Kuinin Hidroklorida


Quinine Hydrochloride

 

(8S,9R)-6’-Metoksikinkonan-9-ol hidroklorida dihidrat [6119-47-7]

C20H24N2O2.HCl.2H2O                                BM 396,9

 

Kuinin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C20H24N2O2.HCl, dihitung terhadap zat kering.

 

Pemerian Hablur jarum halus seperti sutera, tidak berwarna; kadang-kadang berkelompok.

 

Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam etanol.

 

Baku pembanding Kuinin Sulfat BPFI; Kuinidin Sulfat BPFI.

 

Identifikasi

    A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis  <281>.

    Fase gerak Campuran dietilamina P-eter P- toluena P (10:24:40).

    Penampak bercak Gunakan iodoplatinat LP.   

    Larutan baku Larutkan 100 mg Kuinin Sulfat BPFI dalam 10,0 mL metanol P.

    Larutan uji Larutkan 100 mg zat dalam 10,0 mL metanol P.

    Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel P. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak dan biarkan Fase gerak merambat hingga 15 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan pada aliran udara selama 15 menit dan ulangi eluasi. Keringkan lempeng pada suhu 105º selama 30 menit, biarkan hingga dingin dan semprot lempeng dengan Penampak bercak: harga Rf , warna dan ukuran bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.

    B. Pada 5 mL larutan 10 mg zat dalam 10 mL air, tambahkan 0,2 mL air brom LP dan 1 mL amonium hidroksida 2 N: terjadi warna hijau.

    C. Larutkan 100 mg zat dalam 3 mL asam sulfat encer LP dan encerkan dengan air hingga 100 mL: amati dengan sinar ultraviolet pada panjang gelombang 366 nm menunjukkan fluoresensi biru kuat yang hampir hilang pada penambahan 1 mL asam hidroklorida P.

    D. Menunjukkan reaksi Klorida cara A dan D seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.

 

Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan penetapan menggunakan larutan 2,0% dalam air bebas karbon dioksida P.

 

Warna dan akromisitas <1291> Metode III Warna larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W6. Lakukan penetapan menggunakan larutan 2,0% dalam air bebas karbon dioksida P.

 

pH <1071> Antara 6,0 dan 6,8; lakukan penetapan menggunakan larutan 1% dalam air bebas karbon dioksida P.

 

Rotasi jenis <1081> Antara -245º dan -258º (zat kering); lakukan penetapan menggunakan larutan 2% dalam asam hidroklorida 0,1 N.

 

Susut pengeringan <1121> Antara 6,0% - 10,0%; lakukan pengeringan pada suhu 105º hingga bobot tetap, menggunakan 1 g zat.

 

Barium Pada 15 mL larutan 2,0% dalam air bebas karbon dioksida P tambahkan 1 mL asam sulfat encer LP dan diamkan larutan selama tidak kurang dari 15 menit: larutan tidak lebih opalesen dari campuran 15 mL larutan 2,0% dan 1 mL air.

 

Sulfat <361> Tidak lebih dari 500 bpj; lakukan penetapan menggunakan 15 mL larutan 2,0% dalam air bebas karbon dioksida P.

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%, lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.

 

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Fase gerak Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P dan 3,0 g heksilamina P dalam 700 mL air, atur pH hingga 2,8 dengan penambahan asam fosfat P 10%, tambahkan 60 mL asetonitril P dan encerkan dengan air hingga 1000 mL. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat, larutkan dalam 5 mL Fase gerak, jika perlu panaskan perlahan-lahan, encerkan dengan Fase gerak hingga 10,0 mL.

    Larutan baku A Buat larutan Kuinin Sulfat BPFI dalam Fase gerak dengan cara yang sama seperti Larutan uji.

    Larutan baku B Buat larutan Kuinidin Sulfat BPFI dalam Fase gerak dengan cara yang sama seperti Larutan uji.

    Larutan baku C Campur sejumlah volume yang sama Larutan A dan Larutan B.

   Larutan baku D Pipet 1 mL Larutan baku A, encerkan dengan Fase gerak hingga 10,0 mL. Pipet 1 mL larutan, encerkan dengan Fase gerak hingga                50,0 mL.

    Larutan baku E Larutkan sejumlah tiourea P dalam Fase gerak hingga kadar 1,0 mg per mL.

    Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 250 nm untuk mengamati kromatogram Larutan baku E, detektor 316 nm untuk mengamati kromatogram larutan lainnya dan kolom baja tahan karat 4,6 mm x 15-25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5-10 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku C, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak kuinin dan cemaran A tidak kurang dari 3,0; resolusi, R, antara puncak dihidrokuinin dan kuinin tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku D, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan ”signal to noise” antara puncak utama tidak kurang dari 4. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku B, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan distribusi massa puncak cemaran A antara 3,5 dan 4,5 dihitung terhadap waktu retensi tiourea pada kromatogram Larutan baku E, jika perlu atur jumlah asetonitril P dalam Fase gerak sehingga memenuhi Kesesuaian sistem. Waktu retensi      relatif cemaran C terhadap kuinin lebih kurang 1,4; waktu retensi relatif cemaran A terhadap dihidrokuinidin lebih kurang 1,5.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (10 µL) larutan yang telah disiapkan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 2,5 kali waktu retensi kuinin, ukur semua respon puncak. Dari kromatogram Larutan baku A identifikasi puncak kuinin dan cemaran C, dari kromatogram Larutan baku B identifikasi puncak cemaran A dan dihidrokuinidin. Dari kromatogram Larutan baku C identifikasi puncak cemaran A, kuinin, dihidrokuinidin dan cemaran C dengan membandingkan waktu retensi masing-masing puncak tersebut dengan puncak yang diperoleh dari Larutan baku A dan Larutan baku B.                               Cemaran C tidak lebih dari 10%, masing-masing cemaran lain yang tereluasi sebelum kuinin tidak lebih dari 5%, masing-masing cemaran lainnya tidak lebih dari 2,5%. Abaikan respons puncak kurang dari respons puncak Larutan baku D (0,2%).

 

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250 mg zat, larutkan dalam 50 mL etanol P, tambahkan 5,0 mL asam hidroklorida 0,01 N. Titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara potensiometrik, dengan membaca volume di antara dua titik infleksi.

 

Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N

setara dengan 36,09 g C20H25ClN2O2

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik dan terlindung cahaya.