<1351> Pertimbangan Tentang Stabilitas Dalam Pemberian Obat


[Catatan Uraian dalam bab ini ditujukan hanya untuk informasi umum, tidak dimaksudkan untuk memodifikasi atau menggantikan persyaratan khusus yang tertera pada Farmakope ini]

    Aspek stabilitas produk obat yang merupakan perhatian utama bagi Apoteker dalam pemberian obat akan dibicarakan di sini.

    Apoteker  sebaiknya menghindari bahan dan kondisi yang menyebabkan terjadinya  penurunan mutu fisik atau peruraian sediaan obat secara kimia. Stabilitas dan efek klinik sediaan obat  dapat dipertahankan dengan meniadakan perubahan atau menghindari cara pembuatan yang tidak tepat. Apoteker sebaiknya menetapkan dan mempertahankan kondisi  yang dapat memastikan kestabilan obat guna membantu mencegah kegagalan terapi dan respons yang merugikan.

    Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, yaitu shelf life nya, sifat dan karakterisitiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. Lima jenis stabilitas yang umum dikenal, dapat dilihat pada tabel.

 

Kriteria untuk Tingkat Keberterimaan Stabilitas

 

Jenis stabilitas

Kondisi yang dipertahankan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan obat

Kimia

Tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimia dan potensi yang
tertera pada etiket dalam batas
yang ditetapkan.

Fisika

Mempertahankan sifat fisika awal, termasuk pemerian, kesesuaian,
keseragaman, disolusi dan kemampuanuntuk disuspensikan.

Mikrobiologi

Sterilitas atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang dinyatakan. Zat antimikroba yang ada mempertahankan efektivitas dalam batas yang ditetapkan.

Terapi

Efek terapi tidak berubah.

Toksikologi

Tidak terjadi peningkatan toksisitas yang bermakna.

 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Stabilitas Produk

 

    Tiap bahan di dalam suatu bentuk sediaan, baik yang berkhasiat terapi aktif atau inaktif dapat mem-pengaruhi stabilitas. Faktor lingkungan utama yang dapat menurunkan stabilitas seperti paparan terhadap suhu yang merugikan,  cahaya, oksigen, karbon dioksida dan kelembaban.  Demikian juga faktor utama bentuk sediaan yang mempengaruhi stabilitas obat  seperti ukuran partikel (terutama dalam emulsi dan suspensi), pH, komposisi sistem pelarut (misalnya persentase air dan kepolaran),  kesesuaian antara anion dan kation, kekuatan ion larutan, wadah utama, adanya bahan tambahan kimiaspesifik, ikatan molekular, difusi obat dan adanya bahan pengisi. Dalam sediaan obat, reaksi-reaksi berikut  biasanya menyebabkan berkurangnya kandungan zat aktif dan perubahan ini biasanya tidak tampak secara visual.

 

     Hidrolisis Ester dan ?-laktam adalah ikatan kimia yang dapat terhidrolisis dengan adanya air. Sebagai contoh, ester asetil dalam aspirin terhidrolisis menjadi asam asetat dan asam salisilat pada kondisi lembab, tetapi pada kondisi lingkungan kering hidrolisis ini dapat diabaikan. Kecepatan hidrolisis aspirin meningkat dengan meningkatnya tekanan uap air  di lingkungan.

   Ikatan amida juga terhidrolisis, walaupun pada umumnya lebih lambat dibanding ester. Sebagai contoh, prokain (suatu ester) akan terhidrolisis jika disterilkan dalam autoklaf, tetapi prokainamida tidak. Ikatan amida atau peptida dalam berbagai senyawa peptida dan protein bervariasi dalam kelabilan untuk terhidrolisis.

    Ikatan laktam dan azometin (atau imin) dalam benzodiazepin juga labil terhadap hidrolisis. Pemicu atau katalis proses hidrolisis yang utama adalah pH dan zat kimia tertentu (misalnya dekstrosa dan tembaga pada hidrolisis ampisilin).

 

    Epimerisasi  Golongan  tetrasiklin paling mudah mengalami epimerisasi. Reaksi ini terjadi dengan cepat  jika obat terlarut diberi suasana pH lebih dari 3 dan menghasilkan penyusunan ulang  sterik pada golongan dimetilamino. Epitetrasiklin adalah  epimer tetrasiklin,  hanya sedikit atau tidak mempunyai aktivitas antibakteri.

 

    Dekarboksilasi Beberapa asam karboksilat yang larut seperti asam p-aminosalisilat, kehilangan karbondioksida dari gugus karboksilnya jika dipanaskan. Reaksi ini mengurangi kekuatannsi farmakologi.

   Dekarboksilasi ? -keto dapat terjadi pada beberapa antibiotik padat yang mempunyai gugus karbonil pada   ?-karbon dari asam karboksilat atau anion karboksilat. Dekarboksilasi semacam ini terjadi  pada antibiotik : natrium karbenisilin,

asam bebas karbenisilin, natrium tikarsilin dan asam bebas tikarsilin.

 

    Dehidrasi Dehidrasi tetrasiklin yang dikatalisasi dengan asam membentuk epianhidrotetrasiklin, suatu produk yang kekurangan aktivitas antibakteri dan menyebabkan toksisitas.

 

    Oksidasi Struktur molekul yang mudah teroksidasi adalah yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat langsung pada cincin aromatik (contohnya turunan fenol seperti katekolamin dan morfin), diena terkonyugasi (seperti vitamin A dan asam lemak bebas tak jenuh), cincin aromatik heterosiklik, turunan nitroso dan nitrit, serta aldehid (contohnya perasa).  Hasil oksidasi biasanya kekurangan aktivitas terapi. Contoh identifikasi terjadinya oksidasi secara visual adalah perubahan warna epinefrin dari tidak  berwarna menjadi kekuningan yang mungkin tidak terlihat pada beberapa pengenceran atau dengan beberapa mata.

    Oksidasi dikatalisasi dengan nilai pH yang lebih tinggi dari nilai pH optimum, ion logam berat polivalen (contohnya besi dan tembaga) dan paparan terhadap oksigen dan cahaya UV. Dua terakhir penyebab oksidasi membenarkan penggunaan zat kimia antioksidan, gas nitrogen yang dialirkan pada saat pengisian ampul dan vial, atau wadah /pengemas yang tidak tembus cahaya dan gelas bening coklat atau wadah plastik.

 

     Dekomposisi fotokimia Paparan cahaya UV dapat menyebabkan oksidasi (foto-oksidasi) dan fotolisis pada ikatan kovalen. Nifedipin, nitroprussida, riboflavin dan fenotiazin sangat labil terhadap foto-oksidasi. Pada senyawa yang rentan, energi fotokimia menghasilkan radikal bebas antara yang dapat  mengekalkan reaksi berantai.

 

     Kekuatan ion Efek konsentrasi total dari elektrolit terlarut terhadap kecepatan reaksi hidrolisis berasal dari pengaruh kekuatan ion pada daya tarik antar ion. Pada umumnya kecepatan hidrolisis yang konstan merupakan perbandingan kekuatan ion dengan ion yang berlawanan muatan (contohnya, kation obat dan anion pengisi) dan secara langsung sebanding dengan kekuatan ion. Reaksi yang menghasilkan ion yang bermuatan berlawanan dengan obat aslinya karena peningkatan kekuatan ion, dapat meningkatkan kecepatan  hidrolisis. Kekuatan ion garam organik yang tinggi dapat juga mengurangi kelarutan beberapa obat lainnya.

 

     Efek pH  Degradasi banyak obat dalam larutan meningkat atau menurun secara eksponensial ketika pH menurun atau meningkat melampaui rentang nilai pH spesifik. Tingkat pH yang tidak tepat dengan terkena kenaikan suhu merupakan faktor yang banyak menyebabkan  obat kehilangan efek klinik yang bermakna,  disebabkan oleh reaksi hidrolisis dan oksidasi. Sebagai contoh, larutan atau suspensi obat, mungkin stabil selama beberapa hari, minggu, bahkan tahun dalam bentuk formulasi aslinya, tetapi jika dicampur dengan cairan lain yang mengubah pH, akan terdegradasi dalam beberapa menit atau hari. Dengan perubahan pH walaupun hanya 1 unit (misalnya dari 4 menjadi 3 atau dari 8 menjadi 9) dapat menurunkan stabilitas obat dengan faktor 10 atau lebih.

    Suatu sistem dapar  pH, biasanya asam atau basa lemah dan garamnya, merupakan bahan pengisi yang biasa digunakan dalam sediaan cairan untuk mempertahankan pH pada suatu rentang yang akan meminimalkan kecepatan degradasi obat. pH larutan obat dapat juga diatur atau didapar untuk mencapai kelarutan obat. Sebagai contoh, pH yang berkaitan dengan pKa akan mengontrol fraksi terionisasi yang biasanya lebih larut dan jenis non ionik yang kurang larut dari suatu senyawa organik yang bersifat elektrolit lemah.

     Pengaruh pH pada stabilitas fisik sistem dua fase, terutama emulsi, juga penting. Sebagai contoh, emulsi lemak intravena  yang stabil dengan adanya pH asam.

 

    Kompatibilitas (ketercampuran) antar ion (IonN+-IonN-)  Kompatibilitas atau kelarutan ion-ion berlawanan muatan terutama tergantung pada  jumlah muatan per ion dan ukuran molekul ion. Pada umumnya  ion polivalen yang berlawanan muatan akan menjadi lebih tidak tercampur. Jadi suatu ketidaktercampuran lebih mudah terjadi pada penambahan ion yang banyak dengan muatan yang berlawanan dengan obat.

 

      Kestabilan keadaan padat Reaksi-reaksi relatif lambat pada keadaan padat. Jadi, stabilitas obat pada keadaan padat jarang diperhatikan pada pembuatan obat. Kecepatan degradasi zat padat kering biasanya ditunjukkan dengan kurva kinetik ordo 1 atau kurva sigmoid. Oleh karena itu, obat-obat padat dengan suhu lebur lebih rendah sebaiknya tidak dikombinasi dengan senyawa kimia lain yang dapat membentuk campuran eutektik.

      Pada keadaan lembab, dekomposisi obat padat dapat mengubah kinetik kimia orde 0 karena kecepatan dikontrol oleh fraksi obat yang relatif kecil yang ada dalam suatu larutan jenuh, berada pada permukaan produk ruahan obat padat (biasanya tidak kelihatan).

 

     Suhu Pada umumnya kecepatan reaksi kimia akan meningkat secara eksponensial pada setiap kenaikan suhu 10º. Hubungan ini dapat diamati pada hampir semua reaksi hidrolisis obat dan beberapa reaksi oksidasi obat. Faktor aktual dari peningkatan kecepatan tergantung pada energi aktivasi dari reaksi tertentu. Energi aktivasi adalah suatu fungsi dari ikatan reaktif spesifik dan formulasi obat (misalnya pelarut, pH, bahan tambahan). Sebagai contoh, obat dapat terhidrolisis jika mengalami peningkatan suhu 20º, seperti dari dingin menjadi suhu ruang yang terkontrol (Lihat Persyaratan dan Ketentuan Umum). Shelf life obat pada suhu ruang terkontrol  menurun ¼  sampai 1/25  dari shelf lifenya pada keadaan suhu lemari pendingin.

      Apoteker harus waspada bahwa suhu dingin yang tidak tepat dapat menimbulkan kerusakan. Sebagai contoh, lemari pendingin dapat menyebabkan viskositas yang ekstrim pada beberapa obat cair dan menyebabkan supersaturasi pada yang lain. Pembekuan dapat memecah atau menyebabkan peningkatan ukuran tetesan suatu emulsi; juga dapat  mendenaturasi protein; dan dalam kasus yang jarang terjadi dapat menyebabkan terbentuknya keadaan polimorfis yang kurang larut pada beberapa obat.

     

Penelitian Stabilitas dalam Pembuatan Obat

 

    Cakupan dan rancangan penelitian stabilitas bervariasi tergantung pada produk dan pabrik yang bersangkutan. Umumnya formulator suatu produk pertama-tama menentukan pengaruh suhu, cahaya, udara, pH, kelembaban, sesepora logam dan bahan pengisi atau pelarut yang biasa digunakan pada zat aktif. Dari informasi ini, satu atau lebih formula suatu sediaan dibuat, dikemas dalam wadah yang sesuai dan disimpan dalam berbagai kondisi lingkungan yang berbeda, baik normal maupun tidak. Pada interval waktu tertentu, produk contoh ditetapkan potensinya menggunakan metode yang menunjukkan stabilitas, mengamati perubahan fisika jika memungkinkan, diuji sterilitas dan atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba serta toksisitas dan ketersediaan hayati. Penelitian seperti ini digabung dengan hasil uji klinik dan toksikologi, memungkinkan pabrik untuk memilih formulasi dan wadah yang optimum serta menetapkan kondisi penyimpanan yang dianjurkan dan tanggal kedaluwarsa untuk tiap bentuk sediaan dalam kemasannya.

 

Tanggung Jawab Apoteker

 

    Apoteker membantu menjamin bahwa obat di bawah pengawasannya memenuhi kriteria stabilitas yang dapat diterima dengan: (1) Menyerahkan lebih dahulu obat yang paling lama disimpan dan memperhatikan waktu kedaluwarsa obat; (2) Menyimpan obat pada kondisi lingkungan seperti tertera pada masing-masing monografi dan atau pada etiket; (3) Mengamati produk terhadap terjadinya ketidakstabilan; (4) Membuat dan memberi etiket dengan benar pada produk yang dikemas kembali, diencerkan atau dicampur dengan produk lain; (5) Memberikan obat dalam wadah yang sesuai dengan tutup yang sesuai; (6) memberikan informasi dan pengetahuan pada pasien tentang cara penyimpanan dan pemakaian obat yang benar termasuk pengaturan resep yang sudah lama.

 

    Perputaran persediaan dan pengamatan tanggal kedaluwarsa Perputaran persediaan yang benar diperlukan untuk meyakinkan pemberian obat yang sesuai. Obat yang jarang diberikan harus dimonitor dengan ketat sehingga obat yang telah disimpan lama perlu mendapat perhatian khusus, terutama berkaitan dengan tanggal kedaluwarsa. Pabrik dapat menjamin mutu obat hanya sampai pada tanggal kedaluwarsa yang ditentukan bila obat disimpan dalam wadah asli pada kondisi penyimpanan yang dianjurkan.

 

    Penyimpanan pada kondisi lingkungan yang di­anjurkan Umumnya kondisi penyimpanan yang dianjurkan tertera pada etiket, yang harus diikuti dengan saksama. Termasuk rentang suhu atau kondisi tempat penyimpanan tertentu (misalnya lemari pendingin atau suhu ruang dengan suhu terkendali) seperti tertera pada Ketentuan Umum. Instruksi tambahan seperti cara melindungi produk dari cahaya juga harus diikuti dengan saksama. Bila suatu produk harus terlindung dari cahaya dan ditempatkan dalam wadah yang jernih dan tembus cahaya dengan penutup bagian luar buram, penutup tersebut tidak boleh dibuka atau dibuang hingga semua isinya digunakan. Jika tidak ada instruksi khusus, produk harus disimpan dalam suhu ruang yang terkendali seperti tertera pada Suhu Penyimpanan dalam Ketentuan Umum. Produk harus disimpan jauh dari lokasi yang dapat menimbulkan panas, dingin berlebih atau bervariasi, atau cahaya yang kuat, seperti dekat dengan pipa pemanas atau cahaya fluoresens.

 

    Mengamati produk terhadap terjadinya ketidak­stabilan Hilangnya potensi biasanya disebabkan oleh perubahan kimia; reaksi yang paling umum adalah hidrolisis, oksidasi-reduksi dan fotolisis. Perubahan kimia juga dapat terjadi melalui interaksi antara bahan-bahan dalam suatu produk atau jarang antara produk dengan wadah. Hilangnya potensi zat aktif dapat diakibatkan oleh difusi obat ke dalam, atau kombinasinya dengan, permukaan sistem penutupan wadah. Bertambahnya potensi umumnya disebabkan oleh penguapan pelarut atau perembesan bahan-bahan dari sistem penutupan wadah.

    Potensi kimia zat aktif harus tetap berada dalam batas yang tertera dalam monografi. Potensi ditetapkan menggunakan prosedur penetapan kadar yang dapat membedakan molekul utuh dan hasil urainya. Data stabilitas kimia harus disediakan oleh pabrik. Walaupun degradasi kimia umumnya tidak dapat dideteksi oleh Apoteker, degradasi kimia berlebihan kadang-kadang disertai dengan perubahan fisika yang dapat diamati. Selain itu, beberapa perubahan fisika tidak harus berkaitan dengan potensi kimia, seperti perubahan warna dan bau, atau terbentuknya endapan atau timbulnya kekeruhan larutan, dapat merupakan petunjuk bagi Apoteker terhadap kemungkinan masalah stabilitas. Harus diasumsikan bahwa produk yang mengalami perubahan fisika yang tidak tertera pada etiket mungkin juga mengalami perubahan kimia, dan produk seperti itu jangan diserahkan. Pertumbuhan mikroba yang berlebihan dan atau kontaminasi juga dapat terjadi seperti halnya perubahan fisika. Perubah­an besar dalam karakteristik fisik seperti warna atau bau adalah tanda ketidakstabilan setiap produk apapun. Tanda fisik lain yang umum dari kerusakan sediaan diuraikan di bawah ini.

    SEDIAAN PADAT Banyak sediaan padat dibuat untuk disimpan pada kondisi kelembaban rendah. Sediaan seperti ini memerlukan perlindungan ter­hadap air dari lingkungannya, karena itu harus di­simpan dalam wadah tertutup rapat seperti tertera pada Wadah dalam Ketentuan Umum atau dalam wadah yang disediakan oleh pabrik. Timbulnya kabut atau tetesan cairan atau penggumpalan produk di dalam wadah menunjukkan kondisi yang tidak benar. Adanya zat pengering di dalam wadah dari pabrik menandakan perlunya perhatian khusus dalam pem­berian obat. Beberapa hasil urai, misalnya asam salisilat dari aspirin dapat menyublim dan membentuk  hablur pada bagian luar sediaan atau pada dinding wadah.

    Kapsul gelatin keras dan lunak  Oleh karena formulasi kapsul diisikan ke dalam cangkang kapsul gelatin, per­ubahan besar dalam penampilan fisik atau konsistensi, termasuk pengerasan atau pelunakan cangkang me­rupakan tanda utama dari ketidakstabilan. Bukti adanya pelepasan gas seperti menggelembungnya petutup kertas adalah tanda lain dari ketidakstabilan.

    Tablet tidak bersalut Ketidakstabilan fisik pada tablet tidak bersalut ditunjukkan oleh serbuk berlebih dan atau kepingan tablet (yaitu kerusakan oleh rapuhnya) tablet pada dasar wadah (berasal dari tablet yang terkelupas, pecah atau hancur); retak atau sumbing pada permukaan tablet, mengembang, berbintik-bintik, berubah warna, tablet saling berlekatan atau timbulnya hablur yang bukan bagian dari tablet pada dinding wadah atau pada tablet.

    Tablet bersalut Ketidakstabilan fisik pada tablet bersalut ditunjukkan oleh retak, berbintik-bintik atau kusamnya penyalut dan menggumpalnya tablet.

    Serbuk kering dan granul Serbuk kering dan granul yang tidak ditujukan untuk dikonstitusikan dalam bentuk cair, di dalam wadah aslinya dapat membentuk massa yang keras atau berubah warna dan dapat mengakibatkan sediaan tidak dapat diterima.

    Serbuk dan granul yang dimaksudkan untuk dikonstitusikan dalam Larutan atau Suspensi Serbuk kering atau granul yang ditujukan untuk dikonstitusikan dalam larutan atau suspensi memerlukan perhatian khusus. Umumnya bentuk seperti ini adalah antibiotik atau vitamin yang sangat peka terhadap lembab. Karena selalu diberikan dalam wadah aslinya, umumnya tidak terkontaminasi oleh lembab. Tetapi timbulnya penggumpalan yang tidak umum memerlukan evaluasi hati-hati, dan timbulnya kabut atau tetesan cairan dalam wadah membuat sediaan tidak baik untuk digunakan. Adanya bau tidak enak juga merupakan petunjuk ketidakstabilan.

    Tablet efervesen, granul dan serbuk Produk efervesen sangat peka terhadap lembab. Pembengkakan massa atau bertambahnya tekanan gas yang merupakan tanda khas dari ketidakstabilan, menunjukkan bahwa kerja beberapa efervesen telah terjadi lebih cepat.

 

SEDIAAN CAIR Yang menjadi perhatian utama berkaitan dengan bentuk sediaan cair adalah homogenitas dan bebas dari kontaminasi dan pertumbuhan mikroba berlebih. Ketidakstabilan dapat ditunjukkan oleh kekeruhan atau endapan dalam larutan, pecahnya emulsi, gumpalan dalam suspensi yang tidak dapat disuspensikan kembali atau perubahan organoleptik. Pertumbuhan mikroba dapat disertai dengan perubah­an warna, kekeruhan atau pembentukan gas.

    Larutan, eliksir dan sirup Endapan dan adanya mikroba atau pembentukan gas kimia merupakan dua tanda utama ketidakstabilan.

    Emulsi Pecahnya emulsi, yaitu terpisahnya fase minyak yang tidak mudah terdispersi, merupakan tanda karakteristik ketidakstabilan, tetapi jangan keliru dengan pembentukan krim, yang merupakan pemisahan dari fase minyak yang mudah didispersi-kah kembali dan merupakan peristiwa yang umum pada emulsi yang stabil.

    Suspensi Gumpalan fase padat yang tidak dapat disuspensikan kembali dengan pengocokan biasa adalah petunjuk utama ketidakstabilan dalam suspen­si. Timbulnya partikel yang cukup besar dapat diartikan telah terjadi pembentukan hablur yang berlebih.

    Tingtur dan ekstrak cair Tingtur, ekstrak cair dan sediaan sejenis umumnya berwarna gelap karena pekat dan harus diperiksa dengan cermat terhadap timbulnya endapan.

    Cairan steril Mempertahankan sterilitas cairan steril adalah sangat penting. Timbulnya kontaminasi mikroba dalam cairan steril umumnya tidak dapat dideteksi secara visual, tetapi setiap perubahan warna, kekeruhan, selaput pada permukaan, bahan partikulat atau flokulan atau pembentukan gas yang samar me­rupakan alasan yang cukup untuk mencurigai adanya kontaminasi. Kejernihan larutan steril yang ditujukan untuk penggunaan optalmik atau parenteral adalah hal yang sangat penting. Kerusakan segel  yang utuh pada produk harus dicurigai.

 

    SEMISOLIDA (KRIM, SALEP DAN SUPOSITORIA) Untuk krim, salep dan supositoria, petunjuk utama ketidakstabilan yang sering ditemukan adalah per­ubahan warna atau perubahan dalam konsistensi atau bau.

    Krim Berbeda dengan salep, krim biasanya adalah emulsi yang mengandung air dan minyak. Petunjuk ketidakstabilan dalam krim adalah pecahnya emulsi, pembentukan hablur, penciutan karena penguapan air dan kontaminasi mikroba dalam jumlah besar.

    Salep Tanda umum dari ketidakstabilan dalam salep adalah perubahan dalam konsistensi dan pemisahan sejumlah besar cairan dan pembentukan granul atau butiran kecil.

    Suppositoria Pelunakan berlebihan adalah petunjuk utama ketidakstabilan suppositoria, walaupun beberapa suppositoria dapat mengering dan mengeras atau mengerut. Adanya bercak minyak pada bahan pengemas merupakan peringatan bagi Apoteker untuk memeriksa masing-masing suppositoria lebih ketat dengan membuka setiap pengemas bila diperlukan. Sebagai aturan umum (walaupun ada pengecualian), suppo­sitoria harus disimpan dalam lemari pendingin (seperti tertera pada Suhu Penyimpanan dalam Ketentuan Umum).

 

    Perlakuan yang benar dari produk yang mendapatkan penanganan tambahan Dalam pengemasan kembali, pengenceran atau pencampuran suatu pro­duk dengan produk yang lain, Apoteker harus dapat bertanggungjawab untuk kestabilan produk ini.

 

    PENGEMASAN KEMBALI Pada umumnya, penge­masan kembali tidak dianjurkan. Tetapi jika penge­masan kembali diperlukan, pabrik sebaiknya dihubungi berkaitan dengan masalah-masalah yang mungkin terjadi. Dalam membuat obat menurut resep dokter, penting untuk menggunakan wadah yang sesuai. Kondisi penyimpanan yang tepat dan jika memungkinkan tanggal kedaluwarsa sebaiknya tertera pada etiket wadah. Wadah kemasan tunggal memerlukan perhatian, pertimbangan dan pengawasan ketat mengenai pedoman berikut ini: (1) Gunakan bahan pengemas yang sesuai; (2) Jika data Stabilitas pada kemasan baru tidak ada, kemas kembali pada waktu tertentu hanya untuk persediaan secukupnya untuk waktu yang terbatas; (3) Cantumkan pada etiket dosis tunggal, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa yang sesuai; (4) Bila produk steril dikemas kembali dari vial dosis ganda ke dalam alat suntik dosis tunggal (disposibel), sisanya harus dibuang jika tidak digunakan dalam 24 jam, kecuali jika terdapat data yang menunjang untuk penyimpanan lebih lama; (5) Jika sejumlah produk dikemas terlebih dahulu untuk penggunaan segera, simpan catatan pengemasan kembali yang me­nunjukkan nama pabrik, nomor bets, tanggal dan identitas orang yang bertanggung jawab terhadap pe­ngemasan kembali dan pemeriksaan kembali; (6) Jika diperlukan penutupan yang aman, gunakan sistem penutup wadah yang dipastikan dapat memenuhi aturan baku yang resmi untuk penyimpanan.

 

    PENGENCERAN ATAU PENCAMPURAN Jika suatu produk diencerkan atau jika dua produk dicampur,  Apoteker sebaiknya mematuhi prosedur profesional dan ilmiah. Sebagai contoh: tingtur seperti belladon dan tingtur digitalis mengandung etanol  kadar tinggi untuk melarutkan zat aktifnya, dapat membentuk endapan jika diencerkan atau dicampur dengan sistem yang mengandung air. Literatur teknis yang berkaitan dan pengetiketan sebaiknya didiskusikan secara rutin, dan sebaiknya menggunakan  literatur mutakhir karena sewaktu-waktu formula dapat diganti oleh pabrik. Jika kombinasi khusus digunakan secara umum, dianjurkan untuk konsultasi dengan pabrik. Karena stabilitas kimia campuran yang dibuat segar tidak diketahui, penggunaan kombinasi seperti ini tidak dianjurkan; jika campuran tersebut mempunyai masalah inkompatibilitas, Apoteker harus bertanggung jawab. Sediaan antibiotik oral yang dibuat dari serbuk menjadi bentuk cairan tidak boleh dicampur dengan produk lainnya.

    Kombinasi produk parenteral memerlukan penanganan khusus, terutama untuk larutan intravena, karena cara pemberiannya. Tempat pembuatan memerlukan perhatian besar, teknik aseptik, pertimbangan dan ketekunan. Karena masalah yang mungkin tidak terlihat terjadi berkaitan dengan sterilitas dan stabilitas kimia, semua sediaan parenteral sebaiknya digunakan dalam waktu 24 jam kecuali terdapat data yang dapat menunjang penyimpanan yang lebih lama.

 

    Informasi dan pengetahuan pada pasien Sebagai langkah akhir dalam memenuhi tanggung jawab terhadap kestabilan obat yang diberikan, Apoteker berkewajiban memberi informasi kepada pasien mengenai kondisi penyimpanan yang benar (Contoh: dalam tempat yang dingin dan kering, bukan dalam kamar mandi), baik untuk obat dengan resep atau tanpa resep dokter dan memberikan perkiraan waktu kapan obat harus dibuang. Jika terdapat tanggal kedaluwarsa, Apoteker harus menekankan pada pasien bahwa tanggal ini hanya berlaku jika disimpan dengan cara yang benar. Pasien dianjurkan untuk membersihkan lemari penyimpanan obatnya secara berkala.