<291> Uji Identifikasi Umum


Berikut ini cara uji yang sering di­gunakan untuk identifikasi zat yang tertera dalam Farmakope.

[Catatan Uji  ini  tidak dimaksudkan untuk dilakukan terhadap campuran  zat, kecuali jika dinyatakan demikian.]

 

Alkaloid Larutkan beberapa mg zat yang diuji dalam 5 mL air, asamkan dengan asam hidroklorida 2 N, dan tambahkan 1 mL kalium iodobismutat asetat LP: segera terbentuk endapan jingga atau merah jingga.

 

Aluminium

    A. Tambahkan amonium hidroksida 6 N ke dalam larutan garam aluminium: terbentuk endapan berupa gel putih yang tidak larut dalam amonium hidroksida 6 N berlebih.

    B. Tambahkan natrium hidroksida 1 N atau natrium sulfida LP ke dalam larutan garam aluminium: ter­bentuk endapan berupa gel putih yang larut dalam natrium hidroksida 1 N atau natrium sulfida LP berlebih.

 

    Amonium Tambahkan natrium hidroksida 1 N ber­lebih ke dalam garam amonium: terjadi uap amoniak yang dapat dikenal dari baunya dan mengubah warna kertas lakmus merah P menjadi biru. Hangatkan larut­an untuk mempercepat reaksi.

 

    Antimon  Tambahkan hidrogen sulfida LP ke dalam larutan senyawa antimon(III) yang sudah diasamkan dengan asam hidroklorida P: terbentuk endapan jingga antimon sulfida yang tidak larut dalam amonium hi­droksida 6 N, tetapi larut dalam amonium sulfida LP.

 

Asetat

    A. Hangatkan asam asetat atau garamnya dengan asam sulfat P dan etanol P: terjadi etil asetat yang dapat dikenal dari baunya yang khas.

     B. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan asetat netral: terjadi warna merah tua yang rusak dengan penambahan asam mineral.

     C. Panaskan dengan sejumlah yang sama  asam oksalat P: terjadi uap asam dengan bau khas asam asetat.

     D. Larutkan 20 hingga 40 mg dalam 3 mL air, tambahkan berturut-turut 0,25 mL larutan lantanum nitrat P 5%, 0,1 mL iodum 0,1 N dan 0,05 mL amonium hidroksida 2 N. Panaskan campuran hingga mendidih, setelah beberapa menit: terbentuk endapan biru atau larutan warna biru tua.

   

Barium

    A. Tambahkan asam sulfat 2 N ke dalam larutan garam barium: terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam hidroklorida P dan dalam asam nitrat P.

    B. Garam barium memberikan nyala hijau ke-kuningan dalam nyala api yang tidak berwarna, dan jika dilihat melalui kaca hijau nyala berwarna biru.

 

    Benzoat

    A. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan netral benzoat: terbentuk endapan merah muda kekuningan.

    B. Asamkan larutan pekat benzoat dengan asam sulfat 2 N: terbentuk endapan asam benzoat yang mudah larut dalam eter P

 

Besi  Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam larutan senyawa besi(II) atau besi(III): terbentuk endapan hitam yang larut dalam asam hidroklorida 3 N dingin dengan membebaskan hidrogen sulfida.

 

   Garam besi(III)

    A. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke dalam larutan asam dari garam besi(III): terbentuk endapan biru tua.

     B. Tambahkan natrium hidroksida 1 N berlebih: ter­bentuk endapan coklat kemerahan.

    C. Tambahkan amonium tiosianat LP ke dalam larutan garam besi(III): terjadi warna merah tua yang tidak rusak oleh penambahan asam mineral encer.

 

Garam besi(II)

    A. Tambahkan kalium heksasianoferat(III) LP ke dalam larutan garam besi(II): terbentuk endapan biru tua yang tidak larut dalam asam hidroklorida 3 N, tetapi terurai oleh natrium hidroksida 1 N.

    B. Tambahkan natrium hidroksida 1 N ke dalam larutan garam besi(II): terbentuk endapan putih kehijauan yang dengan cepat berubah menjadi hijau dan kemudian coklat jika dikocok.

 

    Bikarbonat  Lakukan seperti yang tertera pada Karbonat.

 

   Bismut  

    A. Larutkan garam bismut dalam asam nitrat P atau asam hidroklori­da P sedikit berlebih: terbentuk endapan putih pada pengenceran dengan air. Tambahkan hidrogen sulfi­da LP atau natrium sulfida LP: endapan menjadi coklat yang larut dalam campuran hangat asam nitrat P dan air volume sama.

    B. Pada 40 hingga 50 mg zat tambahkan 10 mL asam nitrat 2 N, didihkan selama 1 menit, biarkan dingin dan saring jika perlu. Pada 5 mL filtrat, tambahkan 2 mL larutan tiourea P 10%: terbentuk endapan jingga kekuningan. Tambahkan 4 mL  larutan natrium fluorida P 2,5%: warna larutan tidak hilang selama 30 menit.

 

Bisulfit   Lakukan seperti yang tertera pada Sulfit.

 

Borat

    A. Asamkan 1 mL larutan borat dengan asam hidroklorida P hingga bereaksi asam terhadap lakmus. Tambahkan 3 atau 4 tetes larutan jenuh iodum LP dan 3 atau 4 tetes larutan polivinil alkohol P (1 dalam 50): terjadi warna biru intensif.

    B. Tambahkan asam sulfat P dan metanol P, campur, kemudian bakar: terjadi nyala api bertepi hijau.

 

Bromida

    A. Tambahkan klor LP tetes demi tetes ke dalam larutan bromida: terjadi brom bebas yang larut dalam kloroform P pada pengocokan, lapisan kloroform berwarna merah sampai coklat kemerahan.

     B. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan bromida: terbentuk endapan putih kekuningan yang tidak larut dalam asam nitrat P dan sedikit larut dalam amonium hidroksida 6 N.

   C. Ke dalam sejumlah zat uji setara dengan lebih kurang 5 mg ion bromida di dalam tabung reaksi kecil tambahkan 0,25 mL air, lebih kurang 75 mg timbal(IV) oksida P dan 0,25 mL asam asetat 5 N, kocok perlahan-lahan. Keringkan bagian dalam atas tabung dengan kertas saring dan biarkan selama 5 menit. Celup secarik kertas saring dalam setetes magenta dekolorisasi LP dan segera masukkan ke dalam tabung reaksi: terjadi warna ungu dalam 10 detik dimulai dari ujung kertas saring, yang dapat dibedakan dari warna merah magenta, yang terlihat sedikit pada ujung kertas saring.

 

Fosfat [Catatan  Jika pada monografi dinyatakan  untuk uji Fosfat, lakukan penetapan menggunakan uji ortofosfat, jika tidak dinyatakan atau jika dilakukan pemijaran sebelum dilakukan uji gunakan uji pirofosfat]

 

Ortofosfat

    A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan netral ortofosfat: terbentuk endapan kuning yang larut dalam asam nitrat 2 N dan dalam amonium hidroksida 6 N.

    B. Tambahkan amonium molibdat LP ke dalam larutan asam dari ortofosfat: terbentuk endapan kuning yang larut dalam amonium hidroksi­da  6 N.

 

    Pirofosfat

    A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan pirofosfat yang diperoleh dari pemijaran: terbentuk endapan putih yang larut dalam asam nitrat 2 N dan dalam amonium hidroksida 6 N.

    B. Tambahkan amonium molibdat LP: terbentuk endapan kuning yang larut dalam amonium hidroksi­da   6  N.

 

    Hipofosfit

    A. Panaskan kuat-kuat: segera terbentuk fosfin yang mudah terbakar.

     B. Tambahkan raksa(II) klorida LP ke dalam larut­an hipofosfit: terbentuk endapan putih yang berubah menjadi abu-abu pada hipofosfit berlebih.

    C. Asamkan larutan hipofosfit dengan asam sulfat P, hangatkan dengan tembaga(II)sulfat LP: terbentuk endapan merah.

 

lodida

    A. Tambahkan klor LP tetes demi tetes ke dalam larutan iodida: terjadi iodum bebas yang memberi warna kuning hingga merah pada larutan. Kocok larutan dengan kloroform P: lapisan kloroform menjadi ungu. Iodum yang dibebaskan juga memberikan warna biru dengan kanji LP.

    B. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan   iodida: terbentuk endapan kuning menggumpal seperti dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P dan dalam amoni­um hidroksida 6 N.

 

    Kalium

    A. Senyawa kalium memberikan warna ungu dalam nyala api tidak berwarna, yang akan tertutup dengan adanya sedikit natrium. Pengaruh warna kuning yang dihasilkan oleh natrium dapat dihilangkan dengan mengamati melalui penyaring biru yang menahan emisi natrium pada 589 nm tetapi melewatkan emisi kalium pada 404 nm.  Juga dapat digunakan kaca kobalt dan penyaring lain yang tersedia secara komersial.

     B. Tambahkan natrium bitartrat LP ke dalam larut­an netral kalium, pekat atau cukup pekat (tergantung pada kelarutan dan kadar kalium): terbentuk endapan hablur putih yang larut dalam amonium hidroksida 6 N dan dalam larutan alkali hidroksida dan alkali karbonat. Pembentukan endapan, yang biasanya lambat, dipercepat dengan pengadukan atau penggoresan bagian dalam tabung reaksi dengan batang pengaduk. Penambahan sedikit asam asetat glasial P atau etanol P dapat mempercepat pengendapan.

 

    Kalsium

    A. Ke dalam larutan garam kalsium (1 dalam 20) tambahkan 2 tetes merah metil LP, dan netralkan dengan amonium hidroksida 6 N. Tambahkan asam hidroklorida 3 N tetes demi tetes hingga larutan asam terhadap indikator. Tambahkan amonium oksalat LP: terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam asetat 6 N, tetapi larut dalam asam hidroklorida P.

    B. Basahi garam kalsium dengan asam hidroklorida P: terjadi warna merah kekuningan dalam nyala tidak berwarna.

C. Ke dalam 0,2 mL larutan netral yang mengandung lebih kurang 40 µg ion kalsium tambahkan 0,5 mL larutan glioksal-bis(2-hidroksianil) P 0,2% dalam etanol P, 9,2 mL natrium hidroksida 2 N dan 0,2 mL natrium karbonat 1 M. Ekstraksi dengan 1 hingga 2 mL kloroform P dan tambahkan 1 hingga 2 mL air: lapisan kloroform berwarna merah.

D. Larutkan 20 mg dalam 5 mL asam asetat 5 N, tambahkan 0,5 mL larutan kalium heksasianoferat(II) P 5,0%: larutan tetap jernih. Tambahkan lebih kurang 50 mg amonium klorida P: terbentuk endapan hablur putih.

 

    Karbonat

    A. Tambahkan asam ke dalam karbonat atau bikarbonat: terjadi gelembung gas tidak berwarna yang jika dialirkan ke dalam kalsium hidroksida LP segera membentuk endapan putih.

    B. Tambahkan fenolftalein LP ke dalam larutan dingin karbonat (1 dalam 20): terjadi warna merah, sedangkan pada larutan dingin bikarbonat (1 dalam 20): tidak terjadi perubahan warna atau hanya sedikit berwarna.

 

    Klorat

    A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan klorat: tidak terbentuk endapan. Tambahkan asam sulfit P: terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amonium hidroksida 6 N.

    B. Pada pemijaran akan dihasilkan klorida yang dapat diidentifikasi seperti yang tertera pada uji Klorida.

    C. Tambahkan asam sulfat P pada senyawa klorat kering: terjadi letikan dan timbul gas kuning kehijauan.

[Perhatian Gunakan sedikit zat uji dan lakukan dengan sangat hati-hati pada pengujian ini.]

 

Klorida

    A. Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan klorida: terbentuk endapan putih seperti dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amonium hidroksida 6 N sedikit berlebih.

    B. Pada uji amin klorida (termasuk alkaloida klorida) tidak menunjukkan reaksi terhadap uji A, tambahkan 1 tetes asam nitrat encer LP dan 0,5 mL  perak nitrat LP pada larutan uji jika tidak dinyatakan lain pada monografi, lebih kurang 2 mg ion klorida dalam 2 mL: terbentuk endapan putih seperti dadih.  Sentrifus segera campuran dan pisahkan beningan.  Cuci endapan 3 kali, tiap kali dengan 1 mL asam nitrat P (1 dalam 100) dan buang air pencuci. Tambahkan tetes demi tetes amonia LP pada endapan: endapan segera larut.

    C. Campur senyawa klorida kering dengan mangan dioksida P bobot sama, basahi dengan asam sulfat P, dan panaskan perlahan: terbentuk klor yang menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodida P basah.

    D. Masukkan ke dalam tabung reaksi sejumlah zat uji yang mengandung 10 hingga 15 mg ion klorida, tambahkan 200 mg kalium bikromat P dan 1 mL asam sulfat P. Letakkan kertas saring yang dibasahi dengan 0,1 mL difenilkarbazida LP menutupi tabung reaksi: kertas saring berubah menjadi merah ungu. Kertas saring yang dibasahi tidak boleh menyentuh larutan kalium bikromat.

 

    Kobalt

    A. Ke dalam larutan garam kobalt (1 dalam 20) dalam asam hidroklorida 3 N, tambahkan larutan panas segar 1-nitroso-2-naftol P (1 dalam 10) dalam asam asetat 9 N volume sama, panaskan di atas tangas uap: terbentuk endapan merah.

    B. Jenuhkan larutan garam kobalt dengan kalium klorida P, tambahkan kalium nitrit P dan asam asetat P: terbentuk endapan kuning.

 

    Laktat Asamkan larutan laktat dengan asam sulfat P, kemudian tambahkan kalium permanganat LP, dan panaskan: timbul asetaldehida, yang dapat dikenal dari baunya yang spesifik. Lewatkan uap pada kertas saring  yang telah dibasahi dengan campuran volume sama larutan morfolin P 20% dan natrium nitroferisianida LP dalam air: terjadi warna biru.

 

Litium

    A. Basakan larutan garam litium yang cukup pekat dengan natrium hidroksida P, tambahkan natrium karbonat LP, dan didihkan: terbentuk endapan putih yang larut dalam amonium klorida LP.

    B. Basahi garam litium dengan asam hidroklorida P: terjadi warna merah tua dalam nyala api tidak berwarna.

    C. Tambahkan asam sulfat 2 N atau sulfat yang larut ke dalam larutan garam litium: tidak terbentuk endapan (perbedaan dari stronsium).

 

Magnesium

    A. Tambahkan amonium klorida P ke dalam larutan garam magnesium, kemudian netralkan dengan amonium karbonat LP: tidak terbentuk endapan. Tambahkan selanjutnya na­trium fosfat dibasa LP: terbentuk endapan hablur putih, yang tidak larut dalam amonium hidroksida 6 N.

    B. Ke dalam 0,5 mL larutan netral atau sedikit asam tambahkan 0,2 mL larutan kuning titan P 0,1 % dan 0,5 mL natrium hidroksida 0,1 N: terjadi kekeruhan merah terang yang perlahan-lahan berubah menjadi endapan merah terang.

 

Mangan Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam larutan garam mangan: terbentuk endapan merah muda kekuningan, yang larut dalam asam asetat P.

 

     Natrium

    A. Senyawa natrium menimbulkan warna kuning intensif dalam nyala api yang tidak berwarna

    B. Jika tidak dinyatakan lain pada monografi, larutkan 100 mg  senyawa natrium  dalam 2 mL air, tam­bahkan 2 mL larutan kalium karbonat P 15%, panaskan hingga mendidih: tidak terbentuk endapan. Tambah­kan 4 mL kalium piroantimonat  LP dan panaskan sampai mendidih. Dinginkan dalam es, jika perlu gores bagian dalam wadah dengan batang pengaduk: ter­bentuk endapan.

C. Ke dalam 0,5 mL larutan yang mengandung lebih kurang 2 mg ion natrium tambahkan 1,5 mL asam a-metoksifenil asetat LP, dinginkan dalam es selama 30 menit: terbentuk endapan hablur putih. Hangatkan dalam air pada suhu 20° dan aduk selama 5 menit: endapan tidak larut. Tambahkan 1 mL amonium hidroksida 2 N, endapan larut sempurna. Tambahkan 1 mL larutan amonium karbonat P 16%: tidak terbentuk endapan.

 

Nitrat

    A. Campur larutan nitrat dengan asam sulfat P volume sama, dinginkan, dan alirkan larutan besi(II) sulfat P di atas campuran tersebut: terjadi warna coklat pada batas kedua cairan.

    B. Panaskan nitrat dengan asam sulfat P dan logam tembaga: terjadi asap merah kecoklatan.

    C. Tambahkan kalium permanganat LP asam    pada nitrat: warna kalium permanganat tidak hilang  (perbedaan dari nitrit) .

    D. Ke dalam campuran 0,1 mL nitrobenzena P dan 0,2 mL asam sulfat P tambahkan sejumlah zat uji yang mengandung lebih kurang 1 mg ion nitrat, diamkan selama 5 menit. Dinginkan dalam es, tambahkan 5 mL air perlahan-lahan dengan pengadukan, kemudian 5 mL natrium hidroksida 10 N dan 5 mL aseton P, kocok dan diamkan: lapisan atas berwarna ungu tua.

 

    Nitrit

    A. Tambahkan asam mineral encer atau asam asetat 6 N pada nitrit: terjadi asap merah ke­coklatan.

    B. Teteskan larutan pada kertas kanji iodida P: ter­jadi warna biru.

 

    Oksalat

    A. Tambahkan kalsium klorida LP ke dalam larutan netral atau alkalis oksalat: terbentuk endapan putih, yang tidak larut dalam asam asetat 6 N, tetapi larut dalam asam hidroklorida P.

   B. Tambahkan larutan panas oksalat yang sudah diasamkan ke dalam kalium permanganat LP: larutan tidak berwarna.

 

    Perak

    A. Tambahkan asam hidroklorida P ke dalam larutan garam perak: terbentuk endapan putih seperti dadih, yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi mudah larut dalam amonium hidroksida 6 N.

      B. Tambahkan amonium hidroksida 6 N dan sedikit formaldehida LP ke dalam larutan garam perak, kemudian hangatkan: terbentuk cermin logam perak pada dinding tabung.

 

    Permanganat Larutan permanganat yang diasamkan dengan asam sulfat P akan hilang warnanya oleh hidrogen peroksida LP dan natrium bisulfit LP, dalam keadaan dingin, dan oleh asam oksalat LP, dalam larut­an panas.

 

Peroksida Asamkan larutan peroksida dengan asam sulfat P, tambahkan kalium bikromat LP: terjadi warna biru tua. Kocok campuran dengan eter P volume sama, biarkan memisah: lapisan eter berwarna biru.

 

Raksa

    A. Celupkan lembaran tembaga yang mengkilap ke dalam larutan garam raksa yang bebas dari asam nitrat berlebih: terjadi lapisan tipis yang setelah digosok menjadi mengkilap keperakan.

     B. Tambahkan hidrogen sulfida LP ke dalam larutan senyawa raksa: terbentuk endapan hitam, yang tidak larut dalam amonium sulfida LP dan dalam asam nitrat 2 N mendidih.

 

Garam Raksa (II)

    A. Tambahkan natrium hidroksida 1 N ke dalam larutan garam raksa: terbentuk endapan kuning.

    B. Tambahkan kalium iodida LP ke dalam larutan netral: terbentuk endapan merah tua yang sangat mudah larut dalam pereaksi berlebih.

 

Garam Raksa (I)

    A. Tambahkan natrium hidroksida 1 N pada       senyawa raksa(I) : terurai dan membentuk endapan hitam.

    B. Tambahkan asam hidroklorida P ke dalam larutan garam raksa(I): terbentuk endapan putih yang akan menjadi hitam pada penambahan amonium hidroksida 6 N.

    C. Tambahkan kalium iodida LP: terbentuk endap­an kuning, dan setelah didiamkan berubah menjadi hijau.

 

   Salisilat

     A. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan   encer salisilat: terjadi warna ungu.

    B. Tambahkan asam hidroklorida P ke dalam larutan pekat salisilat: terbentuk endapan hablur putih asam salisilat yang melebur pada suhu antara 158° dan 161°.

 

    Sitrat

    A. Larutkan atau suspensikan beberapa mg garam sitrat dalam 1 mL air, tambahkan  ke  dalam 15 mL piridin P, dan kocok. Tambahkan 5 mL anhidrida asetat P ke dalam campuran, dan kocok: terjadi warna merah muda.

    B. Pada larutan netral zat seperti tertera pada monografi, tambahkan kalsium klorida P 5,5%: tidak terbentuk endapan, tetapi jika dididihkan terbentuk endapan putih yang larut dalam asam asetat P.

    C. Pada larutan zat seperti tertera pada monografi, tambahkan raksa(II) sulfat LP, saring jika perlu. Tambahkan beberapa tetes larutan kalium permanganat  P 1%: warna hilang dan terbentuk endapan putih.

 

    Sulfat

    A. Tambahkan barium klorida LP ke dalam larutan   sulfat: terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam hidroklorida P dan asam nitrat P.

    B. Tambahkan timbal(II) asetat LP ke dalam larutan netral sulfat: terbentuk endapan putih yang larut dalam amonium asetat LP.

    C. Tambahkan asam hidroklorida P ke dalam larutan sulfat: tidak terbentuk endapan (perbedaan dari tiosulfat).

 D. Tambahkan 0,1 mL iodum-kalium iodida LP ke dalam suspensi yang didapat dari reaksi A: suspensi tetap kuning (perbedaan dari sulfit dan ditionit), tetapi dengan penambahan timah(II) klorida LP tetes demi tetes: warna suspensi hilang (perbedaan dari iodat). Didihkan campuran: tidak terbentuk endapan berwarna (perbedaan dari selenat dan tungstat).

 

Sulfit Campur  asam hidroklorida 3 N dengan sulfit atau bisulfit: terbentuk belerang dioksida yang menghitamkan kertas saring yang dibasahi dengan raksa(I) nitrat LP.

 

Tartrat

    A. Larutkan beberapa mg garam tartrat dalam 2 tetes larutan natrium periodat P (1 dalam 20). Tambahkan 1 tetes asam  sulfat 1 N dan setelah 5 menit, tambahkan beberapa tetes asam sulfit P, kemudian beberapa tetes  fukhsin-asam sulfit LP: terjadi warna merah muda dalam waktu 15 menit.

    B. Ke dalam 10 hingga 20 mg zat uji yang dilarutkan dalam 5 mL air, tambahkan 0,05 mL larutan besi(II) sulfat P 1% dan 0,05 mL larutan hidrogen peroksida P 3%: terjadi warna kuning yang tidak stabil. Setelah warna hilang tambahkan natrium hidroksida 2 N tetes demi tetes: terjadi warna biru intensif.

    C. Campur 0,1 mL larutan yang mengandung 1 sampai 2 mg asam tartrat P dengan 0,1 mL larutan kalium bromida P 10%, 0,1 mL larutan resorsinol P 2%, dan 3 mL asam sulfat P, panaskan di atas tangas air selama 5 hingga 10 menit: terjadi warna biru tua yang berubah menjadi merah jika larutan didinginkan dan dituang ke dalam air.

 

    Tembaga

    A. Asamkan larutan senyawa tembaga(II) dengan asam hidroklorida P: terbentuk lapisan tipis merah logam tembaga pada permukaan logam besi yang mengkilap.

    B. Tambahkan amonium hidroksida 6 N berlebih ke dalam larutan garam tembaga(II): terbentuk endapan kebiruan, kemudian larutan menjadi berwarna biru tua.

    C. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke dalam larutan garam tembaga(II): terbentuk endapan coklat kemerahan yang tidak larut dalam asam encer.

 

Timbal

    A. Tambahkan asam sulfat 2 N ke dalam larutan  garam timbal: terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam hidroklorida 3 N atau asam nitrat 2 N, tetapi larut dalam natrium hidroksida 1 N hangat dan dalam amonium asetat LP.

    B. Tambahkan kalium kromat LP ke dalam larutan garam timbal bebas atau hampir bebas asam mineral: terbentuk endapan kuning yang tidak larut dalam asam asetat 6 N tetapi larut dalam natrium hidroksida 1 N.

 

    Tiosianat Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan tiosianat: terjadi warna merah yang tidak rusak oleh  asam mineral yang cukup pekat.

 

    Tiosulfat

    A. Tambahkan asam hidroklorida P ke dalam larutan  tiosulfat:  terbentuk endapan putih yang segera berubah menjadi kuning, dan terbentuk belerang dioksida yang menghitamkan kertas saring yang dibasahi dengan raksa(I) nitrat LP.  

     B. Tambahkan besi(III) klorida LP ke dalam larutan    tiosulfat: terjadi warna ungu tua yang cepat hilang.

 

    Zink

    A. Tambahkan hidrogen sulfida LP dan natrium asetat P ke dalam larutan garam zink: terbentuk endapan putih, yang tidak larut dalam asam asetat P, tetapi larut dalam asam hidroklorida 3 N.

    B. Tambahkan amonium sulfida LP ke dalam larutan netral atau alkalis: terbentuk endapan putih seperti pada uji A.

    C. Tambahkan kalium heksasianoferat(II) LP ke dalam larutan garam zink: terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam hidroklorida 3 N.