel 7.

 

Tabel 7 Batas transmisi spektrum cahaya yang melalui wadah kaca berwarna untuk produk parenteral

Jumlah volume (mL)

Persentase maksimun transmisi spektrum cahaya pada

 panjang gelombang antara

290 nm dan 450 nm

Wadah kaca yang ditutup dengan pemanasan

Wadah kaca dengan sumbat

< 1

50

25

1-2

45

20

2-5

40

15

5-10

35

13

10-20

30

12

> 20

25

10