Tobramisin


Tobramycin

 

 

O-3-Amino-3-deoksi-a-D-glukopiranosil-(1?4)-O-[2,6-diamino-2,3,6-trideoksi-a-D-ribo-heksopiranosil-(1?6)-2-deoksi-L-streptamina [32986-56-4]

C18H37N5O9                                                                          BM 467,51

 

Tobramisin mempunyai potensi tidak kurang dari 900 µg per mg C18H37N5O9, dihitung terhadap zat anhidrat.

 

Pemerian Serbuk higroskopis, putih atau hampir putih.

 

Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

 

Baku pembanding Tobramisin BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin. Bersifat higroskopis. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.

 

Identifikasi

    A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.

    Pengencer Campuran butil alkohol P-piridina P (100:1).

    Penampak bercak Timbang sejumlah ninhidrin P, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL.

    Fase gerak Campuran metanol P-amonium hidroksida P-kloroform P (60:30:25).

    Larutan baku Timbang sejumlah Tobramisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 6 mg per mL.

    Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 6 mg per mL.

    Larutan A Campuran  Larutan baku-Larutan uji (1:1).

    Prosedur Totolkan masing-masing 3 µL Larutan baku, Larutan uji dan Larutan A pada jarak yang sama pada lempeng kromatografi yang dilapisi dengan campuran silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak, eluasi hingga Fase gerak merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan fase gerak menguap dan panaskan lempeng pada suhu 110° selama 15 menit. Segera amati lokasi bercak, semprot lempeng dengan Penampak bercak: tobramisin memberikan bercak merah muda. Harga Rf bercak utam Larutan uji dan Larutan A sesuai dengan Larutan baku.

    B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji terderivatisasi sesuai dengan Larutan baku terderivatisasi yang diperoleh pada Penetapan kadar.

 

pH <1071> Antara 9,0 dan 11,0; lakukan penetapan menggunakan larutan 100 mg per mL.

 

Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 8%. Gunakan campuran formamida P dan metanol P (1:3) sebagai pelarut.

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; lakukan penetapan dengan membasahkan sisa pengarangan dengan 2 mL asam nitrat P dan 5 tetes asam sulfat P, pijarkan.

 

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 30 bpj.

 

Cemaran organik Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan A Masukkan 20 mL larutan natrium hipoklorida ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan air sampai tanda.

    Larutan B Encerkan lebih kurang 1,1 g kalium iodida P dengan 60 mL air, didihkan selama 15 menit dan tambahkan secara perlahan suspensi dari 1,5 g amilum dalam 10 mL air. Tambahkan 25 mL air, didihkan selama 10 menit, biarkan sampai dingin, encerkan dengan air hingga 100 mL.

    Larutan C Timbang lebih kurang 29,2 g natrium klorida P, masukkan ke dalam labu tentuku 100-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.

    Fase gerak Campuran etanol P-Larutan C-air (30: 50:20).

    Larutan uji Timbang saksama 50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dengan 7 mL air, atur pH hingga 5,5 ± 0,4 dengan penambahan asam sulfat 1 N. Encerkan dengan air sampai tanda.

    Larutan baku Encerkan Larutan uji dengan air secara kuantitatif hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL.

    Prosedur Totolkan masing-masing 1 µL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng kromatografi yang dilapisi dengan campuran silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan hingga Fase gerak mencapai tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat. Biarkan Fase gerak menguap, panaskan lempeng dalam oven pada suhu 110° selama 10 menit. Semprot lempeng yang masih panas dengan Larutan A. Keringkan lempeng hingga bagian lempeng yang disemprot memberikan warna biru pucat setelah diberi 1 tetes Larutan B, semprot lempeng dengan Larutan B sampai muncul bercak ungu kebiruan. Bercak lain selain bercak utama dari Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak Larutan baku.

 

Sterilitas <71> Jika pada etiket dinyatakan steril, harus memenuhi persyaratan.

 

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,0 unit Endotoksin FI per mg, jika pada etiket dinyatakan steril atau harus digunakan untuk pembuatan sediaan injeksi  lebih lanjut.

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Fase gerak Larutkan 2,0 g tris (hidroksimetil)aminometan P dalam lebih kurang 800 mL air, tambahkan 20 mL asam sulfat 1 N, encerkan dengan asetonitril P hingga 2000 mL, Diamkan sampai dingin, saring menggunakan penyaring dengan porositas 0,2 µm atau lebih halus dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Timbang saksama sejumlah 2,4-dinitrofluorobenzen P, larutkan dan encerkan dengan etanol P hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL. Larutan ini dapat digunakan selama 5 hari, jika disimpan dalam lemari pendingin pada saat tidak digunakan.

    Larutan B Timbang saksama sejumlah tris(hidroksimetil)amino-metan P, larutkan dan encerkan dengan air hinga kadar lebih kurang 15 mg per mL. Larutan ini dapat digunakan selama 1 bulan, jika disimpan dalam lemari pendingin pada saat tidak digunakan.

    Larutan C  Pipet 40 mL Larutan B ke dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan dimetil sulfoksida P, campur dan encerkan dengan dimetil sulfoksida P sampai tanda. Larutan mengandung  tris(hidroksimetil)- aminometan dengan kadar lebih kurang 3 mg per mL. Gunakan pereaksi ini selama 4 jam [Catatan Jika disimpan terendam dalam tangas air es suhu di bawah 10° pereaksi dapat digunakan sampai 8 jam].

    Larutan baku persediaan  Timbang saksama lebih kurang 55 mg Tobramisin BPFI masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 1 mL asam sulfat 1 N dan air secukupnya hingga larut, encerkan dengan air sampai tanda. Larutan mengandung tobramisin dengan kadar lebih kurang 1,1 mg per mL.

    Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku persediaan, encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,22 mg per mL.

    Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih kurang 55 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 1 mL asam sulfat 1 N dan air secukupnya sampai larut, encerkan dengan air sampai tanda dan campur. Larutan mengandung tobramisin dengan kadar lebih kurang 1,1 mg per mL.

    Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,22 mg per mL.

    Prosedur derivatisasi [Catatan Panaskan semua larutan pada suhu dan lama waktu pemanasan yang sama. Angkat dan letakkan pada tangas seluruh labu secara bersama-sama pada suhu konstan 60°.] Masukkan masing-masing 4,0 mL Larutan baku, Larutan uji dan air ke dalam labu tentukur 50-mL yang terpisah. Ke dalam masing-masing labu tentukur tambahkan 10 mL Larutan A dan 10 mL Larutan C, kocok dan tutup. Letakkan labu ke dalam tangas dengan suhu konstan 60°±2° dan panaskan selama 50 menit ± 5 menit. Angkat labu dari tangas dan diamkan selama 10 menit. Tambahkan asetonitril P ke dalam masing-masing labu hingga lebih kurang 2 mL di bawah tanda 50-mL, biarkan dingin sampai suhu ruang,  encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan tersebut adalah Larutan baku terderivatisasi, Larutan uji terderivatisasi dan Larutan blangko.

    Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang saksama sejumlah p-naftolbenzein P, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,24 mg per mL.

    Larutan kesesuaian sistem Pipet 2 mL Larutan kesesuaian sistem persediaan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan Larutan baku terderivatisasi sampai tanda dan segera gunakan.

   Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 365 nm dan kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara p-naftolbenzein  dan tobramisin tidak kurang dari 4,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku terderivatisasi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan waktu retensi relatif p-naftolbenzein dan tobramisin 0,6 dan1,0]

    Prosedur [Catatan Gunakan Larutan baku untuk indentifikasi respons puncak pelarut dan pereaksi.] Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku terderivatisasi, Larutan uji terderivatisasi dan Larutan blangko ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg tobramisin, C18H37N5O9, dalam tiap mg zat yang digunakan dengan rumus:

 

 

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak tobramisin dari Larutan uji terderivatisasi dan Larutan baku terderivatisasi; CS adalah kadar Tobramisin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar tobramisin dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi Tobramisin BPFI dalam µg per mg.

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

 

Penandaan jika pada etiket dinyatakan steril atau harus digunakan untuk pembuatan sediaan injeksi  lebih lanjut.