Sukralfat


Sucralfate

 

 

Sukrosa oktakis (hidrogen sulfat) aluminium kompleks  [54182-58-0]

Al8(OH)16(C12H14O35S8)[Al(OH)3]x[H2O]y, dimana

x = 8 sampai 10, dan y = 22 sampai 31

 

Sukralfat adalah garam aluminium basa hidrat dari sukrosa oktasulfat, mengandung setara tidak kurang dari 30,0% dan tidak lebih dari 38,0% sukrosa oktasulfat, C12H14O35S8.

 

Baku pembanding Kalium Sukrosa Oktasulfat BPFI; Simpan dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari pembeku.

 

Identifikasi

    A. Waktu retensi puncak utama kromatogram sukrosa oktasulfat dari Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.

    B. Tambahkan 100 mL asam hidroklorida 0,1 N ke dalam 500 mg sukralfat, didihkan sambil diaduk pelan menggunakan pengaduk selama lebih kurang 20 menit sampai larut sempurna. Netralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N, biarkan dingin. Tambahkan 4 mL tembaga(III) tartrat basa LP. Didihkan sejumlah kecil larutan ini: terbentuk endapan merah tembaga(II) oksida.

    C. Larutan dalam asam hidroklorida 3 N menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.

 

Kejernihan dan warna larutan Larutkan 1 g zat dalam 10 mL asam sulfat P 2 N: larutan jernih dan praktis tidak berwarna.

 

Kapasitas penetralan asam <451> Masukkan sejumlah zat setara dengan 250 mg suklrafat ke dalam botol bertutup ulir 250-mL. Tambahkan  100,0 mL asam hidroklorida 0,1 N, sebelumnya tutup botol dan panaskan di atas tangas air pada suhu 37º, aduk secara berkesinambungan selama 1 jam. Dinginkan hingga suhu ruang, pipet 20 mL larutan ini ke dalam gelas piala 100-mL. Tambahkan 30 mL air dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV sampai pH 3,5. Lakukan penetapan blangko pada campuran air-asam hidroklorida P (30:20). Hitung jumlah dalam mEq asam yang digunakan tiap g zat dengan rumus:

 

 

N adalah normalitas natrium hidroksida LV; VB dan T berturut-turut adalah volume dalam mL natrium hidroksida LV yang digunakan untuk Blangko dan Larutan uji; W adalah bobot sukralfat dalam g yang digunakan: dibutuhkan tidak kurang dari 12 mEq asam.

 

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.

 

Arsen <321> Metode II  Tidak lebih dari 4 bpj.

 

Klorida <361> Tidak lebih dari 0,50%. Lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut, timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 30 mL asam nitrat 2 N, encerkan dengan air sampai tanda dan campur. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam tabung pembanding warna 50-mL, tambahkan 3 mL asam nitrat 2 N dan 2 mL perak nitrat LP, encerkan dengan air hingga 50 mL dan campur, diamkan pada tempat terlindung cahaya langsung selama 5 menit: larutan ini tidak lebih keruh dari larutan pembanding yang mengandung 0,35 mL asam hidroklorida 0,020 N.

 

Aluminium Antara 15,5% dan 18,5%. Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan 10 mL asam hidroklorida 6,0 N, campur,  panaskan dan aduk secara berkesinambungan di atas tangas air  pada suhu 70º selama 5 menit. Dinginkan hingga suhu ruang, encerkan dengan air sampai tanda. Saring larutan dan buang filtrat pertama. Pipet lebih kurang 25 mL filtrat ke dalam gelas piala 250-mL, tambahkan 25,0 mL natrium edetat 0,05 M LV, tambahkan 20 mL asam asetat P-dapar amonium asetat LP. Panaskan di atas tangas air pada suhu 70º selama 5 menit. Dinginkan hingga suhu ruang, tambahkan 50 mL etanol P dan 2 mL ditizon LP, dan campur. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV sampai terjadi warna merah muda terang. Lakukan penetapan Blangko.

 

Tiap mL natrium edetat 0,05 M

setara dengan 1,349 mg Al

 

Piridin dan 2-metilpiridin Masing-masing tidak lebih dari 0,05% piridin dan 2-metilpiridin. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas, seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan baku internal Pipet 1 mL 3-metilpiridin P ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan kloroform P sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan kloroform P sampai tanda.

    Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih kurang 0,5 g 2-metilpiridin dan piridin, masing-masing masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dengan kloroform P dan encerkan dengan kloroform P sampai tanda. Encerkan secara kuantitatif larutan ini dengan kloroform P hingga 50,0 mL. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan kloroform P sampai tanda.

    Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan ke dalam labu tentukur 20-mL. Tambahkan 1,0 mL Larutan baku internal, encerkan dengan kloroform P sampai tanda.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g sukralfat, masukkan ke dalam labu yang sesuai, tambahkan 10,0 mL natrium hidroksida 1 M, sonikasi sampai homogen. Ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 5 mL kloroform P, dan kumpulkan ekstrak ke dalam labu tentukur 20-mL. Tambahkan 1,0 mL  Larutan baku internal, encerkan dengan kloroform P sampai tanda.

    Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi detektor ionisasi nyala 0,53 mm x 10 meter dilapisi kolom kapiler leburan silika (G27) setebal 2,65 ?m. Pertahankan suhu kolom pada 50°. Suhu injektor 150° dan suhu detektor 200°. Gunakan gas helium P sebagai pembawa pada tekanan 36 mmHg. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif piridin, 2-metilpiridin dan 3-metilpiridin berturut-turut tidak kurang dari 0,42; 0,72 dan 1,0; resolusi, R, antara piridin dan 2-metilpiridin tidak kurang dari 3,5; resolusi, R, antara 2-metilpiridin dan 3-metilpiridin tidak kurang dari 2,5; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung secara terpisah jumlah dalam µg piridin dan 2-metilpiridin dalam zat dengan rumus :

 

 

C adalah kadar piridin atau 2-metilpiridin dalam µg per mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons puncak analit terhadap puncak  baku internal dari Larutan uji dan larutan baku.

 

Sukrosa heptasulfat Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Fase gerak Larutkan 99,1 g amonium sulfat P dalam 900 mL air, encerkan dengan air hingga 1000 mL. Atur pH hingga 3,5 ± 0,1 dengan penambahan asam fosfat P, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. 

    Larutan baku, Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.

    Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 50 mL) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak. Waktu retensi relatif sukrosa heptasulfat dan sukrosa oktasulfat berurut-turut adalah 0,6 dan 1,0. Perbandingan respons puncak sukrosa heptasulfat terhadap sukrosa oktasulfat tidak lebih dari 0,1.

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Fase gerak Larutkan 132 g amonium sulfat P dalam 900 mL air, encerkan dengan air hingga  1000 mL. Atur pH hingga 3,5 ± 0,1, dengan penambahan asam fosfat P, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. 

    Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kalium Sukrosa Oktasulfat BPFI, larutkan dan encerkan secara bertahap dengan Fase gerak hingga kadar kalium sukrosa oktasulfat anhidrat lebih kurang 10 mg per mL.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang               450 mg zat, masukkan ke dalam tabung sentrifus 35-mL, vorteks dengan kecepatan sedang, sambil masukkan 10,0 mL campuran asam sulfat 4,0 N-natrium hidroksida 2,2 N (1:1). Sonikasi selama 5 menit, pertahankan suhu dibawah 30º. Tanpa penundaan, pindahkan tabung pada vorteks dan kocok dengan kecepatan sedang, tambahkan beberapa mL volume, V, natrium hidroksida 0,1 N hingga pH larutan lebih kurang 2, encerkan dengan (15,0-V) mL air. Kocok selama 1 menit dan sentrifus selama 5 menit. Pisahkan beningan, dan biarkan mencapai suhu ruang hingga pH stabil. Jika pH yang diperoleh tidak antara 2,3 dan 3,5, ulangi pengujian menggunakan sejumlah volume natrium hidroksida 0,1 N yang berbeda. Gunakan beningan.

    Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor indeks bias dan kolom berukuran 3,9 mm x 30 cm yang berisi bahan pengisi L8. Pertahankan suhu kolom dan detektor pada 30º. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom untuk sukrosa oktasulfat tidak kurang dari 400 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 4,0; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. 

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 50 mL) Larutan baku  dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg sukrosa oktasulfat, C12H14O35S8, dalam zat dengan rumus:

 

 

974,75 dan 1287,53 berturut-turut adalah bobot molekul sukrosa oktasulfat dan kalium sukrosa oktasulfat anhidrat; C adalah kadar kalium sukrosa oktasulfat dalam mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak sukrosa oktasulfat dari Larutan uji dan Larutan baku.

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.