Terazosin Hidroklorida


Terazosin Hydrochloride

 

1–(4-amino-6,7-dimetoksi-2-kuinazolinil)-4-(tetrahidro-2-furoil)piperazin monohidroklorida dihidrat  [70024-40-7]

Anhidrat [63074-08-8]

C19H25N5O4.HCl.2H2O                               BM 459,92

C19H25N5O4.HCl                                         BM 423,89

 

Terazosin hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C19H25N5O4.HCl, dihitung terhadap zat kering.

 

Pemerian Serbuk hablur putih sampai kuning pucat.

 

Kelarutan larut dalam air dan dalam metanol; mudah larut dalam larutan salin isotonik; sukar larut dalam etanol dan dalam asam hidroklorida 0,1 N; sangat sukar larut dalam kloroform; praktis tidak larut dalam aseton dan dalam heksan.

 

Baku pembanding Terazosin Hidroklorida BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Terazosin BPFI. Senyawa Sejenis B Terazosin BPFI. Senyawa Sejenis C Terazosin BPFI.

 

Identifikasi

    A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Terazosin Hidroklorida BPFI.

    B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.

    C. Larutan 100 mg zat dalam 10 mL metanol P (90 dalam 100) menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.

 

Warna dan kejernihan Timbang saksama sejumlah terazosin hidroklorida, larutkan dan encerkan dengan larutan metanol P (90 dalam 100): larutan jernih, tidak berwarna sampai kuning pucat jika dibandingkan dengan larutan metanol P (90 dalam 100).

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 9,0%; lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam.

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat.

 

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 2 bpj.

 

Asam tetrahidro-2-furankarboksilat Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas, seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Blangko Pipet 2 mL asam asetat glasial P, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan aseton P sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini dan tambahkan 5,0 mL aseton P; saring menggunakan penyaring membran nilon dengan porositas 0,45 µm atau lebih halus yang telah dibilas dengan aseton P; buang 1 mL filtrat pertama.

    Larutan baku internal Timbang saksama lebih kurang 100 mg asam kaprat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan dengan aseton P sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini dan tambahkan 2,0 mL asam asetat glasial P, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan aseton P sampai tanda.

    Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah asam tetrahidro-2-furankarboksilat, larutkan dan encerkan dengan aseton P, hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL. Encerkan secara kuantitatif jika perlu bertahap dengan aseton P hingga kadar lebih kurang 100 µg per mL.

    Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan dan 5 mL Larutan baku internal, masukkan ke dalam tabung sentrifuga 50-mL dan kocok, sentrifus. Saring menggunakan penyaring membran nilon dengan porositas 0,45 µm yang telah dibilas dengan aseton P; buang 1 mL filtrat pertama.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga 50-mL. Tambahkan 5,0 mL aseton P dan 5,0 mL Larutan baku internal, kocok selama lebih kurang 30 menit. Sentrifus selama 10 menit, saring menggunakan penyaring membran nilon dengan porositas 0,45 µm yang telah dibilas dengan aseton P; buang 1 mL filtrat pertama.

    Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler leburan silika 0,53 mm x 10 m dilapisi 1,2 µm G25. Pertahankan suhu kolom pada 170°, suhu injektor pada 230° dan suhu detektor 240°. Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih kurang 9 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Blangko, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: pastikan tidak terdapat puncak lain. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif asam tetrahidro-2-furankarboksilat dan asam kaprat berturut-turut 1,0 dan 1,2; resolusi, R, antara puncak asam tetrahidro-2-furankarboksilat dan asam kaprat tidak kurang dari 2,3; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 6,5%.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 0,2 mL) Larutan uji dan Larutan baku ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase asam tetrahidro-2-furankarboksilat, dalam zat dengan rumus:

 

 

rU dan rS berturut-turut adalah perbandingan respons puncak asam tetrahidro-2-furankarboksilat dan baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar asam tetrahidro-2-furankarboksilat dalam mg per mL Larutan baku; W adalah bobot dalam mg terazosin hidroklorida yang digunakan untuk membuat Larutan uji.

 

1-[(tetrahidro-2-furanil)karbonil]piperazin Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan derivatisasi Timbang lebih kurang 2,0 g 3,5-dinitrobenzoil klorida, larutkan dalam 250 mL asetonitril P.

    Dapar fosfat Timbang saksama lebih kurang 96,3 g kalium fosfat dibasa P dan 3,85 g kalium fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 8,0 ± 0,1 dengan penambahan asam fosfat P (10 dalam 100) atau natrium hidroksida P (10 dalam 100). Pipet 25 mL larutan ini, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL dan encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 8,0 ± 0,1 dengan penambahan asam fosfat P (10 dalam 100) atau natrium hidroksida P (10 dalam 100).

    Larutan A Gunakan air, saring dan awaudarakan.

    Larutan B Gunakan asetonitril P, saring dan awaudarakan.

    Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.

    Blangko Gunakan asetonitril P.

    Larutan baku Timbang saksama sejumlah 1-[(tetrahidro-2-furanil)karbonil]piperazin, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL. Encerkan secara kuantitatif jika perlu bertahap dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 5 µg per mL.

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 125 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, larutkan dan encerkan dengan campuran asetonitril P-air (1:1) sampai tanda.

    Prosedur derivatisasi Pipet masing-masing lebih kurang 5 mL larutan  Blangko, Larutan baku dan  Larutan uji ke dalam labu tentukur 100-mL yang terpisah dan lakukan penetapan sebagai berikut: pada masing-masing labu tentukur tambahkan 5,0 mL larutan Dapar fosfat, 10,0 mL Larutan derivatisasi sambil diaduk, biarkan pada suhu ruang selama 20 menit. Encerkan dengan campuran asetonitril P-air (1:1) sampai tanda.

    Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit, setelah 40 menit naikkan 2 mL per menit sampai 80 menit. Kromatogram diprogram sebagai berikut:

 

Waktu

(menit)

Larutan A

(%)

Larutan B

(%)

Eluasi

0-35

82

18

isokratik

35-40

82®10

18®90

gradien linier

40-75

10

90

isokratik

75-80

10®82

90®18

gradien linier

80-100

82

18

isokratik

 

Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 50 mL) derivat larutan Blangko dan derivat Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur. Pastikan respons puncak kromatogram dari derivat Larutan baku  sesuai dengan derivat larutan Blangko; waktu retensi 1-[(tetrahidro-2-furanil)karbonil]piperazin lebih dari 22 menit; efisiensi kolom tidak kurang dari 3500 lempeng teoritis; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. 

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 50 mL) derivat Larutan baku dan derivat Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase 1-[(tetrahidro-2-furanil)karbonil] piperazin dalam zat dengan rumus:

 

 

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak 1-[(tetrahidro-2-furanil)karbonil] piperazin dari Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar 1-[(tetrahidro-2-furanil)karbonil] piperazin dalam mg per mL Larutan baku; W adalah bobot dalam mg terazosin hidroklorida dalam Larutan uji.

 

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Dapar sitrat pH 3,2, Larutan baku persediaan dan Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.

    Pengencer 1 Timbang saksama lebih kurang 6,0 g natrium sitrat P dan 4,0 g asam sitrat anhidrat P, larutkan dan encerkan dengan air sampai 1 L.

    Pengencer 2 Campuran air-asetonitril P-metanol P (60:30:10).

    Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah Terazosin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.

    Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Terazosin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer 1 hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.

    Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis B Terazosin BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.

    Larutan baku persediaan 3 Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis C Terazosin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer 2 hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.

    Larutan baku Pipet berturut-turut lebih kurang                 5 mL Larutan baku persediaan, 4 mL Larutan baku persediaan 1, 4 mL Larutan baku persediaan 2 dan 20 mL Larutan baku persediaan 3, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL yang berisi 60 mL Pengencer 2, encerkan dengan Pengencer 2 sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

    Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan seperti tertera pada Penetapan kadar.

    Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7. Pertahankan suhu kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Fase gerak, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: pastikan tidak ada puncak yang mengganggu. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif senyawa sejenis A terazosin, terazosin, senyawa sejenis B terazosin, dan senyawa sejenis C terazosin berturut-turut adalah 0,2, 1,0, 1,48 dan 2,57; resolusi, R, antara terazosin dan senyawa sejenis B terazosin tidak kurang dari 9,0; efisiensi kolom puncak terazosin tidak kurang dari 12.000 lempeng teoritis; faktor ikutan untuk senyawa sejenis C terazosin tidak lebih dari 3,0; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% untuk puncak terazosin dan tidak lebih dari 5,0% untuk puncak senyawa sejenis C terazosin. 

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 mL) Larutan baku  dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama 60 menit, dan ukur semua respons puncak. Hitung secara terpisah jumlah dalam mg senyawa sejenis A terazosin dan senyawa sejenis C terazosin dalam zat dengan rumus:

 

 

C adalah kadar senyawa sejenis A atau senyawa sejenis C dalam mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak senyawa sejenis A atau senyawa sejenis C dari Larutan uji dan Larutan baku. Batas senyawa sejenis A terazosin tidak lebih dari 0,3%, senyawa sejenis C terazosin tidak lebih dari 0,4%. Hitung jumlah dalam mg tiap cemaran dalam zat dengan rumus:

 

 

C adalah kadar Terazosin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; ri adalah respons puncak masing-masing cemaran selain senyawa sejenis A dan senyawa sejenis C dan rT adalah respons puncak terazosin dalam Larutan baku. Masing-masing cemaran sebelum puncak terazosin tidak lebih dari 0,3%; cemaran lain tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari 0,6%.

 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Dapar sitrat pH 3,2 Timbang saksama lebih kurang 12,0 g natrium sitrat dihidrat P dan 28,5 g asam sitrat anhidrat P, larutkan dalam 1,95 L air. Atur pH hingga 3,2 ± 0,1 dengan penambahan asam sitrat anhidrat P atau natrium sitrat P, encerkan dengan air sampai 2 L.

    Fase gerak Campuran Dapar sitrat pH 3,2-asetonitril P (1685:315), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah Terazosin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.

    Larutan baku Pipet 10 mL Larutan baku persediaan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

    Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

    Larutan uji Pipet 10 mL Larutan uji persediaan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.

    Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7. Pertahankan suhu kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Fase gerak, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: pastikan tidak ada puncak yang mengganggu. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 12.000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak kurang dari 0,9 dan tidak lebih dari 1,3; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,9%. 

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 mL) Larutan baku  dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama 45 menit, dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, terazosin hidroklorida C19H25N5O4.HCl, dengan rumus:

 

 

C adalah kadar Terazosin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak terazosin hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan baku.         

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu antara 20º dan 25º.