Artemeter


Artemether

(3R,5aS,6R,8aS,9R,10S,12R,12aR)-Dekahidro-10-metoksi-3,6,9-trimetil-3,12-epoksi-12H-pirano[4,3-j]-1,2-benzodioksepin [71963-77-4]

C16H26O5                                                    BM 298,4

 

Artemeter mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C16H26O5, dihitung terhadap zat kering.

 

Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih.

 

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam diklorometan dan dalam aseton; mudah larut dalam etil asetat dan dalam etanol mutlak.

 

Baku pembanding Artemeter BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.

 

Identifikasi

A.   Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama pada Artemeter BPFI.

B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.

    Fase gerak Campuran eter minyak tanah P - etil asetat  P (7 : 3).

    Larutan baku Timbang saksama sejumlah Artemeter BPFI, larutkan, dan encerkan dengan aseton P hingga kadar lebih kurang 0,10 mg per mL.

    Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan, dan encerkan dengan aseton P hingga kadar lebih kurang (a) 10 mg per mL, (b) 0,10 mg per mL, (c) 0,05 mg per mL, (d) 0,025 mg per mL.

    Penampak bercak Gunakan larutan vanilin P 5% dalam asam sulfat P.[Catatan Gunakan larutan dalam waktu 48 jam.]

    Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 mL Larutan baku dan seri Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel P. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan. Semprot dengan Penampak bercak: harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.

C. Pada 30 mg zat, tambahkan 1 mL etanol mutlak P dan 0,1 g kalium iodida P. Panaskan campuran dalam tangas air: terjadi warna kuning.

D. Larutkan 30 mg zat dalam 6,0 mL etanol mutlak P. Teteskan campuran pada cawan porselen putih dan tambahkan 1 tetes larutan vanilin P 5% dalam asam sulfat P: terjadi warna merah muda.

 

Jarak lebur <1021> Antara 86,0° dan 90,0°.

 

Rotasi optik <1081> Antara +166º dan +173º; lakukan penetapan menggunakan 10 mg per mL zat dalam etanol mutlak P.

 

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

 

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak lebih dari 20 mmHg, di atas fosfor pentoksida P.

 

Cemaran organik

    Prosedur 1

    Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, Enceran larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Cara A dalam Penetapan kadar.

    Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku, Larutan uji, Enceran larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak. Pada kromatogram Larutan uji: respons puncak selain respons puncak utama tidak lebih besar dari respons puncak utama Enceran larutan uji (0,5%); tidak lebih dari satu respons puncak lebih besar dari 0,5 kali respons puncak utama Enceran larutan uji (0,25%); jumlah respons puncak selain respons puncak utama tidak  lebih  besar  dari  2  kali  respons  puncak utama

    Enceran  larutan uji (1,0%). Abaikan  respons  puncak kurang dari 0,1 kali respons puncak utama Enceran larutan uji.

 

    Prosedur 2

    Lakukan seperti Uji B pada Identifikasi. Setiap bercak yang diperoleh dari larutan (a) selain bercak utama tidak lebih intensif dari yang diperoleh dari larutan (b) (0,5%), tidak satupun bercak selain bercak utama lebih intensif dari larutan (c) (0,25%)

 

Penetapan kadar

    Cara A

    Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Fase gerak Campuran asetonitril P – air (62:38), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.

    Larutan baku Timbang saksama sejumlah Artemeter BPFI, larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL.

    Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL.

    Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 216 nm dan kolom berukuran 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada lima kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 ?L) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase artemeter, C16H26O5, dalam zat dengan  rumus:

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Artemeter BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar artemeter dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.

 

    Cara B

    Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan etanol absolut P sampai tanda. Pipet 2 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan asam hidroklorida-etanol 1M sampai tanda. Sumbat labu, masukkan ke dalam tangas air pada suhu 55º selama 5 jam. Dinginkan hingga suhu ruang.

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Artemeter BPFI, lakukan seperti pada Larutan uji.

    Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang gelombang maksimum lebih kurang 254 nm. Hitung persentase C16H26O5 dalam zat yang digunakan dengan pembanding Artemeter BPFI kering.

 

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.

 

Penandaan Jika dimaksudkan untuk digunakan dalam pembuatan sediaan injeksi, pada etiket harus terera steril atau harus dilakukan proses sterilisasi dalam pembuatan sediaan injeksi.