Butil Hidroksianisol


Butyl hydroxyanisole

Butil Hidroksianisol mengandung tidak kurang dari 98,5% C11H16O2.

 

Pemerian Padatan seperti lilin, putih atau agak kekuningan; bau khas lemah.

 

Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam kloroform, dan dalam eter.

 

Baku pembanding 3-tert-Butil-4-hidroksianisol BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. 2-tert-Butil-4-hidroksianisol BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.

 

Identifikasi Pada 5 mL larutan zat dalam etanol P 72% (1 dalam 10.000) tambahkan 2 mL larutan natrium borat P (1 dalam 50) dan 1 mL larutan 2,6-diklorokuinon-klorimida P dalam etanol mutlak P (1 dalam 10.000): terjadi warna biru.

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,01%; lakukan penetapan menggunakan 10 g.

 

Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 3 bpj.

 

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.

 

Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Metode V Memenuhi syarat.

    Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi <931>.

Larutan baku internal Timbang saksama 500 mg 4-tert-butilfenol, larutkan dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan aseton P sampai tanda.

Larutan baku Timbang saksama 3-tert-Butil-4-hidroksianisol BPFI, larutkan masing-masing dalam Larutan baku internal hingga kadar lebih kurang        9 mg 3-tert-Butil-4-hidroksianisol BPFI dan lebih kurang 1 mg 2-tert-Butil-4-hidroksianisol BPFI per mL.

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg, larutkan dalam labu tentukur 10-mL dengan Larutan baku internal, encerkan dengan Larutan baku internal sampai tanda.

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala, kolom tahan karat     2 mm x 1,8 m berisi bahan pengisi 10% fase cair G26 pada partikel penyangga S1A. Pertahankan suhu kolom antara 175° - 185°. Gunakan helium P kering sebagai gas pembawa. Suntikkan beberapa kali Larutan baku dan rekam luas puncak seperti yang tertera pada Prosedur; Simpangan baku relatif tidak lebih dari 2% untuk 3-tert-Butil-4-hidroksianisol dan 6% untuk isomer 2-tert-Butil-4-hidroksianisol; resolusi, R, kedua isomer tidak kurang dari 1,3 dan faktor ikutan tidak lebih dari 2,0.

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 5 mL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Ukur luas puncak tiap isomer dan baku internal dalam tiap kromatogram dan hitung jumlah dalam mg, tiap isomer butil hidroksianisol, C11H16O2 yang digunakan dengan rumus:

Cs adalah kadar isomer dalam mg tiap mL isomer dalam Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan luas puncak tiap isomer dan baku internal dalam kromatogram Larutan baku dan Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg dengan menambahkan jumlah kedua isomer.

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.