Eritromisin


Erythromycin

(3R*,4S*,5S*,6R*,7R*,9R*,11R*,12R*,13S*,

14R*)-4-[(2,6-Dideoksi-3-C-metil-3-O-metil-?-L-ribo-hekso-piranosil)-oksi]-14-etil-7,12,13-trihidroksi-3,5,7,9,11,13-heksametil-6-[[3,4,6, trideoksi-3-(dimetilamino)-?-D-xilo-heksopiranosil]oksi] oksasiklotetradekana-2,10-dion [114-07-8]

C37H67NO13                                     BM 733,94

 

Eritromisin terutama mengandung eritromisin A, C37H67NO13. Jumlah eritromisin A, eritromisin B dan eritromisin C tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih dari 100,5% dihitung terhadap zat anhidrat.

 

Pemerian Serbuk hablur putih atau agak kuning; tidak berbau atau praktis tidak berbau.

 

Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol, dalam kloroform dan  dalam eter.

 

Baku pembanding Eritromisin BPFI; biarkan hingga suhu ruang sebelum dibuka. Higroskopik. Setelah dibuka, timbang segera, hindari dari kelembapan berlebih, buang sisa. Simpan ampul yang belum dibuka dalam lemari pembeku. Kecuali dinyatakan lain tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan ampul yang tertutup dalam lemari pembeku. Eritromisin B BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dalam lemari pembeku. Eritromisin C BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI, [N-demetil-eritromisin A], (C36H65NO13 BM 719,91). Tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dalam lemari pembeku.

Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat kering pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º selama 3 jam dan dilarutkan dalam kloroform P hingga kadar lebih kurang 50 mg per mL dan diukur dengan sel 0,1 mm, menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Eritromisin BPFI kecuali pada daerah antara 1980 cm-1 dan 2050 cm-1.

 

Rotasi jenis <1081> Antara -71º dan -78º, dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan menggunakan larutan dalam etanol mutlak P dengan kadar 20 mg per mL, setelah didiamkan selama 30 menit.

 

Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.

 

pH <1071> Antara 8,0 dan 10,5; lakukan penetapan menggunakan larutan yang dibuat dengan mengencerkan 1 bagian volume larutan metanol P yang mengandung 40 mg per mL dengan 19 bagian volume air.

 

Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 10,0%; lakukan penetapan menggunakan 20 mL larutan imidazol P 10% dalam metanol P sebagai pengganti metanol di dalam labu titrasi.

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.

 

Tiosianat Tidak lebih dari 0,3%

    Larutan baku [Catatan Gunakan larutan ini dalam waktu 30 menit]. Timbang saksama lebih kurang 100 mg kalium tiosianat P yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 105° selama 1 jam dan didinginkan. Timbang 2 kali dan masukkan masing-masing ke dalam dua labu tentukur 50-mL. Pada masing-masing labu tambahkan lebih kurang 20 mLmetanol P, kocok hingga larut, encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5 mL dari masing-masing labu ke dalam dua labu tentukur 50-mL lainnya, encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5 mL dari masing-masing labu tersebut ke dalam dua labu tentukur aktinik rendah 50-mL. Pada masing-masing labu tambahkan 1,0 mLbesi(III) klorida LP, encerkan dengan metanol P sampai tanda.

    Larutan uji [Catatan Gunakan larutan ini dalam waktu 30 menit]. Timbang saksama lebih kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur aktinik rendah 50-mL. Tambahkan 20 mLmetanol P, kocok hingga larut. Tambahkan 1,0 mLbesi(III) klorida LP, encerkan dengan metanol P sampai tanda.

    Larutan blangko [Catatan Gunakan larutan ini dalam waktu 30 menit]. Masukkan 1,0 mLbesi(III) klorida LP ke dalam labu tentukur aktinik rendah 50-mL, encerkan dengan metanol P sampai tanda.

    Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 492 nm, menggunakan Larutan blangko. Hitung nilai kesesuaian, S dengan rumus:

A1 dan A2 adalah nilai serapan dari masing-masing Larutan baku; W1 dan W2 adalah bobot masing-masing dalam mg kalium tiosianat yang digunakan untuk membuat Larutan baku. Nilai S tidak kurang dari 0,985 dan tidak lebih dari 1,015. Hitung persentase tiosianat dalam zat uji yang digunakan dengan rumus:

58,08 dan 97,18 berturut-turut adalah bobot molekul tiosianat dan kalium tiosianat; AUadalah serapanLarutan uji; WU adalah bobot zat uji, dalam mg Larutan uji; A1 dan A2 adalah nilai serapan dari masing-masing Larutan baku; W1 dan W2 adalah bobot masing-masing dalam mg kalium tiosianat yang digunakan untuk membuat Larutan baku.

 

Cemaranorganik Kadar eritromisin A enol eter, eritromisin B, eritromisin C yang diperoleh dari Penetapan kadar berturut-turut adalah tidak lebih dari 3,0%; 12,0% dan 5,0%. Gunakan kromatogram Larutan uji dan enceran Larutan baku yang diperoleh dari Penetapan kadar. Hitung persentase senyawa sejenis lain yang mempunyai respons terbesar, selain eritromisin A, eritromisin B, eritromisin C dan eritromisin A enol eter, dalam zat yang digunakan dengan rumus:

C adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mLEnceran larutan baku; P adalah persentase eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; ri adalah respons puncak senyawa sejenis selain eritromisin A, eritromisin B, eritromisin C atau eritromisin A enol eter pada kromatogram Larutan uji; rS adalah respons puncak eritromisin A pada kromatogram Enceran larutan baku. Senyawa sejenis lain tidak lebih dari 3,0%.

Hitung persentase eritromisin A enol eter dalam zat yang digunakan, dengan rumus:

C adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mLEnceran larutan baku; P adalah persentase eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; rS adalah respons puncak eritromisin A pada kromatogram Enceran larutan baku. 11 adalah faktor respons eritromisin A enol eter terhadap eritromisin A; rEadalah respons puncak eritromisin A enol eter pada kromatogram Larutan uji.

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan A Larutkan 1,75 g kalium fosfat dibasa P dalam 50 mL air, atur pH hingga 9,0 dengan penambahan asam fosfat P (1 dalam 10) atau natrium hidroksida 0,2 N, tambahkan 400 mL air, 165 mLbutil alkohol tersier P dan 30 mLasetonitril P. Encerkan dengan air hingga 1000 mL.

    Fase gerak Buat campuran Larutan A-asetonitril P-air (5:2:1), jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Pengencer Buat campuran Dapar pH 7,0 [lihat pereaksi dan larutan pereaksi]-metanol P (15:1).

    Dapar pH 3,5 Pada 20 mLDapar pH 7,0 tambahkan asam fosfat P hingga pH 3,5.

[Catatan Gunakan larutan berikut segera setelah dibuat atau dalam 1 hari jika disimpan dalam lemari pendingin].

    Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 100 mg Eritromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan 5 mLmetanol P, kocok hingga larut, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.

Enceran larutan baku Masukkan 3,0 mLLarutan baku ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Larutan ini mengandung Eritromisin  BPFI lebih kurang 0,12 mg per mL.

    Larutan baku eritromisin B dan C Timbang saksama masing-masing lebih kurang 5 mg Eritromisin B BPFI dan Eritromisin C BPFI masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan 5 mLmetanol P, kocok hingga larut, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.

    Larutan resolusi Masukkan lebih kurang 2 mg Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI ke dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan 0,4 mLLarutan baku, encerkan dengan Larutan baku eritromisin B dan eritromisin C sampai tanda. 

    Larutan waktu retensi eritromisin A enol eter Larutkan lebih kurang 10 mgEritromisin BPFI  dalam 2 mLmetanol P. Tambahkan 10 mLDapar pH 3,5 biarkan selama lebih kurang 30 menit.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan 5 mLmetanol P, kocok hingga larut. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. 

    Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L21 (1000 Å) dan pertahankan suhu kolom pada lebih kurang 65°. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk senyawa sejenis N eritromisin (N-dimetil eritromisin A), eritromisin C, eritromisin A dan eritromisin B berturut-turut adalah lebih kurang 0,56; 0,61; 1,0 dan 1,6; resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis N eritromisin dan puncak eritromisin C  tidak kurang dari 0,8 dan antara puncak senyawa sejenis N eritromisin dan puncak eritromisin A tidak kurang dari 5,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan waktu retensi eritromisin A enol eter, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif puncak eritromisin A enol eter lebih kurang 3,2 terhadap puncak eritromisin A dari kromatogram Larutan resolusi. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku, Enceran larutan baku, Larutan baku Eritromisin B dan Eritroimisin C dan Larutan  uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram sampai terlihat puncak eritromisin A enol eter, ditetapkan dari kromatogram Larutan waktu retensi eritromisin A enol eter (lebih kurang 5 kali waktu retensi puncak utama eritromisin A). Ukur respons puncak. Hitung persentase eritromisin A dalam zat yang digunakan dengan rumus:

CA adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mLLarutan baku; P adalah persentase eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; rUdan rA berturut-turut adalah respons puncak eritromisin A dari Larutan uji dan Larutan baku.

Hitung persentase eritromisin B dan eritromisin C dalam zat yang digunakan dengan rumus:

Cs adalah kadar Eritromisin B BPFI dan Eritromisin C BPFI  dalam mg per mL dalam Larutan baku Eritromisin B dan Eritromisin C; P adalah persentase eritromisin B dan eritromisin C dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak eritromisin B dan C dari Larutan uji dan Larutan baku Eritromisin B dan Eritromisin C.

 

Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi <131>, menggunakan sejumlah zat yang ditimbang saksama larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg eritromisin per mL. Encerkan larutan secara kuantitatif menggunakan Dapar nomor 3 untuk memperoleh larutan uji dengan kadar diperkirakan setara dengan aras dosis tengah larutan baku.

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.