Testosteron Enantat


Testosterone Enanthate

 

Testosteron heptanoat [315-37-7]

C26H40O3                                                     BM 400,59

 

Testosteron Enantat mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C26H40O3.

 

Pemerian Serbuk hablur putih atau putih krem; tidak berbau atau sedikit berbau asam heptanoat.

 

Kelarutan Tidak larut dalam air; sangat larut dalam eter; larut dalam minyak nabati.

 

Baku pembanding Testosteron Enantat BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada tempat dingin. Sebelum membuka vial, diamkan hingga suhu ruang.

 

Identifikasi

    A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Testosteron Enantat BPFI.

    B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 100.000) dalam etanol P menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama dengan larutan Testosteron Enantat BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat anhidrat pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 240 nm: berbeda tidak lebih dari 3,0%.

    C. Refluks 25 mg zat dengan 2 mL larutan kalium hidroksida P dalam metanol P (1 dalam 100) selama 1 jam. Dinginkan campuran, tambahkan 10 mL air, saring dan cuci endapan dengan air sampai bilasan terakhir bereaksi netral terhadap lakmus P. Keringkan endapan dalam hampa udara pada suhu 60° selama 3 jam: testosteron yang diperoleh melebur antara 151° dan 157°.

 

Jarak lebur <1021> Antara 34° dan 39°, suhu awal tangas tidak lebih dari 20°.

 

Rotasi jenis <1081> Antara +77° dan +82°; lakukan penetapan menggunakan larutan dalam dioksan P yang mengandung 200 mg per 10 mL.

 

Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.

 

Asam heptanoat bebas Tidak lebih dari 0,16%; Pada 10 mL etanol P yang telah dinetralkan hingga warna biru lemah setelah penambahan 2 sampai 3 tetes biru bromtimol LP, larutkan 500 mg zat dan titrasi segera dengan natrium hidroksida 0,01 N LV: diperlukan tidak lebih dari 0,6 mL natrium hidroksida 0,01 N LV.

 

Cemaran umum <481> Tidak ada cemaran yang lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak lebih dari 2,0%.

    Larutan uji Gunakan pelarut metanol P.

    Larutan baku Gunakan pelarut metanol P.

    Fase gerak Buat campuran sikloheksan P-etilasetat P (2:1).

    Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak nomor 19.

 

Penetapan kadar

    Larutan baku Timbang saksama sejumlah Testosteron Enantat BPFI, larutkan dan encerkan dengan kloroform P hingga kadar lebih kurang 40 µg per mL.

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan dengan kloroform P sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan kloroform P sampai tanda.

Prosedur Pipet masing-masing 5 mL Larutan uji dan Larutan baku, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca 50 mL, masukkan 5,0 mL kloroform P ke dalam labu lain yang serupa sebagai blangko. Pada masing-masing labu tambahkan 10,0 mL larutan yang berasal dari 375 mg isoniazida P dan 0,47 mL asam hidroklorida P dalam 500 mL metanol P, kocok dan biarkan selama 45 menit. Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 380 nm. Hitung jumlah dalam mg, testosteron enantat, C26H40O3, dalam zat yang digunakan dengan rumus:

 

 

C adalah kadar Testosteron Enantat BPFI dalam µg per mL Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan uji dan Larutan baku.

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.